Selama
itu, mereka membutuhkan cara untuk menyebarkan pengaruh dan kendali mereka, dan
pada saat yang sama harus menopang anggaran kebutuhan kesultanan mereka di
Istanbul.
Oleh
karena itu, Utsmaniyah menyebarkan ritual keagamaan dan takhayul melalui
tasawuf, seperti penyebaran budaya menyembah kuburan orang shalih, tempat
keramat, berdoa kepada orang mati, batu, pohon, dan mengkultuskan ajaran dan
tokohnya.
Mereka
memanfaatkan keterikatan orang Arab pada Islam dengan membangun tempat suci dan
masjid di sekitar kuburan orang-rang saleh dan ulama.
Jika
mereka tidak menemukan kuburan yang sebenarnya di suatu tempat, mereka membuat
kuburan palsu.
Kemudian
Ottoman mengeksploitasi kaum muslimin yang kurang ilmu dan lemah, meyakinkan
mereka bahwa perlu berdoa kepada orang mati untuk mendapatkan rezeki,
pernikahan, kehamilan, kekayaan, keselamatan, dan kesuksesan dalam hidup.
Sebagian
tokohnya menyebarkan doktrin, agar sholat diterima, harus membayar sejumlah
uang “sukarela” kepada wali makam. Semakin banyak uang yang dibayarkan semakin
besar kesempatan untuk permohonannnya dikabulkan!.
Ketika
umat Islam mengabaikan kebenaran agamanya, tempat suci kaum sufi bermunculan.
Menyebar ke sebagian besar dunia Islam.
Bahkan,
bisa jadi jumlah kuburan yang disembah di suatu negara tidak kalah dengan
jumlah kota dan desa di negara tersebut.
Tak
terkecuali di Arab Teluk yang menderita kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan
dan jauh dari kebenaran Islam. Terdapat ratusan kuburan, yang uang dan
pengorbanannya dipersembahkan agar doa diterima.
Cara
Ottoman diikuti oleh Persia, menyebarkan Sufisme-Syiah, seperti menyembah
kuburan, pohon dan batu, mengemis dan berputar-putar di sekitar kuburan.
Mengumpulkan uang dari orang-orang bodoh dan lemah yang berharap ampunan
Tuhannya, kemudian mereka ke Istanbul atau Teheran.
Oleh
karena itu, Jazirah Arab menjalani hari-hari terburuknya dalam khayalan,
keterbelakangan, dan fragmentasi serta dominasi yang mengerikan dari para
pemimpin suku yang dibeli Ottoman dengan loyalitas mereka untuk menindas suku
dan kabilah lain.
Situasi
mengerikan ini berlanjut hingga seorang mujadid, Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab, muncul di awal 1700-an dan memulai berdakwah kembali ke ajaran Islam,
menolak mitos yang dibawa Ottoman.
Ottoman
terganggu oleh dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab dan menggelarinya sebagai
“Wahabisme,” menggambarkannya seolah-olah ajaran baru yang menisbatkan kepada
Islam.
Padahal,
gerakan Syaikh Muhammad adalah pembaruan (tajdid), ajakan untuk mengoreksi cara
beragama untuk kembali ke Islam yang benar.
Syaikh
Muhammad membutuhkan seorang pemimpin politik dan militer yang mendukung
gerakan tajdid-nya. Dia menemukannya pada sosok Muhammad bin Saud, Emir
Diriyah, sebuah desa di Najd di tengah Jazirah Arab. Inilah negara Saudi
pertama yang lahir pada 1744.
Gerakan tajdid Syaikh
Muhammad menyeru untuk kembali ke Islam yang murni dan benar, seperti berdoa
langsung kepada Allah, melarang berdoa kepada mayit dan di kuburan, juga
menyeru agar tidak memberikan uang di kuburan dalam bentuk apapun.
Buah
dakwahnya, kaum Muslimin di Arab melancarkan kampanye untuk menghancurkan
tempat-tempat yang dikeramatkan, mengakhiri era pemujaan orang mati dan
kuburan, sehingga aliran dana ke perbendaharaan Kerajaan Ottoman terhenti dari Mekah
dan Madinah.
Semua
ini menjadi mimpi buruk yang mengancam aliran dana Utsmaniyah. Untuk itu,
mereka menulis buku yang menentang dakwah Syaikh Muhammad, membayar agen-agen
Arab mereka untuk mengubah citranya dan menggambarkannya sebagai kejahatan.
