Saturday, July 18, 2015

Makar Orang Syi’ah Terhadap Umat Islam: An-Nushair At-Thusi Dan Ibnu Al-Alqami Bekerja Sama Dengan Pasukan Mongol Penyembah Berhala

pedang
pedang
Beginilah syi’ah sepanjang zaman, baik pada zaman kita maupun pada zaman sebelum kita. Sifat kejam melekat pada diri mereka. Mereka kejam dan membenci muslim Ahli Sunnah (orang-orang yang berpegang teguh dengan sunnah Nabi). Pada masa kita, telah terpapar di depan kita kekejaman mereka dan tingkah jelek mereka. Sebut saja kekejaman mereka di Suriah.

Ternyata kekejaman dan makar mereka telah dimulai sejak zaman dahulu. Kami persilahkan pembaca merenungkan apa yang kami paparkan di bawah ini tentang kelicikan agama syi’ah pada masa sebelum kita.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Orang-orang Rafidhah telah membantu Tartar (pasukan Tartar) saat memerangi negara-negara Islam (Majmu’ al-Fatawa 35/3510)1.
Tokoh ahli filsafat sekaligus ulama syi’ah yang bernama An-Nushair At-Thusi sangat lihai dalam merangkai bait-bait syair guna menjilat Khalifah Abbasiyah, Al-Mu’tashim. Akan tetapi, tidak berapa lama ia berbalik.
Pada tahun 655 H ia bersekongkol melawan sang khalifah dan menyegerakan runtuhnya kekuasaan umat Islam di kota Baghdad. Ia dengan cepat berada di barisan terdepan di antara iring-iringan pasukan pembunuh berdarah dingin Holako Khan! Ia ikut serta menyaksikan pemenggalan leher-leher kaum muslimin dan muslimat, muda dan tua!
Ia juga rela menyaksikan karya-karya ilmiah umat Islam dilarung di sungai Dijlah (Tigris) hingga dalam beberapa hari air sungai tersebut berwarna hitam karena tinta kitab-kitab manuskrip.
Akhirnya, sirnalah berbagai peninggalan sejarah Islam yang mencakup sejarah, adab, bahasa, syair, dan filsafat, khususnya ilmu-ilmu syariat dan karya-karya tulis para imam terdahulu, para generasi terkemuka. Peninggalan ilmiah yang hingga kala itu masih banyak ditemukan, akhirnya juga ikut hancur bersama kehancuran peninggalan-peninggalan lainnya.
Suatu keharusan bagi kita untuk menunjukkan di sini bahwa cucu Holako Khan, yaitu Sultan Gazan, tatkala datang pada tahun 699 H untuk menguasai negeri Syam, saat itu yang menjabat sebagai perdana menterinya ialah cucu pembela kekufuran At-Thusi yang bernama Ashiluddin At-Thusi. Gazan melakukan berbagai kekejaman di kota Damaskus, memperkosa, menumpahkan darah, dan mencuri kitab-kitab ilmu.
Akhirnya, Allah Ta’ala memudahkan Imam Mujahid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah memimpin umat Islam melawan diktator ini sampai Allah memberikan kemenangan kepada beliau pada peperangan Syaqhab yang masyhur yang terjadi pada tahun 701 H.
