AHVAZ, IRAN (voa-islam.com) -
Beberapa pejabat Iran telah mengkritik respon berlebihan Teheran untuk insiden
berdesak-desakan dan saling injak saat prosesi ibadah Haji pekan lalu yang
menewaskan 769 jamaah, dengan beberapa mengatakan Iran mencoba untuk mencetak
"poin politik" dengan menyalahkan pemerintah Saudi atas tragedi
tersebut.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatolah Ali Khameney dan Presiden Hassan Rouhani telah
menyalahkan pemerintah Saudi atas tragedi pekan terakhir, dengan Khamenei
menuntut Arab Saudi "meminta maaf kepada umat Islam di dunia dan keluarga
yang ditinggalkan," menurut kantor berita negara IRNA.
Iran, yang jamaahnya secara sengaja melakukan provokasi dengan bergerak melawan
arus dan menolak arahan dari petugas untuk kembali, tercatat memiliki jumlah
korban tewas tertinggi dalam insiden itu dengan setidaknya 144 warga Iran
tewas, dalam insiden yang disebabkan aksi tak terpuji mereka, menurut angka
resmi.
Bagaimanapun, Mohammad Hashemi, kepala kantor mantan presiden Iran Akbar
Hashemi Rafsanjani, telah menunjuk sulitnya "membuat penilaian tentang
hal-hal seperti ini," dan mengatakan akan salah untuk menyalahkan
pemerintah Saudi atas tragedi tersebut.
"Kita tidak memiliki hak untuk menunjuk jari menyalahkan pada pihak
berwenang di negara ini [Arab Saudi]," katanya.
Sementara akademisi terkemuka Iran Sadegh Zibakalam mengatakan respon Iran
untuk tragedi itu akibat dari perselisihan politik antara kedua negara atas
krisis di Suriah, Yaman dan wilayah regional lainnya. Dia mengatakan Iran
sedang berusaha untuk menggunakan tragedi itu untuk mencetak "poin
politik" terhadap Riyadh.
Dia menyebut respon Teheran sebagai "ekstrim dan rasis."
Habib Jabr, kepala Gerakan Perjuangan Arab untuk Pembebasan Ahvaz- sebuah
gerakan separatis Iran-Arab-lebih jauh mengatakan insiden itu mungkin telah
direkayasa oleh Teheran dalam upaya untuk mendiskreditkan Arab Saudi.
Pada hari Jumat seorang pejabat dari Haji misi Iran mengatakan kepada Asharq
Al-Awsat bahwa aksi desak-desakan dan saling injak terjadi setelah sekelompok
sekitar 300 peziarah Iran tidak mau mengikuti perintah yang mengharuskan mereka
untuk menunggu izin untuk meninggalkan area Jamarat dekat tempat desak-desakan
berlangsung.
Sebaliknya, pejabat itu mengatakan, kelompok peziarah Iran kembali ke markas
misi mereka ketika kelompok lain sedang dalam perjalanan ke lokasi melontar
jumroh seperti yang dijadwalkan, menghentikan perjalanan dan "menyebabkan
para peziarah lain yang datang untuk menggunakan rute yang lebarnya tidak lebih
dari 20 meter."
Pejabat itu menambahkan bahwa perilaku semacam itu sering menyebabkan
konsekuensi yang tragis di daerah ramai.
Berbicara di New York saat ia menghadiri Majelis Umum PBB, Menteri Luar Negeri
Saudi Adel Al-Jubeir juga mengkritik respon Iran untuk tragedi itu. Dia
mengatakan Iran "harus tahu lebih baik daripada untuk bermain politik
dengan tragedi yang menimpa orang-orang yang melakukan kewajiban agama mereka
yang paling mulia," menurut AFP.
Sementara Raja Arab Saudi Salman Bin Abdulaziz itu telah memerintahkan
penyelidikan resmi atas insiden tersebut.
"Kami akan mengungkapkan fakta-fakta ketika mereka muncul. Dan kami tidak
akan menahan sesuatu apapun," kata Jubeir.
