Salah satu
metode meruntuhkan ajaran Islam yang paling kuno dan sudah jadi langganan orang
kafir adalah menghembuskan keragu-raguan
kepada keshahihan hadits-hadits nabawi.
Tasykik (menyusupkan keragu-raguan) model ini sebenarnya metode klasik yang
sering dilancarkan para orientalis zaman dulu. Triknya pun sebenarnya terbilang
ketinggalan zaman alias sudah out of date. Meski demikian, bila ditembakkan
kepada kalangan awam yang gagap dengan esensi ajaran Islam, ternyata jurus ini
terkadang masih ampuh juga.
Yang jelas bukan karena keampuhan jurusnya, tetapi memang dasarnya pertahanan fikrah umat Islam ini terlalu lemah dan rentan terhadap
berbagai serangan, bahkan
yang paling lemah sekalipun. Sehingga hanya sekali gebrak saja sudah jatuh
betekuk lutut.
Padahal
bila kita sedikit saja punya latar belakang pemahaman ilmu hadits, pastilah
kita dengan mudah akan merontokkan semua tuduhan miring tentang keabsahan
hadits nabawi. Kami akan sampaikan tiga contoh tuduhan orientalis dan jawaban
singkatnya.
1. Teori
Projecting Back
Diantara
argumen yang dilancarkan oleh para orientalis adalah teori projecting back.
Teori ini berkesimpulan bahwa hampir semua hadits itu hanyalah karangan para
ahli fiqih yang hidup di abad ke 2 dan ke 3 hijriyah tapi dibuat seolah-olah
berasal dari Rasulullah SAW. Salah satu tokohnya adalah Joseph Scacht dalam
bukunya The Origins Of Mohammadan Juresprudence dan An Introduction to Islamic
Law. Salah satu ungkapannya adalah “Kita tidak akan menemukan satu buah hadits
hukum yang berasal dari Nabi yang dapat dipertimbangkan shahih”.
Tentu saja
orang awam dan terbelakang dengan ajaran Islam akan terkagum-kagum dengan
lontaran semacam ini. Dan dengan mudah akan langsung membenarkannya. Padahal,
teori itu mudah sekali dipatahkan. Adalah seorang Dr. Mustafa Al-Azhami,
seorang peraih gelar doktor pada Univ. Cambridge Inggris yang melakukannya
dengan mudah. Beliau mengambil sebuah naskah hadits yang dituduhkannya sebagai
karangan ulama saja untuk dijadikan bahan penelitian yang menumbangkan tuduhan
keji musuh Islam.
Naskah itu
milik As-Suhail bin Abu Shalih (w 138 H). Ayahnya yaitu Abu Shalih adalah
seorang murid Abu Hurairah. Sehingga haditsnya punya runtutan rawi yang jelas
dari Suhail dari Ayahnya dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW. Naskah ini
mengandung 49 hadits yang setelah diteliti sampai ke generasi ke tiga yaitu
generasi Suhail, ternyata jumlah rawinya mencapai 20 sampai 30 orang yang
masing- masing berdomisili di beragam penjuru dunia yang berjauhan di masa itu.
Sangat mustahil untuk ukuran masa itu mereka berkumpul untuk membuat sebuah
hadits palsu sehingga redaksinya bisa mirip persis. Salah satu hadits itu adalah
:
Bila salah
seorang dari kamu bangun dari tidurnya, maka hendaklah dia mencuci tangannya,
karena dia tidak tahu semalam tangannya berada di mana”.
Dalam
naskah Suhail hadits ini ada pada urutan ke 7 dan pada jenjang pertama (tabaqah
ula) diriwayatkan oleh 5 orang shahabat yaitu Abu Hurairah, Ibnu Umar, Jabir,
Aisyah dan Ali ra. Abu Hurairah sendiri lalu meriwayatkan hadits ini kepada 13
orang tabi`in. Ke-13 orang ini lalu menyebar ke berbagai penjuru dunia. 8 orang
tinggal di Madinah, seorang tinggal di Kufah, 2 orang tinggal di Bashrah,
seorang tinggal di Yaman dan seorang lagi tinggal di Syam.
Ke 13
tabi`in ini lalu meriwayatkan lagi hadits itu kepada generasi berikutnya
Atba`ut-tabi`in dan jumlah mereka menjadi 16 orang. 6 orang tinggal di Madinah,
4 orang di Bashrah, 2 orang di Kufah, 1 orang di Mekkah, 1 orang di Yaman, 1
orang di Khurasan dan 1 orang di Himsh Syam.
