Sikap
Kita Kepada Mu’awiyah Bin Abi Shufyan
Ustadz, sudah kita ketahui bahwa kita dilarang mencela dan
mencemooh (menganggap jelek) prilaku para sahabat nabi karena mereka adalah
generasi terbaik dalam Islam. Tapi ketika kita melihat sejarah, maka tidak bisa
dipungkiri bahwa pada masa Kekholifahan sahabat Mu’awiyah bin Abi Shufyan
terdapat banyak hal yang tidak sesuai dengan prinsip Islam. Seperti perebutan
kekuasaan, politisasi Haditsatut Tahkim dan juga pengangkatan
putranya, Yazid bin Mu’awiyah sebagai PUTRA MAHKOTA. Bagaimana tanggapan
Ustadz?
Umumnya setiap kali kita bicara tentang perseteruan para
shahabat nabi terutama antara Muawiyah, Ali dan Utsman, aroma yang kita hirup
tidak akan jauh-jauh dari suasana panas, fitnah dan darah. Seolah-olah kisah
mereka hanya melulu kekerasan dan tragedi, sementara prestasi mereka tidak
pernah diungkap. Katakanlah tentang bagaimana kisah Yazid bin Mu’awiyah yang
ternyata pernah singgah di negeri kita nusantara tercinta ini. Ternyata seorang Yazid yang
seringkali kita hujat, setidaknya oleh beberapa versi buku sejarah, adalah
seorang pahlawan besar yang berjasa menyebarkan agama Islam ke berbagai negara
di dunia ini, termasuk Indonesia.
Lalu kenapa kisah tentang orang-orang besar itu malah menjadi
kisah perebutan kekuasaan?
Apakah hidup mereka hanya berisi perebutan masalah duniawi
seperti itu? Senista itukah orang-orang yang dididik dan dibina serta dikader
oleh seorang Rasulullah SAW?
Ada banyak hal yang perlu kita pahami saat kita membaca sejarah
Islam, karena menyangkut bagaimana nanti kita memahami sejarah itu.
Pertama
Di antaranya adalah akurasi sebuah kisah. Apa benar cerita dan
kisah yang ditulis orang dalam sejarah itu merupakan fakta atau hanya rekaan
manusia? Bukan tidak mungkin kalau semua itu ditulis oleh tangan-tangan yang
tidak bertanggung-jawab, yaitu para orientalis kafir yang jahat.
Ternyata menurut Dr. Muhammad Qutub, nyaris hampir semua buku
sejarah ditulis oleh para orientalis, bukan oleh para ulama yang lurus dan
berpihak kepada Islam. Sehingga beliau mengusulkan untuk dilakukan penulisan ulang
terhadap sejarah Islam dari mula. Sebab buku-buku dan
literatur yang tersedia di berbagai perpustakaan, nyaris tidak ada yang bisa
dipegang karena begitu banyak sumbernya ditulis oleh orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sehingga wajah para shahabat
nabi yang mulia itu berubah menjadi hitam dalam lembar sejarah tulisan mereka.
Kedua
Mungkin kita menerima kebenaran kisah yang terjadi di masa para
shahabat nabi, karena memang ada konfirmasi dari para sejarawan muslim yang
shalih, tetapi bagaimana dengan sudut pandang dan penafsiran atas kejadian
tersebut?
Sebab biar bagaimana pun faktor subjektifitas dalam menilai
sebuah kisah dan cerita memang sangat besar. Bukan tidak mungkin ada opini
penulis sejarah yang terbawa. Kisah boleh sama, tapi keberpihakan pasti
berbeda. Sudut pandangnya pun juga beda.
Misalnya, kalau sejarah ditulis oleh Belanda, maka yang jadi
pahlawan adalah tentara Belanda. Sebaliknya, kalau yang menuliskannya adalah
orang Indonesia, maka yang biasanya yang benar dan menang dalam peperangan itu
adalah pihak Indonesia.
Kalau kita nonton film Rambo, maka yang jadi jagoan adalah
Amerika. Tapi kalau kita nonton film buatan Vietnam, maka Amerika justru jadi
penjahat.
