Rusia sedang menciptakan
“sebuah rakasa Frankenstein” dalam kampanye pengeboman di Suriah yang akan
memicu “jihad” melawan Moskow, sumber senior Qatar mengatakan kemarin, Kamis
(8/10/2015), sebagaimana dilansir oleh Middle East Eye.
Sumber itu mengatakan bahwa
sebanyak 52 ulama Muslim di Arab Saudi telah mengumumkan “jihad,” efek yang
akan mengubah sebuah revolusi melawan kediktatoran Bsyar Asad menjadi perang
pembebasan Suriah melawan Rusia, Iran dan “Hizbullah”.
Sumber Qatar mengatakan bahwa
setelah bertemu dengan Sergei Lavrov di PBB di New York, ia mendapat kesan
bahwa menteri luar negeri Rusia itu tidak “100 persen” senang dengan apa yang
telah dilakukan oleh Presiden Vladimir Putin.
“Kami mengantisipasi
pendekatan gaya Grozny,” katanya mengacu pada dua perang berdarah Rusia yang
berperang melawan milisi di Chechnya di Kaukasus Utara. “Ketika Rusia ingin
memulai pertempuran, mereka selalu menunjukkan kekuatan mereka dan ini adalah
apa yang mengkhawatirkan kami.”
“Kami mengatakan kepadanya
(Lavrov). Serangan Anda tidak melawan ISIS,” kata sumber Qatar itu.
“Anda dapat bergabung dengan
aliansi ini dan kita semua bisa menyerang ISIS. Tapi Anda menyerang Idlib di
mana tidak ada ISIS, di Aleppo Anda menyerang milisi moderat, di Homs Anda
melakukan hal yang sama.”
Qatar merasa bahwa strategi
Rusia adalah untuk menjaga agar rezim Asad tetap berkuasa, tetapi mengapa
mereka harus menempatkan pasukannya di medan perang. Qatar menduga bahwa ada
kecemburuan terhadap Iran.
“Jika Rusia memiliki tujuan
yang sama seperti Iran, mereka tidak akan perlu untuk menempatkan pasukannya di
tanah Suriah. Mereka hanya akan memberikan perlindungan udara untuk pasukan
Iran dan ‘Hizbullah’. Tapi Rusia bersikeras untuk terlibat langsung di Suriah,
dan itulah yang meyakinkan kita bahwa ada persaingan di sana.”
Qatar berpikir aliansi
pimpinan AS tidak memiliki strategi yang tepat, dan upaya yang dilakukan oleh AS
untuk melatih milisi moderat berakhir dengan kegagalan, ketika mereka yang
direkrut dan dilatih itu menyerahkan senjata mereka kepada Jabhah Nusra,
kelompok yang berafiliasi dengan al-Qaeda.
“Mereka melatih orang yang
‘salah’.” kata Sumber Qatar.
Serangan Rusia atas Suriah Dinilai Memperjelas
Haq dan Bathil
Jum'at, 9 Oktober 2015 -
08:38 WIB
Perang di Suriah dinilai
sebagai permulaan akhir zaman
Keterlibatan Rusia dan Iran
yang menyerang Suriah dinilai semakin memperjelas akan status mana yang haq dan
bathil.
Pernyataan ini disampaikan
Pimpinan AQL Islamic Center, Bachtiar Nasir, kepada hidayatullah.com, Jum’at
(09/10/2015).
“Jadi ini juga nikmat dari
Allah, kalau yang kita hadapi saat ini adalah aliansi komunis dunia dibawah
bendera Rusia. Yang juga didukung oleh Iran,” ujar Bachtiar.
Menurutnya, hal itu juga
merupakan nikmat dari Allah karena membuat jelas siapa musuh Islam sebenarnya.
Selain itu, lanjut Bachtiar,
nikmat yang didapat dari serangan Rusia ke Suriah ini adalah mulai tereduksinya
perpecahan umat Islam dan cenderung membuat bersatu.
“Ini semakin mengkerucut,
mujahidin mulai merapatkan barisan. Kebersamaan tokoh Islam dengan masyarakat
juga semakin nampak. Apalagi yang menjadi musuh bersama juga jelas,” paparnya.
Untuk itu, Bachtiar berpesan,
peristiwa ini juga menjadi perenungan tersendiri bagi tokoh Islam tentang
keputusan dan strategi apa yang akan diambil.