Maka amat
mustahil ke 16 orang yang domisilinya terpencar-pencar di beragam ujung dunia
itu pernah berkumpul bersama pada suatu saat untuk membuat hadits palsu bersama
yang redaksinya sama. Atau mustahil pula mereka masing-masing di rumahnya
membuat hadits lalu kebetulan semua bisa sama sampai pada tingkat redaksinya.
Padahal ke
16 orang itua baru dari jalur Abu Hurairah saja. Apabila jumlah rawi itu
ditambah dengan yang dari ke 4 shahabat lainnya, maka jumlahnya akan menjadi
lebih banyak.
2. Tuduhan
Bahwa Hadits Terlalu Banyak
Orang yang
awam dengan ilmu hadits pasti dengan mudah akan menganggukkan kepada manakala
mendengar argumen musuh Islam yang mengatakan bahwa secara logika tidak bisa
diterima adanya jumlah hadits nabi yang mencapai ratusan ribu. Apakah pekerjaan
Nabi itu hanya bicara saja ? Pastilah ada banyak sekali hadits palsu.
Padahal
adanya hadits yang mencapai ratusan ribu itu sebenarnya hanya karena cara
penghitungannya saja. Rupanya para orientalis yang murid-muridnya tidak tahu
bagaimana cara menghitung hadits nabi. Mereka menduga bahwa hadits nabi itu
hanya matannya saja.
Padahal
dalam ilmu hadits, hadits adalah gabungan dari antara matan dan sanadnya.
Karenanya, bila terdapat matan hadits yang sama namun sanadnya berbeda misalnya
10 jalur sanad, tetap akan dihitung sebagai 10 hadits dan bukan satu hadits
saja. Dari sisi ini saja sudah terbukti bahwa mereka yang melontarkan tuduhan
sebenarnya tidak tahu duduk persoalannya.
3. Tuduhan
Bahwa Hadits Tidak Ditulis Di Masa Nabi
Para
orientalis seringkali mengatakan bahwa hadits baru ditulis seratus tahun lebih
setelah Rasulullah SAW wafat. Sehingga sangat besar kemungkinan terjadinya
pemalsuan. Sedangkan di masa Rasulullah SAW hadits itu tidak pernah ditulis.
Tuduhan ini pun seringkali mengecoh orang awam untuk membenarkan tasykik.
Padahal
para orientalis keliru memahami ungkapan Imam Malik yang menyebutkan bahwa
orang yang menulis hadits adalah Ibnu Syihab Az-Zuhri (w 123 H). Bahkan
penelitian menunjukkan bahwa di masa Rasulullah SAW masih hidup, tidak kurang
ada 52 orang shahabat yang kerjanya menulis dan mencatat hadits-hadits beliau.
Sedangkan di kalangan tabi`in ada 247 yang melakukan hal serupa.
Adapun
yang dikatakan oleh Imam Malik maksudnya adalah bahwa Az-Zuhri merupakan orang
yang pertama kali mengumpulkan naskah-naskah hadits menjadi satu.
Hujatan Terhadap Hadist Abu Hurairah r.a.
Kenalilah
apabila ada tulisan atau pembicaraan yang mendiskreditkan Abu Hurairah para
muhaddis lainnya sebagai propaganda dari kalangan inkarus sunnah yang tujuannya
menghancurkan Islam dengan memanfaatkan keawaman umat Islam.
Abu Hurairah adalah tokoh besar
ilmu hadits yang menduduki urutan pertama yang paling berjasa. Kalau level Abu Hurairah bisa dilecehkan
seperti itu, apatah lagi para shahabat lainnya lainnya.
Umumnya
hujatan mereka berkisar pada banyaknya hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah, padahal masuk Islamnya termasuk belakangan. Seharusnya, menurut
logika mereka, para shahabat yang lebih dahulu masuk Islam di Mekkah lebih
banyak hadits riwayatnya.
Tapi
mereka lupa satu hal, yaitu bila kita perhatikan isi hadits Abu Hurairah,
kebanyakan merupakan merupakan rekaman hal-hal yang sangat teknis dan
kecil-kecil dari sosok Rasulullah SAW. Abu Hurairah memang tidak pernah lepas
dari sisi Rasulullah SAW sejak masuk Islamnya.
Berbeda
dengan para shahabat lainya yang banyak diberi amanah oleh Rasulullah SAW untuk
berdakwah kesana kemari, bahkan ada yang dijadikan pejabat dan tinggal di
mancanegara. Abu Hurairah tidakpernah diberi amanat yang menuntutnya berjauhan
jarak dari Rasulullah SAW, karena itu dengan leluasa beliau bisa `merekam’
semua gerak gerik Rasulullah SAW 24 sehari. Apalagi beliau tinggal di masjid
Nabawi yang letaknya menempel dengan rumah Rasulullah SAW. Karena itu wajarlah
bila hadits riwayat beliau lebih banyak dan lebih menyangkut hal-hal yang kecil
tentang perbuatan, perkataan dan taqrir Rasulullah SAW.
