Selasa, 29 September 2015 -
17:13 WIB
Ada sebuah tulisan dari
seorang penulis terkenal bahkan sampai-sampai harus mengutip sumber hoax untuk
menyerang Arab atas kejelakaan haji tahun ini
Kebencian hal yang berbau
Arab menggerakkan ulama besar al-Imam Syihabuddin Ibnu Hajar al-Haitama menulis
kitab Mablaghul Arab fi Fakhril ‘Arab
Oleh: Ahmad Kholili
Hasib
MUSIBAH pada musim haji
tahun ini jatuhnya alat berat (crane) di Masjidil Haram dan kecelakaan Mina,
bagi Iran dan Syiah — melalui media-medianya — jika diamati seperti sesuatu
yang ‘istimewa’.
Reaksi yang diperlihatkan Iran cukup mudah dibaca: menyerang Saudi Arabia.
Secara politis, dua negara ini memang berseteru. Tapi tidak-lah etis sampai
memanfaatkan musibah haji ini untuk tujuan-tujuan politis.
Semula, penulis mengira wajar
kritikan dari Iran dan memang Saudi perlu mendengarkan masukan dari berbagai
pihak demi kebaikan pelaksanaan haji pada tahun-tahun berikutnya.
Namun, ternyata itu bukan
sekedar kritikan biasa. Setelah mencermati berita-berita media, dan statemen
tokoh Iran dan ulama Syiah, penulis kemudian menilai ada sesuatu yang aneh dan
tidak wajar lagi.
Hampir semua statemen berisi
kecaman, kemarahan dan sampai perlu menyebarkan data-data hoax. Seakan-akan
berambisi supaya pengelolaan tanah haramain dan ibadah haji tidak dipercayakan
lagi kepada Saudi Arabia. Ada apakah semua ini?
Cermatilah komentar ini;
“Muslimin dunia dengan persatuan dan seluruh kemampuan yang dimiliki, harus
menyelamatkan Mekah dan Madinah, keyakinan, manasik, nyawa, harta dan
kehormatan Muslimin dari tangan rezim boneka Barat ini”.
Pernyataan ini disampaikan
Dewan Koordinasi Penyiaran Islam Iran, seperti dikutip indonesia.irib.ir pada
Jum’at 25 September 2015.
Di portal yang sama, seorang
tokoh Iran Ayatullah Mohammad Yazdi mengungkapkan kekecewaan atas pengelolaan
haji oleh Saudi Arabia dan meminta pengelolaan haji ditangani bersama oleh
negara-negara Islam.
Portal tersebut juga mengutip
stateman Dewan Koordinasi Penyiaran Islam Iran yang mengumpat Saudi sebagai
antek Zionis.
Saya makin mencium ketidak
wajaran ketika ada laporan, bahwa dua hari sebelum kecelakaan Mina ternyata
portal berita kolalwatn.com mantan diplomat Iran, Farzad Farhanikiyan,
mengatakan cara terbaik dan waktu terbaik untuk menghadapi Arab Saudi adalah
ketika musim haji.
Dalam situs pribadinya ia
mengaku, Iran akan membangkitkan kerusuhan selama musim haji berlangsung.
Hasil penyelidikan sementara
kasus kecelakaan Mina juga ditemui keganjilan. Sebuah media besar di Timur
Tengah Asharq Al-Awsat melaporkan bahwa insiden itu dipicu kacaunya jamaah haji
Iran dalam perjalanan melaksanakan lempar jumrah. Koran itu menulis:
“pelanggaran itu dimulai ketika sebanyak 300 jamaah Iran mulai bergerak dari
Muzdalifa langsung menuju Jamarat, bukannya menuju kamp mereka dulu sebagaimana
umumnya yang dilakukan oleh jamaah haji, untuk menunggu jadwal rombongan
mereka. Mereka kemudian bergerak ke arah yang berlawanan di jalan 203 di mana insiden
menyakitkan itu terjadi.”
Sesuai pedoman, 300 jamaah
Iran ini tidak menunggu di kamp mereka sampai waktu yang telah ditetapkan.
Kelompok ini malah memutuskan untuk kembali dari arah berlawanan yang juga
bertepatan dengan gerakan kelompok lain sesuai dengan jadwal mereka untuk
melempar jumrah, sehingga tragedi itu terjadi, kata situs Sabq.org, sebagaimana
dilansir oleh Arab News.
Jalan 204, tempat terjadinya
jamaah berdesak-desakan itu dikabarkan ternyata bukan jalur utama untuk jamaah
yang akan melempar jumrah. Pertanyaannya adalah, kenapa ada ratusan — ada yang
menyebut sampai puluhan ribu — jamaah haji Iran yang berada di situ lalu
berbalik arah sehingga bertabrakan dengan jamaah haji lain?
Ada sebuah tulisan dari
seorang penulis terkenal bahkan sampai-sampai harus mengutip berita-berita hoax untuk
menyerang Arab atas kejelakaan haji tahun ini. Dalam tulisannya, ia mengecam
kerajaan Saudi karena gara-gara ada iring-iringan rombongan pangeran, jalan 204
menjadi kacau berdesak-desak yang berakhir jatuhnya 700 lebih korban meninggal.
