Secara gamblang said aqil siraj membela syi’ah. namun para
gusdurian tetap saja mengajak kita agar berbaik sangka kepada said yang
jelas-jelas sudah menentang hadist nabi.
ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﻋَﺒَّﺎﺱٍ
، ﻗﺎﻝ : ﻛُﻨْﺖُ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ،
ﻭَﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻋَﻠِﻲٌّ ، ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ : « ﻳَﺎ
ﻋَﻠِﻲُّ ،
ﺳَﻴَﻜُﻮْﻥُ ﻓِﻲ ﺃُﻣَّﺘِﻲْ ﻗَﻮْﻡٌ ﻳَﻨْﺘَﺤِﻠُﻮْﻥَ ﺣُﺒَّﻨَﺎ ﺃَﻫْﻞَ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﻟَﻬُﻢْ
ﻧَﺒَﺰٌ ﻳُﺴَﻤَّﻮْﻥَ
ﺍﻟﺮَّﺍﻓِﻀَﺔَ ﻓَﺎﻗْﺘُﻠُﻮْﻫُﻢْ ﻓَﺈِﻧَّﻬُﻢْ ﻣُﺸْﺮِﻛُﻮْﻥِ ».
Dari Ibnu Abbas ujarnya, saya pernah berada di sisi Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersamaan dengan Ali. Saat itu Nabi bersabda
kepada Ali: Wahai Ali, nanti akan muncul di tengah umatku suatu kaum yang
berlebihan dalam mencintai kita ahlul bait, mereka dikenal dengan nama
Rafidhoh. Karena itu bunuhlah mereka sebab mereka adalah kaum musyrikin.
Selain dari nubuwat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini,
khalifah Ali bin Abi Thalib sendiri berkata: di belakang kami kelak akan muncul
suatu kaum yang mengaku cinta kepada kamu. Mereka suka berdusta dengan nama
kamu, mereka sebenanya keluar dari Islam. Ciri mereka yaitu gemar memaki Abu
Bakar dan Umar.
Ammar bin Yasir berkata kepada seorang laki-laki yang mencerca
Aisyah ketika berada di sisi Ammar bin Yasir: “Pergilah kamu wahai orang yang
celaka, apakah engkau senang menyakiti kekasih Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam.” [HR At-Tirmidzi, hadits hasan]
Golongan Syi’ah senang sekali mencera ummul Mukminin Sayyidatuna
Aisyah radhiyallahu ‘anha…
Tokoh LBM PBNU Kembali
Kritik Pimpinan NU Yang Cenderung Syiah
Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU, KH. Cholil Nafis, PhD menilai
bahwa kini banyak pengurus NU yang mulai jarang
bahkan tak membaca kitab-kitab pendiri Nahdlatul Ulama (NU) HadratussyaikhHasyim
Asy’ari. Akibatnya banyak diantara mereka yang tak menghargai dan tak sepaham
dengan ajaran NU sesuai garis Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Padahal mereka
adalah pimpinan NU, termasuk pimpinan PBNU. ”Mereka sudah jarang baca Qanun
Asasi (NU), Risalah Ahlussunnah Waljamaah
dan buku-buku Kiai Hasyim Asy’ari,” kata Kiai Cholil Nafis kepada BANGSAONLINE.com.
Ia memberi contoh pengurus NU yang tertarik terhadap Syiah. ”Padahal Kiai Hasyim
Asy’ari dalam kitabnya Risalah Ahlussunnah Waljamaah sudah
menyinggung soal Rafidhah (Syiah),” katanya. Artinya, dalam pandangan Kiai Hasyim
Asy’ari, Rafidhah masuk dalam
kategori 71 sekte yang dianggap sesat. ”Jadi mereka itu NU biologis, bukan NU idelogis,”
tegas dosen Universitas Indonesia ini. Mereka, menurut dia, secara paham
keagamaan bukan NU, tapi malah menganut paham lain seperti Syiah, Wahabi, Islam
Liberal, Hizbut Tahrir dan sebagainya ”Padahal Syiah itu secara ushul (aqidah) kan
berbeda dengan NU,” katanya. Artinya, perbedaan NU dan Syiah bukan perbedaan
furuiyah (cabang) seperti yang diyakini Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj,
tapi perbedaan aqidah yang tak bisa diterima oleh NU. Sebelumnya, Kiai Cholil
Nafis menuturkan bahwa Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj membuat nota kesepahaman (MoU)
dengan Universitas al-Musthafa al-’Alamiyah, Qom, Iran. Qom adalah sebuah kota
yang merupakan ibukota Provinsi Qom di Iran. Qom menjadi sebuah kota suci bagi
penganut Islam Syi’ah. Kota ini merupakan pusat pendidikan Syi’ah terbesar di
dunia.
Menurut Kiai Cholil Nafis, dokumen kerjasama di bidang pendidikan, riset dan kebudayaan
itu dilakukan tanpa sepengetahuan dan persetujuan Rais Am Syuriah PBNU yang
saat itu dijabat KHA Sahal Mahfudz. Dokumen tertanggal 27
Oktober 2011 itu dibuat dalam dua bahasa, Persia dan Indonesia. ”Saya kopi yang
berbahasa Indonesia karena saya gak begitu paham bahasa Persia,” kata Kiai
Cholil Nafis yang Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah ini. BANGSAONLINE.com juga
menerima dokumen MoU tersebut dalam versi bahasa Indonesia. Menurut Cholil
Nafis, Kiai Said Aqil tak
bisa mengelak karena sudah ada dokumen resmi yang dia temukan. ”Di PBNU ada, di
Universitas al-Mustafa juga
ada,” tegas dosen Universitas Indonesia (UI) itu ketika ditanya dapat dari mana
dokumen tersebut. Ia mengaku pernah sekali berkunjung ke Universitas al- Mustafa
al-‘Alamiyah. ”Saya kesana mewakili UI dalam urusan akademik,” katanya. Menurut
dia, kerjasama itu berlaku selama 4 tahun. “Kalau tak ada pembatalan, kerjasama
itu akan terus dan diperpanjang dengan sendirinya,” katanya. MoU PBNU dengan
Universitas al Musthafa al-Alamiyah ini sempat heboh karena Rais Am PBNU yang
saat itu dijabat KHA Sahal Mahfudz tak mengatahui MoU tersebut.