“Kita harus berjuang dengan
optimis. Ini adalah konsekuensi dari permulaan perang akhir zaman,” pungkasnya.
*/Yahya G. Nasrullah
http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2015/10/09/80438/serangan-rusia-atas-suriah-dinilai-memperjelas-haq-dan-bathil.html
Intervensi Rusia ke Suriah, MUI: “Mereka Takut
Rezim Asad Jatuh ke Tangan Mujahidin
Sabtu, 26 Zulhijjah 1436 H / 10 Oktober 2015
05:21
Sekretaris Komisi Dakwah dan
Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Ustadz Fahmi Salim,
MA mengatakan, dalam intervensi militer dan politiknya ke Suriah, Rusia bersama
Basyar Asad mempunyai kepentingan tersendiri yakni agar rezim yang telah hampir
50 tahun bercokol itu tidak jatuh ke tangan Mujahidin Ahlussunnah yang mereka
sebut sebagai kaum militan.
“Mereka takut kekuasaan yang
selama ini diwarisi itu beralih kepada kelompok Mujahidin ahlussunnah,” kata
Fahmi kepada salam-online, di Jakarta, Kamis (8/10).
“Ketakutan begitu dirasakan
oleh rezim Asad. Mujahidin adalah kelompok yang jelas ahlussunnah wal jamaah,
dimana mereka tidak pernah rela melepaskan kekuasaan tersebut kepada kaum
kuffar,“ tegasnya.
Menurut Fahmi, agresi militer
yang dilakukan Rusia kepada Suriah merupakan skenario lama yang ingin diulang
seperti dahulu pernah dilakukan di Afghanistan.
“Hal yang sama pernah
terjadi, dulu mereka masuk ke Afghanistan dalam rangka mempertahankan rezim pro
komunis untuk menghancurkan kelompok Mujahidin. Menurut saya, ini skenario yang
sama terulang,“ ujar Fahmi Salim kepada salam-online, Kamis (9/10).
Umat Islam di seluruh dunia,
menurut Fahmi, harus menyikapi persoalan yang sedang terjadi di Suriah karena
membahayakan umat Islam.
“Ini harus disikapi oleh umat
Islam di seluruh dunia. Jika tidak, maka akan membahayakan umat Islam. Perlu
adanya persatuan umat Islam,“ serunya.
Fahmi menilai tindakan yang
dilakukan oleh Rusia kepada kelompok-kelompok perlawanan terhadap rezim Basyar
Asad di Suriah adalah bukti nyata bahwa Rusia ingin menghancurkan umat Islam
dan bertujuan hendak mengambil alih kekuasaan di Suriah.
“Rusia ikut terlibat dalam
memerangi (lawan-lawan Asad) di Suriah sebenarnya mereka ini mau mencari
kekuasaan dengan membantu rezim Asad yang sangat kejam kepada rakyatnya. Ini
merupakan tindakan yang berbahaya bagi keamanan dan ketertiban dunia, karena
ini dapat menyeret perang besar,“ tandasnya.
Ketua Majelis Intelektual dan
Ulama Muda Indonesia (MIUMI) DKI Jakarta ini menuturkan bahwa PBB yang
seharusnya berperan aktif dalam menangani konflik di Suriah justru tidak
memiliki peran sama sekali.
“PBB tidak berperan sama
sekali dalam mengenengahi konflik yang ada. PBB hanya mengurusi masalah
pengungsi, tetapi justru peran yang dibutuhkan sekarang adalah memiliki
kekuatan untuk menahan dan melarang negara-negara yang tidak berkepentingan
ikut campur dalam menangani konflik di Suriah,“ terangnya.
Ia menilai ini merupakan
sebagai bukti kelemahan dan ketidakmampuan PBB untuk mengontrol anggotanya,
terutama yang memiliki hak veto.
“Melihat ketidakmampuan PBB,
saya kira umat Islam harus menyatakan sikap yang kompak menolak dan mengutuk
serangan Rusia di wilayah-wilayah pejuang Suriah yang memang seluruh ulama
dunia Islam bersepakat menyatakan perjuangan rakyat Suriah untuk meraih
kemerdekaan,“ ujarnya menegaskan. (EZ/salam-online)