Padahal, tahun ini tidak ada
keluarga kerajaan yang melaksanakaan ibadah haji. Kedustaan tulisan itu makin
terang karena, standar kerajaan tamu-tamu khusus kerajaan tidak melewati jalan
yang biasa dilewati jamaah haji umum. Apalagi tidak mungkin pejabat melewati
jalan 204 depan perkemahan itu. Ada terowongan khusus untuk pejabat kerajaan
yang ingin melempar jumrah.
Saya hampir tidak percaya,
kenapa bisa sekelas penulis nasional bahkan diakui internasional ceroboh
menggunakan data hox. Jatuhlah kehormatan dia sebagai penulis hebat, gara-gara
ikut-ikutan kampanye menyerang Arab.
Harusnya, dia menunggu
pernyataan resmi panitia pelaksaan haji Arab Saudi. Setelah ada pernyataan
resmi barulah bisa mengomentari. Jika ada yang keliru, kita bisa adu data di
situ.
Kejahatan Anti Arab
Bukan kali ini jamaah haji
Iran membuat kekacauan selama pelaksanaan ibadah haji. Kita pun jadi ingat
statemen mantan diplomat Iran: “kita membangkitkan kerusuhan selama musim haji
berlangsung”.*
JAMAAH haji asal Iran
yang beraliran syiah memang harus diwaspadai. Pada musim haji tahun 1986, pihak
keamanan Arab Saudi berhasil mengamankan bahan peledak yang dibawa jamaah haji
Iran memasuki Makkah. Lalu, setahun berikutnya jamaah Iran mengotori kesucian
ibadah haji dengan mengadakan demo yang berakhir dengan kerusuhan dan korban
berdarah.
Kira-kira apa yang mereka
inginkan ketika pergi ke tanah yang disucikan umat Islam? Di saat semua jamaah
haji seluruh dunia khusyu’, menangis syahdu saat menginjakkan kaki di
tanah suci, mereka malah mengadakan kerusuhan. Banyak kaum Muslimin yang
sebelum berangkat ke tanah suci banyak maksiat dan bukan orang alim, tapi
begitu menyaksikan Ka’bah dan Masjid Nabawi, hati mereka langsung terpaut
dengan Allah. Tanpa sadar manangis. Seperti sangat dekat dengan kehadirat
Allah. Namun jamaah haji Iran tersebut membuat kerusuhan. Bukan menangis
syahdu, tapi berteriak-teriak mengumpat Arab.
Pada zaman dahulu, jamaah
haji Syiah lebih jahat lagi. Ibnu Katsir, imam ahli tafsir kenamaan, mencatat
kejahatan itu. Jamaah Syiah menyerang kafilah yang baru menunaikan Ibadah haji
dari Makkah. Mereka membunuhi kaum lelaki dan menawan kaum wanita. Meramapas
harta mereka yang lebih dari 1 juta dinar. Bahkan mencopot Hajar Aswad dibawa
ke kerajaan mereka (Ibn Katsir al-Syafi’i, Al-Bidayah wa al-Nihayah, juz
XI, h. 149).
Dari sini lah makin terungkap
ketidak wajaran protes Iran terhadap pelaksanaan haji. Protesnya tidak terbaca
sebagai ungkapan rasa cinta kepada tanah Haramain, tapi terlihat kebencian kepada
Arab.
Sentimen Syiah terhadap Arab
sudah berlangsung lama. Ada dugaan mereka hasud terhadap Ka’bah yang menjadi
pusat kaum Muslimin dunia dikelola oleh Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Saya tidak yakin jika
pelaksanaan haji diatur multi negara yang menjadi lebih baik. Bahkan saya yakin
jauh menjadi lebih kacau.
Apakah Iran juga bisa
dipercaya mampu ikut menjaga kesucian tanah Haramain. Jamaah haji mereka saja
sudah beberapa kali membuat kekacauan.
Ada dua masalah besar dalam
hal ini. Pertama, Syiah meyakini tanah Karbala lebih suci dari
Haramain. Dalam kitab rujukan mereka, tercantum sebuah riwayat tentang
keutamaan ziarah ke tanah Karbala di Iraq lebih dari ibadah haji ke Makkah.
“Sesungguhnya ziarah (berkunjung) ke kubur Husein sebanding dengan (pahala)
haji sebanyak 20 kali. Dan lebih utama dari 20 kali umrah dan 1 kali haji.”
(Ya’kub al-Kulaini, Furu’ al-Kafi jilid 1, hal. 324).
Jadi, saya menjadi paham
kenapa tahun 80-an jamaah haji Iran berani mengadakan demo, karena Makkah tidak
lebih suci daripada tanah Karbala.
