Ahad,
17 Juli 2016 - 12:30 WIB
Hendaknya kita menyadari bahwa
setelah kematian, tak mungkin kita dikembalikan ke dunia !
Alhamdulillah, atas izin Allah
Subhanahu Wata’ala, penulis berkesempatan menimba ilmu bersama Syeikh Hamid Al
Bukhari hafizhahullah ta’ala, pengajar di Masjid An Nabawi, Madinah KSA. Syeikh
Hamid dikenal memiliki qiroat asyrah,
lahir di Madinah al Munawwarah juga mendapatkan sanad kutubusittah dan al
muwattho’ Imam Maalik.
Dalam majelisnya, Syeikh Hamid
banyak menyampaikan wasiat terkait kebaikan dan kekalnya akhirat. Dibawah ini
adalah beberapa cuplikan wasiat dan nasehatnya.
Setelah memuji Allah ta’ala dan
bershalawat kepada Rasulullah serta meminta limpahan rahmat dan curahan ilmu
dari Allah, Syeikh Hamid memberikan beberapa faidah:
1.Termasuk keutamaan menuntut
ilmu sebagaimana hadits yang diriwiyatkan dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah
adalah Allah akan menurunkan ketenangan, rahmat, malaikat akan menaungi mereka
serta Allah akan memuji-muji mereka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda.
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ
اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ
وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ
فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah suatu kaum
berkumpul di satu rumah Allah, mereka membacakan kitabullah dan mempelajarinya,
kecuali turun kepada mereka ketenangan, dan rahmat menyelimuti mereka, para
malaikat mengelilingi mereka dan Allah memuji mereka di hadapan makhluk yang
ada didekatnya.” [JR Abu Daud dalam Sunannya, Kitabul Adab]
2.Kita hidup di dunia
sebagai musafir, orang asing yang keluar dari kampung halamannya. Asal kita adalah
rumah bapak kita Adam yaitu surga, di mana beliau telah dikeluarkan dari sana
karena perbuatan dosanya.
3.Kita juga bagaikan
para pegawai yang ditugaskan untuk melaksanakan tugas, barangsiapa yang
melaksanakan tugas tersebut dengan baik maka kita akan mendapatkan balasan atas
tugas kita tersebut. Namun sebaliknya, bila kita menyia-nyiakannya maka
balasannya pun adalah kerugian.
4.Tujuan kita
diadakan di muka bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah sebagaimana
firman Allah.
“Dan tidaklah Aku
ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu.” (QS: Adz
Dzariyyat 56)
5.Jika kita sudah
mengetahui bahwa kita cuma orang asing, dan beribadah dan semua perbuatan kita
akan ditulis oleh para malaikat dan dimintai pertanggung jawaban, oleh karena
itu hendaknya kita isi dengan amalan kebaikan dan menjauhi keburukan.
6.Banyak orang yang
lupa merasa bahwa mereka akan hidup kekal di dalam dunia, dia tidak peduli
mencari harta apakah itu halal atau tidak, dia berusaha mengumpulkan harta
seakan-akan dia hidup kekal abadi.
7.Apakah kita akan
kekal di dunia ini? Manusia-manusia yang hidup 100 tahun yang lalu, apakah
mereka masih eksis sekarang? Dulu mereka makan, minum, bertransaksi jual beli…
sekarang di mana mereka? Kehidupan mereka telah berakhir.. Apakah setelah seratus
tahun, kita akan tetap hidup di muka bumi ini? Maka hendaknya kita berpikir.
8.Sesungguhnya kita
hanya sedang singgah di sebuah tempat persinggahan. Setelah ini kita akan
melanjutkan perjalanan kita ke alam barzakh untuk kemudian dibangkitkan.
Setelah itu kita akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan kita.
9.Dahulu Fir’aun
adalah orang yang sombong, menganggap bahwa dia adalah Rabb yang paling tinggi.
Di mana dia sekarang? Setiap hari dia diadzab di alam kubur.
وَحَاقَ بِآَلِ
فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا
وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
“Dan Fir’aun beserta
kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka ditampakkan neraka
pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada
malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.””
