Mengapa
orang-orang kafir bisa menguasai kaum muslimin
Oleh
: Syaikh Abdulmalik Ramadhani hafizhullah
Pertanyaan.
Apakah orang-orang
kafir akan dibiarkan berkuasa atas kaum Muslimlin, padahal kaum Muslimin jauh
lebih baik daripada mereka, bagaimanapun keadaannya?
Syaikh Abdulmalik Ramadhani
hafizhullah menjawab, “Muhammad al-Amin as-Syinqithi rahimahullah berkata dalam
kitab tafsirnya Adhwâ’ul Bayân (3/53), ‘Banyak kaum Muslimin merasa kesulitan
memahami ini dan mereka mengatakan, ‘Bagaimana mungkin orang musyrik atau kafir
dijadikan penguasa atas kita, padahal kita berada di atas kebenaran dan mereka
berada di atas kebathilan? Maka Allâh Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya:
أَوَلَمَّا
أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّىٰ هَٰذَا ۖ
قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ
Dan mengapa ketika
kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan
kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu
berkata, “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah, “Itu dari (kesalahan)
dirimu sendiri.” [Ali Imrân/3:165]
Dalam firman Allâh
Azza wa Jalla :
قُلْ هُوَ مِنْ
عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ
Katakanlah, “Itu dari
(kesalahan) dirimu sendiri.
Terdapat penyataan
yang bersifat global, kemudian dijelaskan oleh Allâh Azza wa Jalla dalam
firman-Nya:
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ
اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا فَشِلْتُمْ
وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا
تُحِبُّونَ ۚ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآخِرَةَ
ۚ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ
Dan sesungguhnya
Allâh telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan
izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan
mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allâh memperlihatkan kepadamu apa yang
kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada
orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allâh memalingkan kamu dari mereka
untuk menguji kamu [Ali Imrân/3:152]
Ayat ini merupakan fatwa
dari langit yang menjelaskan secara gamblang bahwa sebab dijadikannya
orang-orang kafir sebagai penguasa atas kaum Muslimin adalah lemahnya kaum
Muslimin dan perselisihan, serta penyelisihan mereka terhadap perintah-perintah
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , juga disebabkan oleh kecintaan
sebagian mereka kepada dunia yang lebih didahulukan di atas perintah Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ini telah kami
jelaskan dalam surah Ali Imran. Barangsiapa memahami sumber penyakit, maka dia
akan mengetahui penyembuhnya.
Ayat ini turun
berkenaan dengan perang Uhud, pada masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
ayat ini turun kepada para Shahabat Nabi yang mulia. Dalam Musnad imam ahmad
disebutkan, bahwasanya Umar Radhiyallahu anhu mendefinisikan sebab adanya
hukuman ada dua perbuatan:
1. Mereka mengambil
tebusan dari tawanan perang Badr sebelum disyari’atkan,
2. Penyelisihan
mereka terhadap perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas bukit Uhud,
karena Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang pasukan pemanah
meninggalkan tempat mereka, akan tetapi mereka melanggar larangan tersebut.
Imam al-Bukhâri rahimahullah meriwayatkan dari shahabat al-Barrâ’, beliau
berkata,
جَعَلَ النَّبِيُّ
صلى الله عليه وسلم عَلَى الرَّجَّالَةِ يَوْمَ أُحُدٍ – وَكَانُوْا خَمْسِينَ
رَجُلا – عَبْدَ اللَّهِ بْنَ جُبَيْرٍ ، فَقَالَ لَهُمْ”: إِنْ رَأَيْتُمُونَا
تَخْطَفُنَا الطَّيْرُ فَلا تَبْرَحُوا مِنْ مَكَانِكُمْ هَذَا حَتَّى أُرْسِلَ
إِلَيْكُمْ ، وَإِنْ رَأَيْتُمُونَا هَزَمْنَا الْقَوْمَ وَأَوْطَأْنَاهُمْ ،
فَلاَ تَبْرَحُوْا حَتَّى أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ فَهَزَمَهُمُ اللَّهُ ” قَالَ:
فَأَنَا وَاللَّهِ رَأَيْتُ النِّسَاءَ يَشْتَدِدْنَ عَلَى الْجَبَلِ ، قَدْ
بَدَتْ خَلاخِلُهُنَّ وَأَسْوُقُهُنَّ رَافِعَاتٍ ثِيَابَهُنَّ ، فَقَالَ
أَصْحَابُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جُبَيْرٍ : الْغَنِيمَةَ أَيْ قَوْمُ !