Selain Abu
Hurairah juga ada Az-Zuhri yang sering pula dilecehkan oleh kaki tangan
ingkarus sunnah. Sebagaimana Abu Hurairah, Az-Zuhri pun merupakan tokoh kunci
dalam ilmu hadits. Kalau selevel Az-Zuhri sampai dilecehkan, apatah lagi yang
lainnya.
Hal yang
sama juga terjadi pada Imam Al-Bukhori yang sering dilecehkan oleh para
mungkirus sunnah. Intinya, tebanglah pohon dari pangkalnya, bukan ranting atau
cabangnya. Bila kampanye dan penghujatan kepada tiga tokoh ini berhasil, maka
semua tokoh hadits yang pernah ada di muka bumi ini menjadi tidak ada lagi
artinya.
Karena
tiga tokoh itu merupakan inti dan pondasi ilmu hadits yang disepakati oleh
jumhur ulama dan umat Islam sepanjang masa. Tidak ada yang menhujat dan
melecehkan mereka kecuali tokoh zindiq. Dan melecehkan dan menghujat mereka
tidak lain adalah penghujatan kepada Islam itu sendiri. Karena hampir semua isi
agama dan syariat Islam yang kita kenal ini, sebagian besar sumber pengambilan
dalilnya dari hadits-hadits yang mereka riwayatkan. Kalau sampai mereka dihujat
dan dikatakan pembohong, artinya semua isi syariat Islam ini bohong semua dan
Islam pasti hilang dari muka bumi.
Mengapa Abu Hurairah Banyak Meriwayatkan Hadits?
1. Hadits
Nomor 84:
Diceritakan
oleh Abu Hurairah r.a.,
“Orang mengatakan Abu Hurairah banyak
meriwayatkan Hadits. Kalau tidaklah karena dua ayat dalam Al-Quran niscaya saya
tidak akan meriwayatkan hadits.” Kemudian dia membaca ayat, “sesungguhnya
mereka menyembunyikan keterangan dan petunjuk yang kami turunkan sesudah kami
jelaskan kepada manusia dalam Al-kitab, mereka itu dikutuk oleh Allah dan oleh
orang-orang yang turut mengutuk. Kecuali mereka yang bertaubat, mengadakan
perbaikan, dan menjelaskan kembali keterangan-keterangan Allah. Maka Tobat
mereka itu akan Kuterima dan Aku Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS
Al-Baqarah ayat 159-160). lalu Abu Hurairah meneruskan, “Saudara-saudara kita
Para Muhajirin sibuk dengan perniagaan mereka di pasar-pasar dan
saudara-saudara kita kaum Anshar sibuk dengan urusan harta kekayaan mereka
masing-masing. Tetapi saya selalu mengikuti Rasulullah kemana-mana, disamping
saya bisa memenuhi kebutuhan perut saya*), saya pun dapat menghadiri
ceramah-ceramah Nabi yang mereka tidak dapat hadir, serta menghafal apa yang
mereka tidak dapat menghafal ( Bukhari).
*Ket.
penterjemah: Abu Hurairah dan beberapa shahabat yang lain pernah makan dan
minumnya ditanggung oleh Rasulullah SAW karena mereka tidak mampu. hal ini
menyebabkan hubungannya sangat rapat dengan Rasulullah SAW dan banyak
meriwayatkan hadits.
2. Hadits No.
1977
Dari Abu
Hurairah r.a. katanya:
Sesungguhnya kamu mengemukakan bahwa Abu
Hurairah terlampau banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw, sedang Allah
memberikan ancaman (kepada orang-orang yang membuat hadits palsu).Sesungguhnya
saya ini seorang miskin yang tetap mengikuti Rasulullah SAW dengan perut
kenyang. kaum Muhajirin sibuk jual beli di pasar-pasar, sedang kaum Anshar
sibuk mengurus harta mereka. Saya hadir dekat Rasulullah SAW pada suatu hari
dan beliau berkata, “Siapakah yang hendak mengembangkan cedarnya/jubahnya
(ridaa ahu) sampai selesai ucapanku sesudah itu dilipatnya, maka dia tiada akan
lupa sedikit pun apa yang didengarnya dariku.” lalu mantel yang saya pakai saya
kembangkan. Demi Allah yang mengutus beliau membawa kebenaran, saya tidak lupa
sedikitpun apa yang saya dengar dari beliau. (Bukhari)
3. Hadits No.
85
Dari Abu
Hurairah r.a. katanya:
“Saya berkata kepada Rasulullah SAW, “Ya
Rasulullah! Saya banyak menerima hadits dari Anda, tetapi saya banyak lupa.”