(QS: Al-Mu’min: 45-46)
10.Abu Jahal, Abu
Lahab, Sumayyah bin Khalaf yang memusuhi agama Rasulullah dan mati di perang
Badar, di mana mereka sekarang? Mereka berada di alam kubur di siksa sampai
kelak dibangkitkan pada hari kiamat. Maka perhatikanlah fase-fase kehidupan
ini. Setelah ini kita akan menghadapi alam barzakh dan kemudian dibangkitkan
dan dimintai pertanggungjawaban atas amalan kita selama hidup.
11.Seseorang yang
dijanjikan akan diberikan seluruh kenikmatan dunia lalu dia disuruh merasakan
panasnya periuk berisi minyak mendidih apakah kita mau.
12.Cukup bagi kita
ketika menyadari adzab kubur membuat seseorang yang berakal akan menghentikan
maksiatnya.
13.Kita baru berada
di fase pertama, nanti akan kita akan dimasukkan ke dalam alam kubur yang
adzabnya sangat pedih.
14.Adzab kubur sudah
demikian pedih, akan tetapi mereka akan melupakan adzab kubur ketika merasakan
adzab neraka karena demikian kerasnya adzab neraka.
قَالُوا يَا
وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ
الْمُرْسَلُونَ (
“Mereka berkata,
“Aduhai, celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur
kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Rabb) Yang Maha Pemurah dan benarlah
rasul-rasul-(Nya).” (QS: Yaasin: 52)
15.Dan adzab tersebut
akan sangat lama, Keadaan satu hari di akhirat lamanya 50.000 tahun.
Sebagaimana firman Allah di dalam surat Al Maarij.
فِي يَوْمٍ كَانَ
مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Dalam sehari yang
kadarnya limapuluh ribu tahun.” (QS: Al Ma’arij: 4).
Bayangkan demikian
lamanya siksaan yang akan dirasakan naudzubillah.
16.Ketika kita
menyadari bahwa ini semua menanti kita, maka seorang yang berakal akan
menyadari bahwa dunia ini bukanlah tempat kekekalan.
17.Di dunia ini kita
hidup hanya sebentar, di alam barzakh lebih lama, dan di akhirat kelak akan
lebih lama… Apakah kita akan tinggal di akhirat sribu tahun? Jutaan tahun?
Tidak… kita akan hidup kekal abadi di akhirat.. Maka hendaknya kita berpikir.
18.Jika engkau
diberikan wilayah seluas seribu mil, maka kau akan merasa kaya. Maka di surga
kita paling minim akan mendapatkan seluas bumi dan sepuluh kali kali lipatnya.
19.Ketika engkau
mencari nafkah di safarmu, di mana engkau akan merasakan kenikmatan dari
nafkahmu? Ketika safar atau ketika engkau kembali ke rumahmu? Tentu engkau akan
menikmatinya setelah engkau pulang. Maka demikianlah kehidupan dunia ini.
20.Dikisahkan dari
Abu Thalhah Al Anshari yang memiliki kebun di depan masjid Nabawi yang di
dalamnya terdapat sumur yang airnya sangat lezat, kebun tersebut disebut
Bairuha.
Ketika turun firman
Allah subhanahu wata’ala
لَنْ تَنَالُوا
الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ
فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ ( آل عمران : 92 )
” Kamu sekali-kali
tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan dari
apa apa dari harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya. ” (QS: Ali Imran : 92 )
Maka ketika ayat ini
turun, datanglah Abu Thalhah kepada Rasulullah dan berkata: “Wahai Rasulullah,
aku mempunyai kebun Bairuha dan aku infakkan untuk Allah subhanahu wata’ala,
karena ini adalah harta yang paling aku cintai”.
Maka Rasulullah
berkata: “Sungguh bairuha ini adalah harta yang sangat mahal wahai Abu Thalhah”
Maka Rasulullah
mengatakan, “Bakhin bakhin.. ini adalah perniagaan yang sangat menguntungkan
wahai Abu Thalhah.”
Abu Thalhah tahu
bagaimana seharusnya menjalani kehidupan, mempersiapkan akhirat beliau.