الْغَنِيمَةَ ، ظَهَرَ أَصْحَابُكُمْ فَمَا تَنْتَظِرُونَ ؟ فَقَالَ عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ جُبَيْرٍ : أَنَسِيتُمْ مَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ قَالُوا : إِنَّا وَاللَّهِ لَنَأْتِيَنَّ النَّاسَ
فَلَنُصِيْبَنَّ مِنَ الْغَنِيمَةِ ، فَلَمَّا أَتَوْهُمْ صُرِفَتْ وُجُوهُهُمْ ،
فَأَقْبَلُوْا مُنْهَزِمِيْنَ ، فَذَاكَ إِذْ يَدْعُوهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أُخْرَاهُمْ ، فَلَمْ يَبْقَ مَعَ رَسُولِ اللّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيْرُ اثْنَا عَشَرَ رَجُلا ، فَأَصَابُوا
مِنَّا سَبْعِينَ رَجُلا ، وَكَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم وَ أَصْحَابُهُ
أَصَابُوْا مِنَ الْمُشْرِكِينَ يَوْمَ بَدْرٍ أَرْبَعِينَ وَمِائَةَ : سَبْعِينَ
أَسِيرًا ، وَسَبْعِينَ قَتِيلا ،
‘Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan Abdullah bin Jubair sebagai pemimpin
pasukan pemanah di atas bukit Uhud. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: Apabila kalian melihat kami disambar (dimangsa) oleh burung maka
janganlah kalian meninggalkan posisi kalian, sampai aku mengutus seseorang
kepada kalian. Dan apabila kalian melihat kami berhasil mengalahkan mereka,
maka janganlah kalian meninggalkan posisi kalian sampai aku mengutus seseorang
kepada kalian. Lalu kaum Muslimun berhasil mengalahkan musuh-musuh mereka.
Shahabat Barra berkata, “Demi Allâh! Aku melihat para wanita telah nampak
perhiasan mereka, dan aku menggiring mereka dan mereka dalam keadaan mengangkat
pakaian mereka. Kemudian pasukan pemanah berkata kepada Abdullah bin Jubair
Radhiyallahu anhu , “Wahai saudara-saudara! Ghanimah … Ghanimah … Teman-teman
kita telah memenangkan pertempuran! Apa lagi yang kalian tunggu? Abdullah bin
Jubair Radhiyallahu anhu berkata, “Apakah kalian lupa pesan Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kalian?” Mereka berkata, “Demi Allâh, kami
akan bergabung dengan yang lainnya untuk mendapatkan rampasan perang.” Tatkala
mereka turun keadaanpun berbalik, mereka dipukul mundur oleh musuh, mereka lari
meninggalkan Rasul dibelakang, yang bersama Nabi hanya 12 orang, maka
terbunuhlah dari kami 70 orang. (Padahal) dahulu (dalam perang Badr )
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabat berhasil membunuh 70
orang musuh dan menawan 70 orang lainnya.”
Mengetahui sebab
kekalahan dari ayat ini bukanlah suatu yang aneh, karena ayat ini turun pada
perang ini (perang Uhud). Akan tetapi yang aneh dan mencengangkan adalah
mengetahui sebab yang kedua yang tidak terbetik dalam benak, karena waktunya
yang telah berlalu lama, yaitu mereka dihukum dengan sesuatu yang pernah mereka
ambil pada perang Badr. Saat perang Badr, ketika mereka berhasil menawan
tawanan perang dari kalangan kaum musyrikin, para Shahabat bermusyawarah,
apakah mereka akan membunuh para tawanan ini ataukah mereka akan meminta
tebusan supaya bisa bebas? Mereka memilih opsi kedua, padahal itu belum
diysri’atkan, maka Allâh menurunkan ayat yang menjelaskan penyelisihan mereka
ini. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
مَا كَانَ لِنَبِيٍّ
أَنْ يَكُونَ لَهُ أَسْرَىٰ حَتَّىٰ يُثْخِنَ فِي الْأَرْضِ ۚ تُرِيدُونَ عَرَضَ
الدُّنْيَا وَاللَّهُ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿٦٧﴾
لَوْلَا كِتَابٌ مِنَ اللَّهِ سَبَقَ لَمَسَّكُمْ فِيمَا أَخَذْتُمْ عَذَابٌ
عَظِيمٌ
Tidak patut, bagi
seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka
bumi. Kamu menghendaki harta benda dunia sedangkan Allâh menghendaki (pahala)
akhirat (untukmu). Dan Allâh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya
tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allâh, niscaya kamu ditimpa
siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil. [Al-Anfâl/8:67-68]
Umar bin Khattab
Radhiyallahu anhu berkata, “Ketika terjadi perang Uhud pada tahun berikutnya,
mereka dihukum atas apa yang telah mereka perbuat pada perang Badr berupa
pengambilan tebusan. Pada perang itu, kaum Muslimin yang terbunuh 70 orang,
para shahabat lari meninggalkan Rasûlullâh, gigi seri Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam pecah, pelindung kepala Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
juga rusak, darah mengalir di wajah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan
Allâh Azza wa Jalla menurunkan:
أَوَلَمَّا
أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّىٰ هَٰذَا ۖ
قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan mengapa ketika
kamu ditimpa musibah (pada perang Uhud), padahal kamu telah menimpakan
kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badr), kamu
berkata, “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari
(kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allâh Maha Kuasa atas segala sesuatu.