Kedua, Iran juga tidak
mampu mengurus asset-aset Ahlus Sunnah di negaranya sendiri. Membangun masjid
dan madrasah Ahlus Sunnah di Teheran (ibu kota Iran) sangat sulit. Faktanya,
Iran pada tahun 1982 pernah menyegel Masjid Ham Tareeth di negara bagian
Khurasan. Masjid yang berjasa untuk mensyiarkan dakwah Islam itu dinilai
berbahaya dan secara arogan dirubah negara menjadi pusat Garda Revolusi.
Tidak berhenti disitu, Masjid
Lakour sekaligus Sekolah dekat kota Jabahar juga rata oleh kekejian Syiah pada
tahun 1987.
Sentimen terhadap Arab bukan
mengada-ada. Pada abad ke-10 H, terjadi pergolakan politik Sunni-Syi’ah, yang
diwakili oleh perseteruan antara Daulah Utsmaniyah yang Sunni dengan Dinasti
Shafwiyah yang Syiah. Kebencian terhadap hal yang berbau Arab pun disebarkan.
Sehingga hal ini menggerakkan seorang ulama besar di Makkah pada waktu itu,
yaitu al-Imam Syihabuddin Ibnu Hajar al-Haitama untuk menulis kitabnya yang
berjudul Mablaghul Arab fi Fakhril ‘Arab.
Pada abad ke-14 seorang ulama
Iraq bernama Syaikh Mahmud Syukri al-Alusi juga menulis kitab Bulughul
Arab fi Ahwali al-‘Arab. Karena orientalis dan Syiah menyebarluaskan
kebencian dan sentiment terhadap bangsa Arab, maka sebagian ulama kontemporer
yang menulis kitab-kitab Sirah Nabi memaparkan keutamaan bangsa Arab seperti
yang dilakukan oleh Syeikh Abul Hasan Ali al-Hasani al-Nadwi dan Syeikh
Muhammad Said Ramadhan al-Buthi.
Berabad-abad lamanya, Iran
ini merupakan daerah Ahlus Sunnah lalu kini menjadi negara berpaham Syiah. Apakah
asset-aset Ahlus Sunnah tetap terjaga?
Banyak ulama, pemikiran dan
sufi yang lahir di Persia. Lantas, bagaimana kabar makam-makam, masjid dan
peninggalan-peninggalan lainnya para ulama Ahlus Sunnah di sana sekarang?*
Penulis adalah anggota MIUMI
Jawa Timur
SAKSI MATA (KORBAN SELAMAT) :
TRAGEDI MINA DIBUAT UNTUK MEMOJOKKAN SAUDI
Abu Hamzah al-Qomari
Seorang haji dari Mesir yang
kehilangan istrinya yang berumur lima puluhan tahun mengungkapkan kesaksiannya.
Dia menggambarkan insiden Mina 1436 ini sebagai bikinan
pihak tertentu untuk memukul Saudi Arabiya. Haji Hussein Mohamed
Okasha dari Republik Arab Mesirmenuturkan kisah saat-saat
pertama tragedy dorong mendorong tersebut saat dia dan istri kembali dari
melempar jamarat.
Menurut situs Sabq.org
Jama’ah Haji dari Mesir ini mengatakan: Saya dan istri saya bersama jamaah
lainnya kembali dari melempar jumrah pada sekitar jam 8.30 pagi. Sebelum kami
sampai ke perkemahan kami, kami dikejutkan oleh manusia dalam jumlah besar
keluar dari sisi yang berlawanan seperti angin topan/ air bah/banjir, tidak
seorangpun dari mereka yang mendengarkan setiap instruksi; tetapi justru
langkah mereka dipercepat menuju jalur yang salah; menekankan bahwa apa yang
dilihatnya selama tragedy dorong mendorong itu tidak wajar, “itu adalah
peristiwa yang dibuat untuk memukul Saudi Arabia”.
Dia menambahkan: “arus
manusia berhenti di titik dekat kamp yang mengikuti ekspedisi kami, tidak
seorangpun mampu melangkah satu langkah akibat himpitan yang parah, serta
kelelahan akibat panas yang hebat . Saya mencoba untuk membantu istri saya
untuk masuk ke salah satu kamp, tetapi petugas kamp menolak kami masuk.
Ketika krisis sampai pada puncaknya saya hilang kesabaran apalagi saya
menderita gula dan penyakit tekanan darah, maka saya berhasil melompati pagar
besi setelah saya memecahkan penghalang, dan naik ke puncak tenda, kemudian
masuk ke dalam tenda, setelah itu saya tidak melihat istri saya lagi”.
Ia melanjutkan: yang membuat
saya yakin bahwa insiden ini dibuat adalah cara yang aneh yang membuat jamaah
haji itu keluar dari jalur yang berlawanan, sebagaimana banyak kesaksian dari
para haji yang punya pengalaman sebelumnya dalam haji menguatkan hal tersebut.
Insiden ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan upaya Khadimul
Haramain Raja Saudi Arabia dalam memuliakan para tamu Allah.
Haji Mesir itu mengulang
kembali bahwa “Saya tidak tahu apa-apa tentang nasib istri saya, padahaldia juga
menderita sakit gula. Saya masih menunggu berita dari pemerintah
Saudi Arabia.”
Diterjemah dari