Sabda beliau, “Singkapkanlah jubahmu!” Lalu kusingkapkan jubahku. Kemudian
Rasulullah menyauk dengan kedua tangannya, dan berkata, “Kumpulkanlah!” Lalu
kukumpulkan dan sesudah itu aku tidak pernah lupa lagi.” (Bukhari)
4. Hadits/Atsar
No. 82
Abu
Hurairah r.a. berkata,
“Tidak seorangpun diantara para sahabat Nabi
yang lebih banyak dari saya dalam mengumpulkan hadits kecuali Abdullah bin Amr
bin Ash, dia pandai menulis tetapi saya tidak”*) (Bukhari)
*Ket.
penterjemah: Dalam buku-buku hadits lebih banyak hadits yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah daripada Abdullah bin Amr karena Abu Hurairah tetap mengajar dan
menyampaikan hadits di Masjid Nabawi Madinah, sedangkan Abdullah bin Amr banyak
melakukan perjalanan ke Thaif, Mesir dll dan lebih banyak beribadat daripada mengajar.
5. Hadits/Atsar
No. 86:
Dari Abu
Hurairah r.a. katanya,
“Saya hafal dua karung hadits dari Rasulullah.
Yang satu karung telah saya sampaikan, yang satu karung lagi kalau saya siarkan
niscaya dipotong orang leherku.”*) (Bukhari)
*Ket.
penterjemah: Maksudnya kalau isi karung yang satunya disiarkan juga ia akan
dibunuh, sebab itu tidak disiarkan. Tindakan Abu Hurairah ini bukanlah
menyembunyikan ilmu yang sangat dicela oleh agama. Karena hadits yang tidak
disiarkan bukanlah yang berhubungan dengan hukum agama (syariah), tetapi
khabar-khabar ghaib yang akan terjadi dalam masyarakat Islam, khabar-khabar
yang tidak menyenangkan bagi beberapa kelompok kaum dan pembesar-pembesar yang
berkuasa dimasa itu.
Pesan Buat Para Pengingkar Hadits
Maka para
pengingkar hadits dari kalangan muslimin sebenarnya perlu membuka mata untuk
tahu dari manakah sebenarnya pemikiran keliru itu mereka lahap. Tidak lain dari
para orientalis yang sejak awal sudah punya niat tidak baik terhadap Islam.
Seharusnya
mereka perlu sedikit lebih mawas diri untuk belajar dan memperdalam ilmu agama
secara benar, agar tidak terlalu mudah terlena dengan bujuk rayu musuh Islam.
Sayangnya
kebanyakan mereka justru terlalu awam dengan ajaran Islam, ditambah terlalu
mudah terpesona dengan apa yang lahir dari mulut musuh-musuh Islam. Seolah-olah
barat itu sumber kebenaran satu- satunya.
Sumber:
http://www.syariahonline.com/konsultasi/?act=view&id=9104
http://www.syariahonline.com/jan03/10umum/00000001.htm
Hadist nomor 1-5 disimak oleh Muttaqien (MIIAS)
http://wiemasen.com/menangkis-propaganda-anti-hadis/
http://wiemasen.com/menangkis-propaganda-anti-hadis/
Related articles
Sejarah Penulisan hadits Masa Rasulullah
Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam dan Shahabat Radhiyallahu'Anhu
Inkar Sunnah
Bantahan Terhadap Syi’ah Dan Ingkar Sunnah: Sejarah
Pengumpulan Al-Qur’an. Fungsi-Fungsi As-Sunnah (Hadits) Dalam Kaitannya Dengan
Al-Qur’an
Kritik Hadits Menurut Tinjauan Ali Musthofa Ya’kub
Bentuk-Bentuk Perendahan Sunnah Nabi shallallahu
'alihi wa sallam - Golongan Al Qur’aniun ( Inkar Sunnah )
Kedudukan Shahih Bukhari Muslim [ bagian I ]
Telaah atas kritik Orientalis terhadap Hadits (Hadith
Criticism) oleh 3 orientalis: Ignaz Goldziher, Joseph Schacht dan G.H.A
Juynboll
http://lamurkha.blogspot.co.id/2015/05/telaah-atas-kritik-orientalis-terhadap.html