Sejak
itulah, istilah “Wahabisme” diciptakan dengan cara yang menipu untuk
menghubungkan semua bentuk terorisme dan ekstremisme dengan Arab Saudi.
Mereka
ingin mencegah pengaruh “Wahabisme” terhadap Muslim lainnya, demi
mempertahankan pendapatan dari muqollid ‘ama di tempat-tempat yang
dikeramatkan.
Sayangnya,
mitos Sufi Utsmaniyah dan penyembahan tempat yang dikeramatkan telah tersebar
luas di dunia Islam. Karena uang yang dihasilkannya mengalir bagi pemiliknya,
dengan terus mendistorsi dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Mereka
terus mencuri uang orang bodoh. Anda dapat bayangkan, berapa banyak uang yang
dihasilkan dari satu kuburan.
Misalnya
rezim Iran, penghasilan dari “tempat suci” digunakan untuk membiayai banyak
operasi terorisnya. Lihatlah sejumlah besar uang yang dimasukkan oleh mereka
yang memimpikan kekayaan.
Mereka
terus menyebarkan ritual dan tarian gila yang tidak ada hubungannya dengan
Islam. Tetapi orang bodoh akan memanjakannya, untuk membakar emosi mereka yang
berakhir dengan membayar uang dan memenuhi semua yang diinginkan oleh Syaikh
dari tarekat sufi, lihat situasi mereka di Turki sekarang.
Akibatnya,
banyak Muslim yang bodoh masih menggunakan istilah Wahhabisme, persis seperti
yang diinginkan Ottoman. Dan mereka tidak tahu apa sebenarnya kebenaran
“Wahhabisme” atau Muhammad bin Abdul Wahhab!
Ikhwanul
Muslimin dan sufi yang bermimpi memulihkan Kekaisaran Ottoman, mengaitkan
terorisme dengan Wahhabisme.
Tetapi
mereka tidak akan memberi tahu Anda hakekat ajaran “Wahhabisme.” Misalnya,
larangan “jihad bunuh diri,” di saat pemimpinnya Al-Qaradawi, menfatwakannya.
Padahal,
apa yang dikenal sebagai terorisme dari umat Islam, tidak muncul sampai
terbentuknya Ikhwanul Muslimin 100 tahun yang lalu, yang dianggap sebagai rahim
lahirnya Al Qaeda, ISIS, dan kelompok teroris ekstremis lainnya.
Bantahan
dari Saudinesia :
-
Copas dari tulisan pendapat pribadi Gaith Al Tamimi seorang bekas Syiah yang
"katanya" tobat.
+
Ngarang, sembarangan.
-
Ziarah Kubur kadang disalah artikan Saudinesia dan manusia-manusia picik yang
tidak ingin Muslim bersatu
+
Seandainya tidak dimaafkan, bisa jadi dituntut kelak di Yaumil Hisab atas
tuduhan ini.
-
foto-foto tradisi Ziarah Kubur di Turki dan sebagai perbandingannya kami juga
lampirkan tradisi ziarah kubur di Saudi Arabia. Tidak ada perbedaan, tidak ada
penyembahan kepada kuburan anda justru bisa melihat warga Saudi berdoa di depan
kuburan (hal yang diprotes admin Saudinesia).
+
Yang dibahas akidah dan syariat, yang ditampilkan perbandingan foto, unik
(ingin tertawa, tetapi kuatir dianggap meremehkan).
Kalau
mau membantah, beri informasi sejarah bahwa ziarah kubur Utsmani bukanlah
seperti yg dituduhkan seperti budaya menyembah kuburan orang shalih, tempat
keramat, berdoa kepada orang mati, batu, pohon, dan mengkultuskan ajaran dan
tokohnya.
Lampirkan
buktinya, misalnya sumber sejarah mengutip pendapat pakarnya atau
hipotesis.
Ini
kami perkuat bukti tulisan yang konon dibantah dg foto tsb:
Orang-orang
Turki mengagungkan Jalaluddin Rumi dan menganggapnya sebagai wali mereka.
Orang-orang
Turki semenjak Daulah Utsmani, sangat mengagungkan Jalaluddin Rumi, yang
dijuluki sebagai Maulana.
