Keluarga Alumni LDK Membedah Syiah
Selasa 29 Rabiulakhir 1437 / 9 Februari 2016 08:54
SYIAH
lahir dari gerakan politik yang kemudian dilembagakan dengan seperangkat sistem
keyakinan sebagai idiologinya. Selanjutnya hingga kini, Syiah adalah gerakan
yang menghalalkan segala cara untuk eksis, merekrut pengikut, melakukan
infiltrasi, dan akhirnya meraih serta mewujudkan kekuasaan otoriter.
Demikian high light dari
diskusi tentang Peta dan Kontra Syiah yang diselenggarakan Keluarga Alumni
Lembaga Dakwah Kampus (KA-LDK) di Gedung Global Halal Centre Bogor, Senin
(8/2).
Limapuluhan orang mengikuti acara yang
menghadirkan narasumber Dr Farhat Umar, Hasan Rifai MSi, dan Ir Arif Wibowo
tersebut. Para peserta merupakan alumni aktivis LDK Institut Pertanian Bogor,
Universitas Nasional Sebelas Maret Solo, Universitas Tadulako Palu, Universitas
Brawijaya Malang, dan lain-lain.
Hasan Rifai yang sampai sekarang aktif
sebagai da’i di sekitar Kampus IPB Darmaga, memaparkan historis munculnya
Syiah.
‘’Ketika perselisihan di kalangan
sahabat Nabi sudah selesai, ada kelompok yang terus berupaya memelihara konflik
bahkan melanjutkan perang. Mereka membuat kubu pro-Ali versus pro-Muawiyah.
Kelompok inilah yang disebut syi’i atau syiah,’’ papar Hasan.
Dalam perkembangannya, kelompok yang
mengklaim sebagai ‘’ahlul bayt’’ itu menyusun teori imamah berdasarkan garis
keturunan Ali bin Abi Thalib.
Awalnya, Syiah berbilang-bilang
macamnya sesuai teori politik imamah dan theologi masing-masing.
Farhat Umar dalam paparannya
mengatakan, secara teori memang pernah ada Syiah yang dekat dengan Sunni, yaitu
Ja’fariyah dan Zaidiyah. Namun dalam kenyataan saat ini, yang eksis di dunia
adalah Syiah Rafidhoh atau Syiah Imamah Itsna Asy’ariyah.
Syiah Rafidhoh memiliki perangkat
keyakinan yang sesat. Misalnya, bahwa Mushaf Al Qur’an Ustmaniyah yang
digunakan umat Islam saat ini hanyalah sepertiga dari aslinya; Shahabat Nabi
yang mukmin hanyalah Abu Dzar Alghifary, Salman Alfarisi, dan Miqdad bin Aswad;
Kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dan Ustman tidak sah.
Mereka juga mengamalkan perkara-perkara
salah seperti nikah mut’ah, taqiyah, sholat berkiblat ke Qom, dan sebagainya.
Di lapangan, mereka bisa ditemui dalam beragam sosok, mulai dari sekaliber
tokoh seperti pentolannya Jalaluddin Rachmat hingga para pengikutnya. Para
pengikut ini ada yang masuk kategori mengikuti tataran pemikiran ajarannya dan
ada pula yang mengamalkan semua ajaran Syiah.
Farhat yang juga Koordinator KA-LDK
mengungkapkan, Syiah menggunakan sejumlah jargon untuk meredam tentangan atas
mereka. Misalnya mengatakan, Syiah hanyalah salah satu mazhab dalam Islam
sebagaimana mazhab empat; Tidak semua Syiah sesat, misalnya Zaidiyah; Jangan
mudah mengkafirkan orang lain; Jangan mau diadu domba dan dipecah-belah, dan
sebagainya.
Sedang Arif Wibowo menyebutkan, reaksi
umat terhadap perkembangan Syiah seringkali terlalu reaktif dan justru
menguntungkan kelompok sesat tersebut. “Ada daerah yang sebenarnya masih bersih
dari pengaruh Syiah, tetapi karena para daĆ menggembar-gemborkan bahayanya
aliran ini, akibatnya malah segelintir masyarakat penasaran dan akhirnya
tertarik mengikuti Syiah. Ada pula sekelompok masyarakat, mayoritas para
intelektual dan aktivis kampus, secara tidak sadar mengkaji dan menggeluti
pemikiran berbau Syiah,” terangnya.
Berdasarkan
pergulatannya di dunia pergerakan kampus, Arif menjelaskan bagaimana Syiah
merekrut pengikut dari kalangan kampus melalui pesona karya-karya ilmiah Ali
Syariati, Murtadha Muthahari, Muhammad Al Baqir, dan lain-lain.
‘’Ali Syariati ini sebenarnya lebih condong
sebagai intelektual sosialis ketimbang Syiah. Tapi oleh Syiah dijadikan entry
point untuk merekrut pengikut dari kalangan intelektual,’’
kata Direktur Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI) Solo itu.
Arif menyarankan, dakwah meng-counter Syiah
harus menggunakan pendekatan sesuai level mad’u. Untuk kalangan
awam dan anak-anak, ia menyerukan agar internalisasi martabat shahabat Nabi
terus digencarkan. Misalnya dengan menyebut lengkap sumber hukum Islam: Al
Qur’an, Sunnah, Ijma’ Shahabat, dan Qiyas. Juga mensosialisasikan do’a dan
syair-syair tentang Khalifah yang Empat.
Untuk kalangan fans dan newbie, Arif merekomendasikan pendekatan
kajian ilmiah. Terutama tentang konteks sejarah suksesi Bani Tsaqifah.
‘’Peristiwa suksesi ini yang
dimanipulasi Syiah untuk menyusun teori imamah,’’ ujar peserta Program
Kaderisasi Ulama Baznas-Dewan Dakwah tersebut.
Sedang untuk kalangan klothokan (diehard)
Syiah seperti Jalaluddin Rakhmat, kiranya tidak perlu ada diskusi
(tadrib) lagi. Percuma.
Di akhir diskusi para narasumber
berpesan, isyu Syiah ‘’digoreng’’ oleh intelijen untuk menguras energi dan
fokus gerakan Islam. ‘’Dulu kita disibukkan dengan NII, sekarang Gafatar,
Syiah…,’’ kata Hasan Rifai.
Ia menambahkan, selain tetap
menanggulangi dampak gerakan-gerakan sesat, gerakan Islam juga harus mempunyai
agenda untuk diperjuangkan. ‘’Jangan hanya reaktif,’’ tandasnya.
Sementara Farhat Umar menegaskan
perlunya penguatan jaringan antarkekuatan umat lewat kerjasama dan sinergi
untuk meredam ajaran ini. [bowo/Islampos]
Bagaimana
Menghadapi Tumor Ganas Syiah? Syiah dan Yahudi, Bersama Menaklukkan Dunia Islam
Wow!
Imam Bukhari Menyamakan Syiah dengan Yahudi