Sekarang ketika kita baca kisah perseteruan antara Mu’awiyah dan
yang lainnya, kira-kira kisah itu versi siapa? Versi para pendukung Muawiyah
atau kah versi para penentangnya?
Sikap Kita Kepada Para Shahabat
Para shahabat nabi semuanya adalah orang shalih, dan diharamkan bagi kita untuk mencaci maki para shahabat ridhwanullahi
alaihim. Bahkan banyak di antara mereka yang dipastikan masuk surga,
sejak masih hidup.
Misalnya keempat khalifah Rasulullah SAW yaitu Abu Bakar, Umar
bin Al-Khattab, Utsman bin Al-Affan dan Ali bin Abi Thalib, ridhwanullahi
‘alaihim. Dan ada juga 10 para shahabat yang dijanjikan surga.
Di dalam Al-Quran, Allah SWT telah menyanjung para shahabat nabi
ini tanpa terkecuali. Allah telah ridha kepada mereka dan mereka juga ridha
kepada Allah.
Sesungguhnya Allah telah
rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah
pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan
ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan
yang dekat (waktunya).(QS. Al-Fath: 18)
Kesimpulannya adalah kita memang wajib menulis ulang kitab-kitab
sejarah kita. Karena apa yang kita baca saat ini tentang para shahabat nabi
itu, seringkali bersumber dari rujukan non muslim. Atau dari umat Islam namun
asal muasal riwayatnya tidak bisa dipertanggung-jawabkan.
Kalau hadit nabi Muhammad SAW punya penelitian yang canggih
sehingga bisa keluar status hukum hadits, ada yang shahih, hasan dan dhaif
termasuk yang maudhu’, sayang sekali justru ketika meriwayatkan kisah para
shahabat, khususnya konflik yang terjadi di masa Muawiyah, kita tidak
menggunakan sistem seleksi seketat hadits nabi.
Seadainya sistem seleksi riwayat itu dibuat ketat, insya Allah
kita tidak akan membaca kisah yang penuh dengan darah ala film silat. Tetapi
yang kita lihat adalah keagungan bangunan Islam.
Sikap Kita Kepada Muawiyah dan lainnya
Sikap kita kepada Muawiyah tidak ada bedanya dengan sikap kita
kepada Ali bin Abi Thalib atau pun juga kepada Utsman bin Al-Affan ridhwanullahi
‘alaihim. Logikanya, kalau kita membenci Mu’awiyah, maka ada berapa banyak
hadits yang harus ditolak, lantaran diriwayatkan oleh Mu’awiyah? Dan ternyata
hadits-hadits itu shahih.
Bukankah menolak hadits shahih justru merupakan kekufuran?
Para ulama hadits sepanjang sejarah tidak pernah menolak hadits
dari siapa pun yang diriwayatkan oleh para shahabat, siapa pun dan dari
kelompok mana pun shahabat itu. Bahkan seleksi al-jarhu wa at-ta’dil tidak
diberlakukan di level shahabat. Seleksi seketat itu hanya diberlakukan di level
berikutnya, mulai dari level tabi’in ke bawah.
Adapun para shahabat nabi, semuanya berstatus ‘adil, tidak bisa
ditetapkan sebagai pendusta, atau ingatannya lemah, atau sebutan-sebutan lain
khas ahli hadits.
Seban semua shahabat nabi SAW tanpa kecuali adalah orang-orang
yang ‘adil dan diridhai Allah SWT. Maka kita menyebut Mu’awiyah
dengan tidak lupa pula disandingkan dengan sebutan radhiyallahu ‘anhu. Lupakan
saja tulisan sejarah yang tidak jelas asal-usulnya itu, setidaknya belum lagi
diseleksi lewat sistem kritik hadits yang profesional.
Semoga ke depan lahir dari umat ini orang-orang yang menjadi
ekpert di bidang ilmu sejarah, untuk memperbaiki penulisan sejarah yang kini
lebih sering diselewengkan oleh para orientalis beserta murid-muridnya dan juga
orang-orang yang terlalu banyak merujuk ke tulisan mereka.
