Oleh
Syeikh Mamduh Farhan Al-Buhairi
Sebagai
konsistensi kami menyingkap hakikat agama rafidhah (Syiah) yang berdiri di atas
pondasi celaan terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan keluarga beliau
yang suci, pada edisi ini kami ketengahkan salah satu riwayat nista yang
seharusnya setiap penganut Syiah berpikir dan merenung tentang dirinya dan
hakikat agamanya yang sesungguhnya tidak dia pahami. Sebagaimana Syi’ah telah
menista fathimah radhiyallahu ‘anha seperti yang telah kami hadirkan pada edisi
yang lalu, pada edisi ini kami singkapkan satu kejahatan Syiah terhadap Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, dan kepada putri beliau radhiyallahu ‘anha
sekaligus.
Dalam
kitab-kitab Rafidhah disebutkan sebuah riwayat nista yang menjijikkan yang
mereka akui berasal dari Imam mereka Al-Baqir dan Ash-Shadiq,
أن
النبي صل الله عليه وسلم كان لا ينام حتى يقبل عرض وجنة فاطمة أو بين ثدييها
“Bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pergi tidur sampai beliau mencium
bagian tengah, dan pipi fathimah, atau antara kedua payudaranya.”
Dalam
riwayat lain dalam kitab mereka juga,
حتى
يضع وجهه بين ثدييها
“Sampai
beliau meletakkan wajahnya di antara kedua payudaranya (Fathimah).”
(Manaqibu Ali bin
Abi Thalib, Ibnu Syahraasyub (III/14), Biharul Anwar, Al-Majlisi (XXXIV/41, 55,
78), Majma’un Nuraini, al-Marnadi (30), Kasyful Ghimmah, al-irbily (III/95),
al-Lum’at al-Baidha’, at-Tibrizy al-Anshariy (53))
Berikut
riwayat teks tersebut secara lengkap,
عن
حذيفة كان النبي صل الله عليه وأله وسلم لا ينام حتى يقبل عرض وجنة فاطمة أو بين
ثدييها وعن جعفر بن محمد علبه السلام لا ينام حتى يضع وجهه الكريم بين
ثديي فاطمة
“Dari
Hudzaifah, adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam tidak tidur hingga
mencium bagian tengah, dan pipi Fathimah, atau mencium bagian di antara kedua
payudaranya. Dan dari Ja’far bin Muhammad ‘alaihis salam dia berkata, Adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam, tidak tidur hingga meletakkan
wajahnya yang mulia di antara kedua payudara Fathimah.”
Berikut
scan kitab ulama Syiah tersebut:
Sesungguhnya
Rafidhah telah membuat kita heran dengan tindak tanduk mereka. Kadang mereka
mengangkat kedudukan Ahlulbait sedemikian rupa, meninggikan mereka melebihi
manusia, tetapi kadang justru merendahkan kedudukan mereka hingga mengatakan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menciumi putri beliau, Fathimah
radhiyallahu anha, tiap hari; padahal beliau wanita baligh dan berakal.
Kemudian lihatlah bagaimana mereka mengatakan tempat Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam meletakkan wajah beliau yang mulia?!
Entah
akal bagaiamana yang dapat membenarkan perbuatan menjijikkan ini, menyelisihi
fitrah, dilakukan oleh seorang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang
telah mengajarkan kepada umatnya akhlak-akhlak terpuji, adab-adab Islam yang di
antaranya ialah perintah untuk memisahkan tempat tidur anak-anak kita antara
anak laki-laki dan perempuan. Jika seperti ini mereka memperlakukan Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak aneh mereka mengatakan yang aneh-aneh dan
lancang tentang Ali dan Fathimah radhiyallahu ‘anhuma, padahal mereka sama
sekali tidaklah demikian!!!
Berdasarkan
riwayat nista ini, dan manhaj tarbiyah yang rusak lainnya, seorang rujukan
Rafidhah, Ayatullah As-Sayyid Hasan al-Ibthahiy, ayah presiden Iran terdahulu,
Khatami, berfatwa di websitenya pada fatwa nomor 456, menjawab pertanyaan
seorang gadis sebagaimana berikut:
“Saya
adalah seorang gadis, usia saya 15 tahun, ayah saya seorang laki-laki yang
sangat agamis, saya mengenakan hijab yang sempurna di luar rumah,
walhamdulillah. Akan tetapi, ayahku, sering menciumku di antara kedua dadaku,
atau mencium bibirku, kadang-kadang memelukku dari belakang dan menciumi
leherku.
Saya
katakan kepadanya, ‘Bukankah ini perbuatan haram?’ Ayah berkata kepadaku, ‘Itu
haram jika dilakukan dengan syahwat, sementara aku melakukannya kepadamu dengan
kasih sayang seorang bapak, karena Rasulullah Muhammad mencium putrinya,
Sayyidah Fathimah di lehernya, dan di antara kedua dadanya, mencium bibirnya,
dan mengulum lidahnya; apakah Rasul berbuat keji kepada putrinya? Tidak. Jika
Rasul melakukan yang demikian, maka itu adalah rukhshah bagi setiap bapak untuk
melakukannya terhadap putrinya.’ Ayah saya juga berkata, ‘Saya tidak menyentuh
aurat, yaitu qubul dan dubur, maka setiap yang
bukan aurat boleh dilihat, disentuh atau dicium.’ Dia juga mengatakan bahwa
beliau melakukannya, juga karena kekhawatirannya terhadap godaan para pemuda,
maka dia kehilangan perasaan cinta dan kasih sayang dalam rumah.’ Apakah yang
dilakukan oleh ayahku itu halal ataukah haram? Dan jika haram, bagaimanakah
Rasul melakukannya terhadap putrinya, sayyidah Fathimah az-Zahra’. Terima kasih
atas situs yang bermanfaat ini.
Berikut
jawaban mufti tersebut:
‘Wa’alaikumussalam…. Sesungguhnya
perbuatan ayahmu itu boleh dengan syarat sesuai dengan yang telah dia ucapkan.
Dan itu ada dalam hatinya, dan janganlah berprasangka buruk kepadanya..’.”
Jika
anda seorang Rafidhah dan meragukan apa yang saya sampaikan ini, tidak ada yang
dapat dilakukan kecuali masuk ke situs tersebut dan membaca fatwa no. 465.
Demikianlah
agama Rafidhah (Syi’ah), dan ini hanya salah satu penistaan mereka terhadap
diri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. setelah itu mereka berkoar-koar
mencintai beliau, mencintai ahlulbait beliau dengan penuh kebohongan dan
kepalsuan.
Catatan:
Gambar scan kitab Syiah dan scan fatwa situs Ibtahi di atas adalah tambahan dari
redaksi lppimakassar.com
Sumber:
Majalah Islam Internasional Qiblati, Ramadhan 1433 H, Agustus 2012, Edisi 10
th. VII, hal 76-77.
LPPI Makassar Pada Hari Senin, September 03, 2012
lppimakassar.com