Sudah menjadi
kewajiban setiap Muslim untuk mewaspadai segala kejahatan. Apalagi jika
berbicara tentang bahaya yang bersifat laten yang mengancam akidah dan
keyakinannya. Perlu perhatian ekstra untuk membentengi hati dari lontaran
syubhat yang bisa menyeret insan Muslim menanggalkan akidah Islamiyyah-nya.
Selama ini,
yang sering menjadi topik kekhawatiran adalah sepak terjang para misionaris
yang menjajakan agama Nashrani –yang telah ditinggalkan para penganutnya di
negeri asalnya– untuk memurtadkan saudara-saudara kita seagama. Apalagi jika
terjadi di kantong-kantong kaum Muslimin. Atau isu ghazwul fikri, perang
pemikiran yang dikobarkan para orientalis dan ‘orang dalam’ yang telah teracuni
oleh syubhat kekufuran yang bernaung dalam komunitas Islam liberal.
Bahaya-bahaya
lain yang mengancam keyakinan seorang Muslim sebenarnya tidak terpaku pada
hal-hal yang telah di sebut di muka. Masih
ada ancaman bahaya yang tidak boleh dipandang dengan sebelah mata. Yakni,
golongan-golongan yang berbaju Islam, namun berhati hitam. Sekian banyak akidah
dan aturan telah diadopsi dari luar Islam. Di antara golongan tersebut yang
paling berbahaya adalah penganut agama Syi‘ah. Mereka adalah sekumpulan anak
manusia yang menjadikan celaan kepada para Sahabat yang mulia sebagai
‘komoditas’ utama; taqiyah yang merupakan tindakan bermuka dua (nifâq) sebagai
kewajiban agama yang mutlak, menuhankan Sahabat ‘Ali radhiallahu'anhu, dan
kedustaan menjadi menu wajib pada komunikasi verbal dan literatur mereka.
Mereka itulah
golongan yang disebut sebagai Syi‘ah. Nama ini
sebetulnya tidak sepantasnya disematkan pada mereka. Terlalu mulia jika mereka
dikatakan sebagai ‘pendukung berat’ Khalîfah ‘Ali radhiallahu'anhu. Julukan
yang paling sesuai bagi mereka, seperti yang sering diungkap Ulama Ahli Sunnah
adalah Râfidhah, golongan yang menolak Islam!
Tidak kurang, ada empat sebab yang harus membangkitkan kewaspadaan kaum
Muslimim terhadap ajaran dan aktifitas gerakan Syiah:
1.Gencarnya
penggiat Syi‘ah untuk mencari penganut baru untuk dijadikan korban ajaran
mereka.
2.Dukungan banyak pihak terhadap
Syi‘ah.
3.Bantuan
dana yang besar untuk mendukung
perkembangan ajaran Syi‘ah, dan
4.Terpedayanya
sebagian tokoh Islam dengan ajaran
Syi‘ah.
Negeri ini merupakan lahan subur buat pertumbuhan sekian banyak benalu
golongan sempalan Islam, apalagi setelah semangat reformasi digaungkan. Dari
yang merupakan ‘produk dalam negeri’ atau produk dari luar. Dari yang
kesesatannya masih sederhana, sampai pada jenis yang tidak bisa diterima nalar
sedikit pun, atau yang terang-terangan bertentangan dengan ushûluddîn
(pokok-pokok agama Islam). Syi`ah termasuk ajaran yang muatannya hanya munkarât
(kemungkaran-kemungkaran) seperti keyakinan-keyakinan yang rusak, kedustaan
bertumpuk-tumpuk, keganjilan yang tidak bisa diterima akal sehat dan kebejatan
moral.
Apabila ajaran seperti ini berkembang, maka hanya akan mengakibatkan
kehancuran dan kerusakan yang nyata di tengah masyarakat. Tentu, ini sangat
bertentangan dengan substansi risalah Islam yang datang dengan membawa seluruh
jenis kemaslahatan dan memperingatkan dari seluruh mafsadah (bahaya).
Untuk mengungkap keburukan ajaran mereka, kunci paling tepat adalah dengan
menelaah kandungan buku-buku rujukan Syi‘ah karya tokoh-tokoh yang mereka
agungkan semisal, al-Kulaini, al-Majlisi, al-Mufîd, atau Khomaini (Semoga Allâh
al-Azîz Ta'ala memperlakukan mereka sesuai dengan tindakan buruk yang pernah
mereka lakukan terhadap Islam dan para Sahabat radhiallahu'anhum). Karya-karya
tulis mereka telah membuka kedok dan menelanjangi keburukan rupa ajaran Syi‘ah.
Dalam pepatah Arab disebutkan, ahlud dâri adra bimâ fîhâ, penghuni rumah paling
tahu tentang isi rumahnya. Dari sini, akan tampak jelas betapa besar dan
mendasar perbedaan antara Islam yang dibawa Nabi Muhammad shallallâhu 'alaihi
wa sallam dengan ajaran Syi‘ah yang sebenarnya sangat kental dengan pengaruh
ajaran Majusi dan Yahûdi.
Khomeini salah
seorang tokoh besar Syi‘ah, tentunya ia lebih tahu tentang seluk-beluk agamanya
sehingga berani mengatakan agamanya adalah Syi‘ah, bukan dengan sebutan Islam.
Demikianlah
ketika potret kesesatan sudah begitu pekat pada keyakinan dan hati seseorang.
Kebenaran yang dibawa Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam ditolak begitu saja.
Generasi terbaik menjadi bahan cacian. Semoga Allâh Ta'ala mengembalikan umat
kepada petunjuk Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam dan generasi terbaik
umat. Amîn.
Sumber: Majalah
as-Sunnah