"Saya berharap para pemimpin Iran untuk lebih masuk akal dan lebih
bijaksana berkaitan dengan orang-orang yang tewas dalam tragedi ini, dan
menunggu sampai kita melihat hasil dari penyelidikan." (st/aa)
http://www.voa-islam.com/read/world-news/2015/09/29/39523/ akademisi-terkemuka-iran-sebut-respon-teheran-atas-tragedi-mina-ekstrim-dan-rasis/#sthash.Mo6tzNQW.dpbs
ANNAS Dukung Pemerintah Arab
Saudi
PERS RILIS
Sehubungan dengan terjadinya
musibah baik kecelakaan di mathaf maupun di Mina Road 204, Aliansi
Nasional Anti Syiah (ANNAS) mengucapkan kalimat istirja’ Innalillahi wa
inna ilaihi roojiuun semoga jamaah yang wafat ditempatkan sebagai
syuhada di sisi Allah SWT dan jamaah yang cedera diberi kesabaran dan
kesembuhan. Aamiin.
Pasca musibah Mina,
pemerintah Arab Saudi tidak luput telah mendapatkan “serangan” yang berlebihan,
maka dengan ini ANNAS telah menyampaikan surat ke Kedubes Arab Saudi yang
isinya turut prihatin dan mendukung langkah-langkah Pemerintah Kerajaan Arab
Saudi dalam menangani musibah tersebut.
Untuk itu, ANNAS telah
menyampaikan kepada Yang Mulia Duta Besar Arab Saudi hal-hal sebagai berikut:
ANNAS meyakini bahwa musibah
adalah sesuatu yang di luar kemampuan manusia dan sepenuhnya menjadi kehendak
Allah kapan dan dimanapun kejadiannya sesuai QS Al Hadid Ayat 22 “Tiada suatu
bencanapun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah
tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”.
Bersimpati kepada Pemerintah
Arab Saudi atas berbagai kritik bahkan tudingan tidak benar terhadap
penyelenggaraan haji pada umumnya dan penanganan peristiwa mushibah pada
khususnya. Sebagaimana yang diketahui dan dirasakan oleh umat Islam selama ini,
Pemerintah Saudi sebagai Khadamul Haramain telah mencoba maksimal
melayani peribadahan jamaah haji dari berbagai negara yang melaksanakan rukun
Islam kelima tersebut.
Khusus terhadap peristiwa
Mina terakhir yang membawa korban cukup besar, ANNAS menyesalkan adanya
pandangan atau serangan negatif yang dilakukan oleh Pemerintah Iran di bawah
Ali Khamenei yang secara jahat memanfaatkan momen mushibah sebagai isu
internasional untuk memojokkan penyelenggaraan haji oleh Pemerintah Saudi. Iran
sebagai negara penggerak “Syiahisasi” di dunia Islam adalah musuh umat Islam
yang berbahaya.
ANNAS menghargai dan
mendukung langkah-langkan Pemerintah Saudi baik dalam da’wah dan menjaga
kemurnian akidah umat, maupun dalam mencegah dan menangani mushibah yang
terjadi dan meyakini selalu ada perbaikan perbaikan ke depan. Memang disadari
tidaklah mudah menangani jumlah jamaah yang sangat besar, namun kemampuan
Pemerintah Saudi selama ini dalam berkhidmah pada jama’ah haji cukup melegakan.
Karenanya, ANNAS menolak desakan Pemerintah Iran untuk proses
internasionalisasi penyelenggaraan ibadah haji. Muatan politik kepentingan
pemerintahan syiah sangat besar dengan isu ini.
ANNAS mengusulkan, kiranya
dapat dipertimbangkan agar dimasa mendatang hanya warga Iran yang Muslim Sunni
sajalah yang diperkenankan memasuki Tanah Suci dan melaksa-nakan ibadah
Umroh dan Haji.
Bandung, 29September 2015
Aliansi Nasional Anti Syiah
(ANNAS),
Tardjono Abu Muas
Sekretaris