Sumber:
Bagaimana Bersikap Kepada
Mu’awiyah Bin Abi Shufyan?
Oleh Ahmad Sarwat, Lc
eramuslim.com/islammoderat.com
Oleh Ahmad Sarwat, Lc
eramuslim.com/islammoderat.com
Related Articles :
Al Isra’ Ayat 33: Muawiyah Menuntut Hukum Qisas Ke Atas Pembunuh Khalifah Usman.
‘Aliy bin Abi Thaalib : Mu’aawiyyah adalah Saudara Seiman, Sama
dengan Dirinya
Dialog Indah antara Aisyah, Ali dan Muawiyah radhiyallahu anhum
Fitnah Terhadap Daulah Bani Umayyah
Imam Ali: Andai Saja Muawiyah Mau Menukar 1 Orangnya Dengan 10
Syiahku
Imam Hasan, Imam Maksum Yang Dibenci Syiah, Mengapa Dia
Membai'ah Muawiyah?
Keutamaan Mu'awiyah Bin Abu Sufyan (Bantahan Untuk Syiah)
Kisah Tahkim Yang Palsu
Keutamaan Muawiyah, Kaum Anshar dan Siapa ( Dimana Posisi ) Kita
? ( Bagian Pertama )
Keutamaan Muawiyah, Kaum Anshar dan Siapa ( Dimana Posisi ) Kita
? ( Bagian Kedua )
Kitab Syiah: Bagaimana pandangan Imam Ali terhadap Muawiyah?
Memandang Perang Shiffin Bukan dari Mata Pendengki
Mengenal Muawiyah bin Abu Sufyan radhiyallahu 'anhuma
Majmu Fatawa: Kedudukan Muawiyah dan Amr Bin Ash
Makam Muawiyah Oleh Syi’ah Dianggap Tempat Pembuangan Sampah
Meneliti 5 Riwayat Hadits Yang Menghujat Sahabat Mu'awiyah
Menghujat Abu Hurairah, Syiah Menghujat Kitabnya Sendiri, Apakah
Imam Syiah Menjadi Antek Muawiyah?
Muawiyah Dan Keutamaannya, Beliau Adalah Juru Tulis Rasulullah, Bahkan
Dijanjikan Masuk Surg
Meluruskan Pemahaman Tentang Shahabat Mu’awiyah Radhiallahu
‘Anhu
Muawiyah, Gerbang Kehormatan Sahabat
[Mengenang Kembali] Muawiyyah Ibnu Abu Sofyan
Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Pemimpin Cerdas yang Mendapat Banyak
Fitnah
Pembelaan Salafi Ahlussunnah terhadap Kehormatan Shahabat Nabi,
Mu’awiyah bin Abi Sufyan (1): SIAPA KITA, SIAPA MU’AWIYAH?
Pembelaan Salafi Ahlussunnah terhadap Kehormatan Shahabat Nabi,
Mu’awiyah bin Abi Sufyan (2): KONSPIRASI MENCABIK KEHORMATAN MU’AWIYAH BIN ABI
SOFYAN
Pembelaan Salafi Ahlussunnah Terhadap Kehormatan Shahabat Nabi,
Mu’awiyah bin Abi Sufyan (3): KEUTAMAAN MU’AWIYAH KESEPAKATAN AHLUSSUNAH
SEPANJANG ZAMAN
Sesungguhnya Mu'awiyyah Radhiyallaahu 'Anhu Lebih Baik Bagiku
Daripada Mereka Yang Mengaku-Ngaku Sebagai Syi'ahku!!!!
Sikap Ahlus Sunnah Terhadap Mu'awiyah Dan Pertikaiannya Dengan
Ali
Surat kepada Abu Hasan ( Penggugat ) : Muawiyah r.a – 1
Tanggapan Atas Artikel “Distorsi Sejarah dalam Serial Muawiyah,
Hasan dan Husein”