[Ali Imrân/3:165]
Yang dimaksud
kesalahan mereka adalah tebusan yang mereka ambil.
Yang mengagumkan dari
riwayat ini adalah Umar Radhiyallahu anhu masih mengingat dosa lama yang
terjadi pada perang Badr itu saat perang Uhud. Dan beliau Radhiyallahu anhu
tahu bahwa dosa itu merupakan salah satu sebab dari dua sebab datangnya hukuman
(kekalahan pada perang Uhud).
Apabila seburuk-buruk
makhluk (orang-orang kafir-red) dimenangkan atau dikuasakan atas sebaik-baik
makhluk (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) akibat dosa yang telah diperbuat
para Shahabat, lalu bagaimana dengan orang-orang selain mereka yang notabenenya
memiliki derajat keimanan yang lebih rendah, lebih sering melakukan kesalahan
dan dosa?! Coba perhatikan firman Allâh Azza wa Jalla yang ditujukan langsung
kepada para Shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
قُلْ هُوَ مِنْ
عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ
Katakanlah, “Itu dari
(kesalahan) dirimu sendiri”. [Ali Imrân/3:165]
Perhatikan juga
firman Allâh Azza wa Jalla yang ditujukan kepada Nabi-Nya Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam :
وَمَا أَصَابَكَ
مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
Dan apa saja bencana
yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri [An-Nisâ/4:79]
Kemudian diperjelas
lagi dengan ucapan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadist Ibnu
Umar Radhiyallahu anhuma, bahwa Allâh Azza wa Jalla akan memberikan kekuasaan
(kemenangan) kepada musuh. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَلَمْ يَنْقُضُوا
عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوّاً
مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ،
Tidaklah mereka
melanggar janji Allâh dan janji Rasul-Nya, kecuali Allâh akan menguasakan atas
mereka musuh dari selain mereka, yang akan merampas sebagian yang mereka
miliki,
Oleh karena itu,
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Dengan ini, menjadi jelas makna firman
Allâh Subhanahu wa Ta’ala :
وَلَنْ يَجْعَلَ
اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
Dan Allâh sekali-kali
tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang
yang beriman. [An-Nisâ’/4:141]
Ayat ini tetap dalam
keumumannya, hanya saja terkadang kaum Mukminin melakukan perbuatan maksiat dan
penyelisihan yang bertentangan dengan keimanan. Inilah yang membukakan jalan
bagi orang-orang kafir untuk menguasai (mengalahkan) mereka. Jalan itu seukuran
dosa yang telah mereka perbuat. Jadi, kaum Mukmininlah yang menyebabkan
terbukanya jalan untuk menguasai mereka, sebagaimana mereka menyebabkan
datangnya kekalahan pada perang Uhud dengan sebab maksiat dan penyelisihan mereka
terhadap perintah Rasul. Sementara Allâh Azza wa Jalla tidak akan memberikan
kesempatan dan jalan kepada syaitan untuk menguasai seorang hamba, sampai si
hamba itu sendiri yang memberikan jalan bagi syaitan dengan cara menuruti
kemauan syaitan dan berbuat syirik, sehingga pada saat itu Allâh akan
memberikan kesempatan (jalan) bagi syaitan untuk menguasai hamba tersebut.
Barangsiapa
mendapatkan kebaikan, maka hendaknya dia bersyukur kepada Allâh Azza wa Jalla ,
dan barangsiapa mendapatkan selainnya, maka janganlah dia menyalahkan orang
lain selain dirinya.- Selesai perkataan Ibnul Qayyim rahimahullah.
Oleh karena itu,
sudah sepatutnya bagi orang yang beriman untuk berhati-hati dari dosa-dasa yang
mereka perbuatan agar tidak dikuasakan atas mereka orang yang lebih buruk dari
mereka, meskipun kafir. Sebagaimana ahlussunnah juga hendaknya berhati-hati,
hendaknya mereka tidak merasa aman dari penguasaan para ahli bid’ah. Seringnya,
mereka menguasai ahlussunnah disebabkan oleh dosa yang dilakukan oleh ahlussunnah
lalu ada diantara ahlussunnah yang marah terhadap orang yang menguasai mereka
dan dia lupa terhadap dosa yang dia lakukan.
Akhirnya, kita
memohon perlindungan kepada Allâh Azza wa Jalla dari segala keburukan jiwa-jiwa
kita.
[Disalin dari majalah
As-Sunnah Edisi 06/Tahun XVII/1435H/2014. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah
Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp.
0271-858197 Fax 0271-858196]