Dua orang sahabat syaikh syi’ah Nushair At-Thusi, yaitu perdana menteri syi’ah yang bernama Muhammad bin Ahmad al-Alqami dan Abdul Hamid bin Abi al-Hadid, juga ikut serta dalam pengkhianatan besar ini. Abdul Hamid adalah seorang penulis buku yang berpaham mu’tazilah. Ia diangkat menjadi orang kepercayaan Ibnu al-Alqami karena ia sangat ekstrim dalam memegang paham syi’ah. Sepanjang hidupnya, ia senantiasa memusuhi sahabat-sahabat Rasulullah. Ia memenuhi buku karyanya, Syarah Kitab Nahjul Balaghah dengan berbagai kedustaan yang telah mencoreng muka sejarah Islam.
Al-‘Allamah Abdullah bin al-Hushain as-Suwaidi telah menulis bantahan terhadap Ibnu Abi al-Hadid ini. Beliau menulis sebuah buku dengan judulash-Sharim al-Hadid Fi ar-Rad ‘Ala Ibni Abi al-Hadid setebal 1000 halaman sebagaimana disebutkan oleh Muhammad Zahid al-Kautsari dalam sebagian makalahnya.
Ibnu al-Alqami benar-benar membalas kelembutan dan kedermawananKhalifah al-Mu’tashim, yang telah memilihnya menjadi perdana menteri, dengan pengkhianatan. Ia telah dikuasai oleh tabiat aslinya, yaitu pengkhianat dan jiwa hina, sehingga ia sampai hati membalas budi baik orang lain dengan kenistaan.
Hingga saat ini, sekte syi’ah tak henti-hentinya menampakkan rasa gembira dan girang dengan permusuhan yang berhasil mereka lancarkan terhadap umat Islam ketika terjadi petaka Holako Khan.
Bagi Anda yang hendak mengetahui hal ini, silahkan membaca biografi an-Nushair at-Thusi yang ada dalam setiap buku-buku biografi mereka. Buku biografi terbaru yang mereka tulis ialah buku Raudhat al-Jannatkarya al-Khunisari. Buku ini dipenuhi dengan pujian kepada para pengkhianat dan ungkapan kegembiraan atas apa yang menimpa umat Islam kala itu.
Pujian ini sebagai pelampiasan dendam terhadap para korban petaka itu, baik para tokoh atau masyarakat awam. Buku ini juga sarat dengan ungkapan kegembiraan atas pembantaian yang menimpa kaum muslimin dan muslimat, anak kecil dan orang-orang tua renta. Musuh paling berbahaya dan binatang paling buas pun pasti merasa malu untuk menampakkan kegembiraan atas petaka tersebut.
Disusun oleh Abu Aslam bin Syahmir Marbawi.
Keterangan:
  1. Silahkan lihat buku “Menyingkap Hakikat Aqidah Syi’ah” karya Syaikh Abdullah bin Muhammad, terbitan Jaringan Pembelaan Terhadap Sunnah halaman 41, bagian catatan kaki.
Catatan: Tulisan ini banyak mengambi manfaat dari buku “Mungkinkah Syi’ah & Sunnah Bersatu?” karya Syaikh Muhibbuddin al-Khatib, terbitan Pustaka Muslim, halaman 33-35. Buku ini terjemahan dari kitab“Al-Khuthuth al-‘Aridhah lil Usus Allati Qama ‘Alaiha Din asy-Syi’ah al-Imamiyyah al-Itsna’asyariah”.
https://muslimsumbar.wordpress.com/2012/03/17/makar-orang-syiah-terhadap-umat-islam-an-nushair-at-thusi-dan-ibnu-al-alqami-bekerja-sama-dengan-pasukan-mongol-penyembah-berhala/

