Pooya Dayanim, dari Komite Urusan Publik
Yahudi di Iran (IJPAC), mengatakan aksi ini merupakan indikasi warga Iran
memiliki kebebasan yang sangat terbatas secara sosial, politik, dan ekonomi
Puluhan ribuan rakyat Iran, hari Jumat
(28/10/2016) melakukan demonstrasi besar-besaran dalam rangka memperingati
sejarah keagungan masa lalu mereka yang biasa dikenal dengan sejarah peradaban
Persia kuno sebagai kaum pagan penyembah api sebelum akhirnya ditaklukkan
oleh Islam.
Seperti dilansir situs twasul, Sabtu
(29/10/2016) dalam demonstrasi ini mereka meneriakkan yel-yel anti Arab. Mereka
berkumpul di lokasi makam Raja Cyrus Agung di Pasargadae.
Menurut Dewan Nasional Perlawanan Iran
(NCRI), para pengunjuk rasa juga meneriakkan, “Iran adalah negara kita, Cyrus
adalah ayah kami” dan “kekuasaan ulama identik dengan hanya tirani, hanya
perang.”
Para demonstran juga dilaporkan
meneriakkan, “kebebasan pikiran tidak bisa berlangsung dengan jenggot,
“referensi ke pemimpin teokratis sedang berkuasa”.
Menurut para demostran segala sesuatu
datangnya dari Tuhan, kecuali musibah, karena datangnya dari bangsa Arab.
“Kami Bangsa Arya sebagai etnis terunggul
dan paling mulia di atas muka bumi ini tidak akan pernah sudi menyembah tuhan
yang disembah oleh bangsa Arab,” demikian teriaknya.
Para demonstran ini berkumpul di lokasi
Kuburan Cyrus Agung (560-529 S.M) Raja Diraja Pertama Pendiri Imperium Persia
Pagan Kuno Penyembah Api, yang terletak di kota Pasargadae dekat Kota Syiraz
Selatan, sembari meneriakkan yel-yel kebangsaan Persia mereka.
Pada saat demonstrasi berjalan polisi
berusaha menutup jalan dan mengalihkan iring-iringan demonstran
dari situs Syrus yang bersejarah itu.
Para nasionalis lokal Iran meyakini bahwa
hari peringatan Raja Cyrus adalah hari dimana Sang Raja Persia ini menaklukkan
Babylonia-Iraq dan memproklamirkan bahwa semua manusia sama dan membebaskan
budak-budak dan ribuan Yahudi yang kala itu diperbudak di Babylonia.
Nasionalis lokal Iran juga menganggap
bahwa Raja Persia kuno mereka itu adalah orang pertama yang mengeluarkan piagam
internasional tentang HAM atau apa yg dikenal dengan “Silinder Cyrus” pada abad
ke 6 sebelum masehi.
NCRI melaporkan bahwa, sebelum aksi 28
Oktober ini, anggota Pengawal Revolusi Iran (IRGC) dan otoritas Iran sudah
mengambil langkah-langkah dengan membatasi dampak dari demonstrasi dengan
menyebarkan rumor bahwa kota itu telah ditututp – termasuk membatalkan tur ke
situs, penyegelan jalan menuju Pasargadae. Juga mematikan Internet ada
dua hari sebelum reli.
Warga di dan dekat kota dilaporkan juga
diberitahu bahwa mereka tidak diizinkan untuk memiliki tamu selama periode
menandai kesempatan kelahiran Raja Cyrus.
Pooya Dayanim, dari Komite Urusan Publik
Yahudi di Iran (IJPAC), mengatakan kepada Breitbart Newsaksi merupakan
indikasi bahwa warga Iran –khususnya pemuda– memiliki kebebasan yang
sangat terbatas secara sosial, politik, dan ekonomi.
Dia mengatakan “untuk berhubungan dengan
warisan Iran yang kaya dari era pra-Islam adalah satu-satunya sumber
kebanggaan yang mereka miliki. Apa yang terjadi hari ini adalah tanda-tanda
mereka merangkul Iran di mana saat itu dikenal Negara yang kuat dan dihormati,
sementara saat ini pemerintah yang mereka miliki telah berubah menjadi paria (kelas
terbuang) dan telah menghancurkan harapan, mimpi, aspirasi dan masa depan,
ujarnya.
Seperti diketahui, kisah Persia sudah
diprediksi dalam kisah kenabian. Nabi pernah bersabda, “Jika Persia
telah jatuh maka tidak akan pernah bangun kembali untuk selamanya. Dan Apabila
Kaisar (Raja Imperium Romawi Kuno) sudah jatuh maka tidak akan pernah bangun
lagi selamanya. Demi Allah kelak kaum Muslimin akan menguasai harta kekayaan
kedua imperium itu dan akan menginfakkannya di jalan Allah,” demikian
bunyi hadits.*Syafruddin
Ramly