Bahkan
sampai hari ini orang-orang Turki mengagungkan dan memuliakan tokoh yang
dipanggil Maulana Jalaluddin Rumi.
Mereka
mengadakan perayaan di kuburannya, sampai hari ini. Mereka menyeka kuburnya dan
mencari berkah dari kuburan tersebut. Juga membuat perayaan peringatan
wafatnya.
Sejarawan
terkemuka Turki, Muhammad Fuad Karbelli, dalam bukunya “Qiyam Daulah Utsmaniyyah”
mengingatkan perkara ini, dengan mengatakan:
“Islam
mereka ini, yakni Turki Utsmani di masa awal, bukan Sunni, tetapi terpengaruh
oleh penyembah berhala yang terdahulu, kemudian membungkusnya dengan ajaran
Sufi.”
-
Tradisi ziarah kubur di Turki tidak berubah sejak masa Utsmaniyyah sampai
sekarang. Tradisi ini juga tidak berbeda dengan di Indonesia pada umumnya.
Apalagi admin stress Saudinesia menuduh berdoa kepada batu dan pohon,
Na'udzubillah. Tulisan yang tidak berdasarkan apa yang dilihatnya akan dimintai
pertanggung jawaban di akhirat kelak.
+
Sejarawan terkemuka di Turki, Yalmaz Oztona, dalam bukunya “Tarikh Ad Daulah Al
Utsmaniyyah,” menyatakan bahwa tasawuf merupakan bagian yang tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan orang-orang Utsmani.
Mereka
orang-orang Turki, ketika meninggalkan berhala dan memeluk Islam, yang mereka
anut adalah thariqah sufiyyah yang khurafat.
Pembantah
yang tidak ilmiah akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak.
-
Anda juga tidak akan menemui Tasawuf Sufi di dalam setiap peribadatan Muslim
Turki. Sufi di Turki adalah kelompok Tarikat pengajian bukan akidah umum. Anda
hanya akan dapat melihat budaya Sufi Darwis di acara-acara tertentu seperti
saat show buat turis. Akidah orang Turki sejak zaman Utsmaniyyah adalah
Ahlussunah Wal Jamaah dengan mayoritas bermadzhab Hanafi.
+
perayaan di kuburan Maulana Jalaluddin Rumi dengan tarian Darawis, melakukannya
gerakan badan berputar-putar, mengenakan peci dan busana putih besar di bagian
bawahnya.
Mereka
berputar-putar dengan cara yang aneh seperti orang yang mabuk, berlangsung
dalam waktu yang cukup lama.
Sebagai
pengagungan terhadap tokohnya, Daulah Utsmani memberi hadiah kepada orang-orang
Maulawiyyah, yaitu pengikut Jalaluddin Rumi. Dia juga yang menghias makam
Jalaluddin Rumi.
Lalu
Sultan Bayazid II, merevonasi makam Jalaluddin Rumi, membuatkan hiasan-hiasan
dan memasangkan kain-kain tenunan.
Seorang
Sultan yang agung, Sulaiman Al-Qanun, menjadikan makamnya ruangan untuk menari
tarian Darawis.
Sultan
Muhammad Rosyad, seorang sultan pada akhir-akhir masa kesultanan Utsmani,
menghadiahkan seorang Masyayikh Thariqah Maulawiyyah, sebuah ikat pinggang
kehormatan sultan dengan sarung pedang ditengahnya saat pembaiatan.
Bahkan
seorang Ataturk Almani, menghadiahkan pecinya kepada seorang Syaikh Thariqat
Maulawiyyah Abdul halim Jalabi.
-
Jika Saudinesia mengatakan umat Muslim selain Arab Saudi mengkultuskan ajaran
dari para tokohnya, bagaimana jika dikatakan kaum Wahhabi mengkultuskan ajaran
Muhammad bin Abdul Wahhab ?
+
Ini kejahilan orang yang tidak paham makna "wahabi." Padahal Syaikh
Muhammad hanya satu dari sekian banyak ulama Ahlu Sunnah, yang ilmunya diambil
jika sesuai dg Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan ditinggalkan jika
menyelisihinya. Bagi "wahabi," kaidah “Siapa pun perkataannya bisa
ditolak dan bisa diterima, kecuali hanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Tapi sayang kejahilannya membuat penulis bantahan di atas menjadi benci.
