Penulis Budi Marta Saudin -
Selasa, 29 Sep 2015 - 12:57
MEKKAH (gemaislam) – Umat
Islam berduka. Insiden Mina yang terjadi pada Kamis (24/9/2015) pekan lalu
menelan banyak korban. Selain korban meninggal dunia, banyak pula yang
luka-luka bahkan ada yang hilang ingatan.
Hingga saat ini hasil
investigasi yang dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi belum diumumkan. Meski
demikian, banyak dugaan yang mengarah bahwa insiden tersebut sengaja dilakukan
oleh pihak-pihak tertentu untuk menghancurkan Islam dan kerajaan Arab Saudi.
Beberapa kejanggalan
diungkapkan oleh Seorang dokter asal Mesir , Abdul Hamid Fauzi. Mantan
penasehat Departemen Kesehatan dan Kependudukkan Mesir ini meminta jenazah
korban tragedi Mina diotopsi oleh tim forensik sebelum dimakamkan.
Dokter kelahiran Mesir yang
saat ini menetap di Saudi itu mengungkapkan, setelah mengunjungi rumah-rumah
sakit yang merawat korban tragedi Mina, dirinya yakin adanya tangan berdosa di
balik musibah mengerikan ini yang meledakkan gas beracun di tengah lautan
jemaah haji, sehingga mengakibatkan banyak korban tewas dan luka-luka.
Berikut teks surat dr. Abdul
Hamid Fauzi kepada Raja Salman, seperti dilansir Cairo Portal:
“Dari warga Mesir kepada tuan
Penjaga Dua Masjid Suci yang semoga dilindungi Allah”
Hari ini wahai tuanku, saya
mendapatkan pengalaman tragis ketika mencari keponakanku yang hilang pasca
insiden Mina yang mengerikan itu. Saya merasa tenang, setelah berkeliling
mencari dari jam enam pagi hingga delapan malam, dan mendapatkan keponokanku dalam
keadaan baik-baik saja, Alhamdulillah…
Namun, selama saya mencari
keponakanku di seluruh rumah sakit di Mina, Arafah, Mekkah dan Jeddah dan
bertanya seluruh lembaga medis tanpa terkecuali, termasuk Direktorat Kesehatan
di Mekkah dan berdasarkan pengalamanku 30 tahun lebih di departemen kesehatan,
saya menemukan dua catatan penting yang ingin saya sampaikan kepada Anda. Saya
berpikir, satu dari dua catatan itu harus menjadi kebanggaan dan catatan
lainnya harus menjadi masalah serius yang harus di perhatikan seluruh
masyarakat.
Catatan Pertama:
Tingkat layanan di semua
rumah sakit yang saya kunjungi, layak dibanggakan Kerajaan dan kita semua
sebagai warga Arab. Yang saya maksud di sini bukan hanya bangunan dan
peralatannya saja (ini sudah diketahui masyarakat luas), akan tetapi yang saya
maksud di sini mengenai pelayanan para petugas. Anda berhasil wahai tuanku
membangun warga Saudi yang paham dengan kondisi yang dialami negara mereka
setelah bencana ini. Pelayanan mereka baik dan membantu dengan cinta dan kasih
sayang. Saya mendapati sikap baik para petugas itu di lembaga-lembaga
kesehatan, mulai dari Direktur Direktorat Urusan Kesehatan di Mekkah hingga
penjaga keamanan di pintu rumah sakit. Bukan saya saja yang merasakan pelayanan
itu karena saya berprofesi dokter. Akan tetapi, saya menyaksikan sikap itu
diberlakukan kepada orang-orang yang seperti saya yang mencari sanak keluarga
yang hilang. Saya ucapkan selamat dari hati terdalam atas kesuksesan Anda dalam
hal ini.
Catatan Kedua:
Ini yang saya pikir sangat
serius yang harus kita perhatikan, teliti dan selidiki, yaitu: “Saya melihat
wahai tuanku, mayoritas korban selamat yang saya saksikan sendiri mengalami
kondisi aneh: mulai dari amnesia, tidak ada sedikitpun goresan, memar atau luka
di tubuh mereka. Ini terjadi bukan hanya pada satu atau dua korban, namun pada
puluhan korban sehingga memaksa rumah sakit menulis nama pasien dengan nama
Majhul (tidak diketahui) karena pasien tidak mampu mengingat namanya, nama
negaranya atau di mana dia berada saat ini. Begitu juga, ada puluhan korban
meninggal yang disimpan di lemari pendingin tidak ditemukan di tubuh mereka
luka sedikitpun yang memungkinkan kita menilai penyebab kematian mereka.
Sehingga, tim forensik harus turun tangan untuk menyelidiki penyebab kematian
mereka. Saya berharap tim forensik segera turun tangan untuk menyelidiki
keanehan ini dalam rangka menjaga nyawa umat Islam. Karena, insiden semacam ini
dan hasilnya bertolak belakang dengan logika serta nalar, sehingga menegaskan kecurigaan
seorang ahli.
Saya menduga dalam keanehan
ini, adanya tangan berdosa yang meledakkan bom gas di tengah lautan jamaah haji
yang berdesak-desakan sehingga mengakibatkan korban meninggal dan luka-luka.
Tidak hanya saya yang curiga dengan insiden ini, dokter-dokter senior di rumah
sakit-sakit juga sama.
Catatan Terakhir:
Yaitu pengakuan polos dari
seorang petani perempuan Mesir dari kota Dimyath (kota Mesir yang terletak di
muara Delta Nil) kepada ku setelah saya bertanya: Apa yang terjadi wahai bu haji,
saat itu dia dalam keadaan setengah sadar, kemudian dia berkata, “Setelah kami
melewati Muzdalifah, di belakang kami berjalan jamaah besar dari Afrika,
orang-orang dari negara hitam. Tiba-tiba kami bertemu dengan jamaah yang
disebut dari Iran. Mereka berhenti di hadapan kami, sampai-sampai saya berkata
kasar kepada mereka. Mereka membuat hajiku sia-sia (karena aku berkata kasar
-red), semoga Allah mengampuniku dan mengampuni yang lain. Seketika itu saya
melihat ke belakang, saya mendapati orang saling bertabrakan, saya pun pingsan
kemudian saya sadar dan saya sudah berada di sini”.
Ini wahai tuanku kesaksian
petani Mesir supaya menjadi perhatian khusus dari Anda jika kita cocokkan ini
dengan foto yang menyebar mengenai kondisi korban meninggal dan jika kita
memperhatikan kasus kehilangan kesadaran dan amnesia yang mereka alami. Tidak
didapatkan dalam kamus medis wahai tuanku, berdesak-desakan dan keramaian
mengakibatkan hilangnya ingatan secara keseluruhan.
Tuanku Penjaga Dua Masjid
Suci, ini adalah jeritan warga muslim Mesir yang mencintai agama dan negaranya.
Semoga jeritan ini sampai kepada anda, semoga Allah menjaga anda, Negara anda,
warga Arab dan kaum muslimin.
Saudara kalian
Abdul Hamid Fauzi Ibrahim Abu
Sa’ad
Mantan Penasehat Departemen
Kesehatan dan Kependudukan Mesir