Sebagian Makar Kaum Syi’ah

Mari kita melihat sebagian makar yang dilakukan oleh kaum syi’ah;
1. Memerangi Makkah al-Mukarramah dan mencuri Hajar Aswad selama 22 tahun, yang disertai pembunuhan terhadap jama’ah haji.
Pada abad ke-4 H, mereka melakukan berbagai perkara besar yang keji, dan yang masyhur adalah pembunuhan terhadap para jama’ah haji yang berada di bawah naungan Ka’bah. Juga pencurian Hajar Aswad yang terus berada di tangan mereka selama 22 tahun, dari tahun 317-339 H.
Demikian juga pada abad ke-7 H, mereka menyebabkan berbagai bencana besar. Adapun yang terdahsyat dan paling populer terjadi di Baghdad pada tahun 656 H, yaitu bantuan mereka terhadap bangsa Mongol untuk menyerang kaum muslimin, pengkhianatan Ibnul Alqami, pembunuhan Khalifah Bani Abbasiyah, pembantaian para ulama, membuang kitab-kitab di sungai hingga warna airnya berubah.1
2. Membantu Bangsa Tatar dalam memerangi negeri-negeri Islam.
Ringkasan peristiwanya sebagai berikut: Saat itu, Ibnul Alqami menjabat sebagai menteri Khalifah Bani Abbasiyah, al-Mu’tashim. Sang Khalifah, yang berada di atas madzhab Ahlus Sunnah sebagaimana ayah dan kakeknya, agak lemah dan kurang waspada, si menteri pun berencana hendak menghancurkan negaranya, membinasakan kaumnya, dan mendirikan negara syi’ah. Jabatan serta kelalaian penguasa ini dimanfaatkan, guna melancarkan konspirasi tersebut.
Konspirasi Ibnul Alqami ini dilancarkan melalui tiga tahapan:
Tahapan pertama, melemahkan pasukan muslim dan membuat keadaan rakyat terdesak. Dia berusaha memutus sumber kehidupan para prajurit. Ibnu Katsir berkata, “Menteri Ibnul Alqami berusaha keras untuk mengalihkan dan menghapuskan nama mujahidin dari jajaran kabinet al-Mu’tashim. Pada akhir masa kekhalifahannya, jumlah prajurit yang ada sekitar 100.000 personil, namun Ibnul Alqami terus mengurangi jumlah mereka secara bertahap, sampai tersisa hanya 10.000 personil.”2
Tahapan kedua, menulis surat kepada bangsa Tatar. Ibnu Katsir berkata, “Lantas Ibnul Alqami menulis surat kepada bangsa Tatar. Ia berusaha meyakinkan mereka agar mau menyerang Baghdad, dengan janji akan memudahkan jalan mereka. Dia juga memberitahukan kondisi Baghdad yang sebenarnya, serta kelemahan para prajuritnya.”3
Tahapan ketiga, menahan dan menghalangi Khalifah serta kaum muslimin agar tidak memerangi bangsa Tatar.4
3. Membuka daerah perbatasan bagi kaum nashrani saat perang salib, bahkan menjual kaum muslimin kepada orang-orang musyrik itu.
4. Mengumumkan perang terhadap Daulah Utsmaniyyah pada saat memerangi ash-Sharab.
Daulah ash-Shafawiyyah menghalang-halangi berbagai penaklukan yang dilancarkan oleh Daulah Utsmaniyyah di negara-negara Eropa. Begitu pula kesepakatan serta konspirasi mereka dengan kaum Nashrani dalam memeranginya.5
5. Berpihak pada Armenia dalam melawan Adzerbaijan.
6. Berpihak pada Amerika dalam melawan Afghanistan.
7. Berpihak pada Amerika dalam melawan Irak.
Pembahasan ini mengambil manfaat dari buku “Dari Hati Ke Hati” karya Syaikh Dr. Utsman bin Muhammad al-Khamis.
Abu Aslam bin Syahmir
Footnote:
  1. Minhajus Sunnah karya Ibnu Taimiyyah (III/377-378), (I/10-11), dan (V/154-156).
  2. Al-Bidayah wan Nihayah (13/202).
  3. Al-Bidayah wan Nihayah (13/202).
  4. Untuk keterangan lebih lanjut, silahkan merujuk karya as-Suyuthi yaituTarikhul Khulafa’ (halamann 308) dan Sulaiman bin Hamd bin al-‘Audah dalam Daurusy Syi’ah fi Suquth Baghdad ‘ala Aydit Tatar.
  5. Untuk mendapatkan keterangan tambahan, silahkan merujuk ash-Shafawiyyun wad Daulah Utsmaniyyah karya Alawi bin Hasan Athraji.