Dalam sebuah dialog di Facebook bersama beberapa
orang Syiah mengenai siapakah sahabat yang paling alim antara Abu Bakar dengan Ali bin Abi Thalibradhiyallahu anhuma? Syiah meyakini bahwa yang paling alim adalah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu. Kita meyakini Abu Bakar radhiyallahu anhu yang paling alim di antara para sahabat -dengan tidak mempertentangkan antara Abu Bakar dengan Ali bin Abi Thalib-, karena mereka berdua bersahabat dan sama-sama berjuang membela Nabi-.
Dalilnya adalah hadis dalam Shahih Bukhari,
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ، قَالَ: خَطَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «إِنَّ اللَّهَ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللَّهِ»، فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَقُلْتُ فِي نَفْسِي مَا يُبْكِي هَذَا الشَّيْخَ؟ إِنْ يَكُنِ اللَّهُ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ، فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللَّهِ، فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ العَبْدَ، وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ أَعْلَمَنَا، قَالَ: «يَا أَبَا بَكْرٍ لاَ تَبْكِ، إِنَّ أَمَنَّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبُو بَكْرٍ، وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا مِنْ أُمَّتِي لاَتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ، وَلَكِنْ أُخُوَّةُ الإِسْلاَمِ وَمَوَدَّتُهُ، لاَ يَبْقَيَنَّ فِي المَسْجِدِ بَابٌ إِلَّا سُدَّ، إِلَّا بَابُ أَبِي بَكْرٍ»
Dari Abu Sa'id Al-Khudri, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah, "Sesungguhnya Allah memberi pilihan kepada seorang hamba antara dunia dengan apa yang ada di sisiNya, maka ia memilih apa yang ada di sisi Allah" Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu anhumenangis. Saya pun bergumam, "Apa yang membuat orang ini menangis? Ketika Allah memberi pilihan kepada seorang hamba antara dunia dan apa yang ada di sisiNya, lalu ia memilih apa yang ada di sisi Allah" Setelah itu (akhirnya kita tahu) bahwa Rasulullahshallallahu alaihi wasallam adalah hamba tersebut dan yang paling alim di antara kami adalah Abu Bakar. Nabi bersabda, "Jangan menangis, sesungguhnya orang yang paling kupercaya dalam hal persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya saya ingin memilih kekasih dari umatku ini tentu saya akan memilih Abu Bakar, akan tetapi ukhuwah islamiyah dan hubungan cinta. Jangan sisakan di masjid ini ada pintu yang terbuka, kecuali pintunya Abu Bakar." (No. 466, Bab al-Khaukhah wa al-Mamarru fi al-Masjid)
Ahlul Bait mengetahui kapan Rasulullah akan wafat?
Seorang facebooker Syiah berkomentar,"hahahaha......cuma karena dalil begitu di bukhari terus dibilang paling pinter..bhuakakak...???!!! para ahlulbaitnya sudh tau kapan Rasulullah wafatsebelum beliau mengucapkannya kepada siapapun"
Padahal dalam Al-Qur'an kita diajarkan oleh AllahSubhanahu wa ta'ala bahwa tidak ada satupun yang mengetahui hal ghaib (yang tidak bisa dijangkau oleh panca indera) kecuali Allah sendiri. Sesuai dengan firman Allah
وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ هُوَ
"Dan di sisiNya terdapat kunci-kunci hal yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia" (QS. Al-An'am: 59)
Mengenai hal-hal ghaib yang diketahui oleh Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam maka itu adalah wahyu yang Allah wahyukan kepada Rasulullah, dan ini pun terbatas, tidak semua hal ghaib diketahui oleh Rasulullah, apatah lagi dengan Ahlul Baitnya.
Facebooker Syiah menjawab, "hahahahaha...kan Allah membukakannya kepada Rasul dan Ahlulbaitnya. jadi keghaiban yang bisa mereka lihat karena Allah, bukan mereka sendiri"
Orang Syiah tersebut melanjutkan jawabannya,"Ahlulbaitnya tahu, sebab mereka adalah Imam-imam penerus Rasulullah....itu kan keyakinan Syiah,...kalo kalian ga percaya ya sudah...makanya kalian lebih mengikuti orang2 yang banyak kesalahan ketimbangyang ma'shum"
(NB: Apa yang diucapkan/ dicelotehkan oleh facebooker syiah ini adalah akidah asli Syiah seperti yang terdapat dalam buku pedoman dakwah IJABI, 40 Masalah Syiah, Bab Imam Mengetahui Hal yang Ghaib, karya Emilia Renita Az, istri Jalaluddin Rakhmat. Khawatir orang Syiah berkilah seperti yang disinggung oleh KH. Tengku Zulkarnain dalam opini Republika, 13/11/2012, "Di Indonesia dan negara lain, didapati para pengikut Syiah itu pandai berkelit. kalau ada hasil kajian dari kitab-kitab Syiah yang didapati menyimpang, mereka akan katakan bahwa kitab itu tidak muktabar. Jika kemudian dilakukan kajian lapangan dan didapati penyimpangan, mereka akan katakan bahwa itu adalah tindakan orang-orang jahil.")
(NB: Apa yang diucapkan/ dicelotehkan oleh facebooker syiah ini adalah akidah asli Syiah seperti yang terdapat dalam buku pedoman dakwah IJABI, 40 Masalah Syiah, Bab Imam Mengetahui Hal yang Ghaib, karya Emilia Renita Az, istri Jalaluddin Rakhmat. Khawatir orang Syiah berkilah seperti yang disinggung oleh KH. Tengku Zulkarnain dalam opini Republika, 13/11/2012, "Di Indonesia dan negara lain, didapati para pengikut Syiah itu pandai berkelit. kalau ada hasil kajian dari kitab-kitab Syiah yang didapati menyimpang, mereka akan katakan bahwa kitab itu tidak muktabar. Jika kemudian dilakukan kajian lapangan dan didapati penyimpangan, mereka akan katakan bahwa itu adalah tindakan orang-orang jahil.")
Pertanyaan kita, sejak kapan Ahlulbait nabi mendapat wahyu dari Allah? Mereka juga manusia seperti sahabat-sahabat Nabi yang lain. Ahlul bait nabi bukanlah kumpulan para nabi yang Allah bisa wahyukan kepada mereka firman-firmanNya. Dan tentunya kita lebih mengikuti ayat 59 surat Al-An'am di atas ketimbang apa yang diyakini oleh Syiah yang kita juga tidak tahu bersumber dari mana keyakinan itu.
Ahlulbait penyampai tunggal ajaran Rasul?
Ahlulbait penyampai tunggal ajaran Rasul?
Begitu rapuhkah pendidikan Rasulullah sehingga hanya mampu mewariskan agama ini hanya kepada ahlulbaitnya? Apakah kita membatasi agama ini hanya kepada beberapa orang saja? tentu tidak. Karena jika begitu, Nabi Nuh alaihis salam lebih berhasil daripada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Padahal kita tahu Nabi Muhammad adalah sayyidul mursalin,penghulu para rasul. Seorang Nabi pejuang yang Allah siapkan bersamanya tentara-tentara tangguh yang rela bermandian keringat dan darah. Rela mengorbankan jiwa dan harta demi membela Rasulullah shallallahu 'alaihi wa aalihi wasallam.
(Muh. Istiqamah/lppimakassar.com)