21.Syeikh kemudian
menyebutkan kisah kedua yaitu kisah Abu Dahda radhiyallahu anhu. Dikisahkan ada
seorang lelaki (anak yatim) berkata: “Wahai Rasulullah, si fulan memiliki pohon
kurma yang tumbuh di kebunku yang aku usahakan. Tolong, perintahkan dia agar memberikannya
padaku sehingga aku dapat menyempurnakan kebunku itu.”
Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda (kepada si fulan): “Berikan saja pohonmu, dan aku
menjamin bagimu pohon kurma di surga.” Sayangnya dia menolak. Lalu Abu Dahdah
mendatangi pemilik pohon itu dan berkata, “Tukarlah pohon kurmamu dengan
(seluruh) kebunku”, dan akhirnya orang itu bersetuju. Di dalam kebun Abu Dahda
terdapat ratusan pohon kurma.
Maka Abu Dahdah
mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Wahai Rasulullah,
telah aku tukar pohon kurmanya dengan kebunku.”
Kemudian Abu Dahdah
mendatangi isterinya dengan berkata, “Wahai Ummu Dahdah, keluarlah dari kebun,
aku telah menukarnya dengan pohon kurma di surga.”
Ummu Dahdah lalu
berkata: “Sungguh beruntung perniagaan ini.”
Rasulullah lantas
bersabda: “Dan sekarang berikan pohon kurmamu kepadanya (anak yatim) kerana aku
telah memberikan (jaminan) pohon kurma surga padamu.”
Lantas Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh banyak sekali pohon kurma yang
Abu Dahdah nikmati di surga kelak.” Rasulullah mengucapkannya berulang kali.”
Tidak lama setelah
itu Abu Dahda pun meninggal dunia dalam keadaan dia telah membawa amalan
shadaqahnya dan dipersaksikan oleh Rasulullah dengan Surga.
22.Harusnya kita dalam
menjalani kehidupan kita mempersiapkan kehidupan kita yang abadi kelak di
akhirat. Jangan kita abaikan sampai kelak menjadi penyesalan.
Allah berfirman..
فذوقوا بما نسيتم
لقاء يومكم هذا إنا نسيناكم , وذوقوا عذاب الخلد بما كنتم تعملون
“Maka rasailah olehmu
(siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan dengan harimu ini.
Sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal,
disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan.” (QS: As Sajdah:14)
23.Orang yang disiksa
di akhirat, maka mereka menginginkan kematian setelah disiksa dengan adzab yang
pedih.
Allah mengisahkan
keadaan mereka,
وَنَادَوْا يَا
مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُم مَّاكِثُونَ
“Mereka berseru: “Hai
Malik (penjaga neraka) biarlah Rabbmu membunuh kami saja”. Dia menjawab: “Kamu
akan tetap tinggal (di neraka ini)”. (QS: Az-Zukhruf: 77)
24.Perhatikan kisah
orang yang mendapatkan kenikmatan surga dan adzab yang pedih di dalam neraka!
Disebutkan di dalam
hadits bahwa pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya
sewaktu di dunia dari penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka
sejenak. Kemudian ia ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu
kebaikan, pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab: ”Tidak,
demi Allah, ya Rabb.”
Dan didatangkan orang
yang paling menderita sewaktu hidup di dunia dari penghuni surga. Lalu ia
dicelupkan ke dalam surga sejenak. Kemudian ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah
kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu merasakan suatu kesengsaraan?”
Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah merasakan
kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan apapun.” (HR Muslim 5018)
25.Hendaknya kita
menyadari bahwa setelah kematian, tak mungkin kita dikembalikan ke dunia. Allah
berfirman..
حَتَّى إِذَا جَاءَ
أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (٩٩)لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا
فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ
بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (١٠٠)
“Hingga apabila
datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, “Ya Rabbku
kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku beramal shalih terhadap yang telah aku
tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan
saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.” (Qs Al
Mukminun: 99-100)
Semoga kita
dimasukkan ke dalam surgaNya Allah
subhanahu wata’ala. Aamiin.*/Abu Zaidan al-aroby