-
Di Turki malah tidak ada pengkultusan tokoh-tokoh besar.
+
Dusta, türbeler wali-wali tersebar mulai dari ujung Barat hingga ujung Timur
Turki. Jangan tanya seperti apa nyamannya, bisa jadi lebih mewah daripada rumah
kita.
-
Apakah hanya Muslim penganut ajaran Muhammad Bin Abdul Wahhab saja yang masuk
surga ?? Bagaimana nich admin Saudinesia dan para buzzernya ?? Anda yakin ke
Surga dengan segala Fitnah yang anda sebarkan ??
+
Pertanyaan jahil murakkab, tidak perlu dijawab, seakan2 tuduhan tsb kembali kpd
penanya. Semoga tudingan fitnahnya tdk kembali kepada diri penuduhnya.
Kenapa
Mereka Membenci Dan Memerangi Wahabi?
Raja
Abdul Aziz Aalu Su'ud rahimahullah mengatakan,
"Daulah
Utsmaniyyah memerangi kami (Arab Saudi) dengan sangat dahsyat, menyerang kami
dari berbagai sisi, dan mengerahkan kekuatan besar terhadap kami, serta
mengepung kami dari berbagai penjuru, demi menghancurkan kami dan memukul kami
di jantung pertahanan kami.
Daulah
Utsamiyyah terus memerangi kami karena menganggap (menuduh) bahwa Wahabiyyah
adalah madzhab baru, bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab membawa ajaran baru, dan
orang-orang Wahabi harus diperangi.
Namun
Allah membela (memenangkan) kami atas mereka. .. dengan kekuatan Tauhid yang
terhunjam dalam qalbu dan iman yang tertanam di dada. Allah Ta'ala mengetahui
bahwa Tauhid tidak hanya menguasai tulang dan fisik kami saja, namun juga
menguasai qalbu (hati) dan seluruh anggota badan kami.
Kami
tidak menjadikan Tauhid sebagai alat untuk mencapai ambisi-ambisi pribadi, atau
meraih keuntungan. Namun kami berpegang dengan Tauhid di atas dasar aqidah yang
kokoh dan iman yang kuat, dalam rangka kami meninggikan Kalimat Allah
setinggi-tingginya."
Mukhtaraat
min al-Khuthab al-Malakiyyah, 1/46
Darimana
Istilah Wahhabi Berasal?
Berkata
al-Imam al-Albani rahimahullah:
"Istilah
Wahhabi adalah (berasal dari) kebijakan politik Turki untuk menghalangi
(manusia) dari Islam yang benar."
Silsilatul
Huda wan Nur kaset no 176 menit ke-49
Berkata
asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah:
"Daulah
'Utsmaniyyah (Turki) pada mereka terdapat khurafat. Juga terdapat
kuburan-kuburan yang diagungkan, pemahaman tasawuf, dan bid'ah. Maka mereka
takut dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab sampai ke negara mereka. Oleh karena
itu mereka memerangi Negara Saudi."
Sumber:
al-Ijabatul Fashilah hal 39
Berkata
al-'Allamah Ibnu Badis rahimahullah:
"Para
sultan Turki, merekalah yang menyebut Hanabilah (pengikut madzhab Hambali) di
Najd dengan sebutan Wahhabiyyah. Dan merekalah yang menyebarkan tuduhan dan
kedustaan-kedustaan di seluruh penjuru dunia Islam. Mereka membayar para ahli
fiqh di penjuru negeri untuk mengarang, menulis (kitab-kitab), dan berdusta
atas nama Hanabilah Najd."
Majalah
ash-Shirath no: 5
Berkata
al-'Allamah Hammad al-Anshari rahimahullah:
"Tidak
ada satupun di dunia ini, yang menulis, menyebarkan, dan mencetak (kitab-kitab)
dalam rangka melawan dakwah Salafiyyah, yang semisal dengan Turki dan negara
Syi'ah Rafidhah di Iran. Karena sesungguhnya akidah Salafiyyah tidaklah sedikit
penyebarannya, hingga para penguasa Turki-penganut Tarekat
Naqsyabandiyah-memerintahkan (penghentian penyebarannya). Sedangkan Tarekat
Naqsyabandiyah adalah musuh akidah Salafiyyah."
Al-Majmu'
Fiy Tarjamatih 2/691