Syair
indah kaum Muslimin untuk aksi pembunuhan di Negara Perancis baru -baru ini.
اهتز العالم
لمقتل الفرنسيين
وكثر البكاء بسبــب المعزيــن
Geger
dunia karena terbunuhnya warga Perancis, Banyak air mata yang tertumpah oleh
para pelayat.
أوباما
يعـــزي في السفــــارة
ووجهـــه شـــــاحب وحــزين
Presiden
Obama melayat di kedubes Perancis Dan wajahnya sangat murung dan sedih.
ودموع
أوربا تغـــرق السفيــن
وحكام العرب قالــوا آسفيـــن
Air
mata Eropa menenggelamkan kapal, Para pemimpin Arab menyatakan kesedihan.
فذاك إرهاب
دمـــوي لعيــــن
أما دمــــــــــاء المسلميـــن؟
Ini
adalah teror berdarah yang terkutuk… Adapun darah kaum muslimin?
فهي رخيصــــــة
للبائعيــــن
في سوريا ذبحـــوا الجنيـــن
(Darah
kaum Muslimin) Harganya amat murah bagi para pembeli… Di Suriah mereka
menyembelih anak -anak sampai yang belum dilahirkan.
وفي مصــــــر
وفي بورمــــا
وأفريقيا الوسطى وفلسطين
Di
Mesir, di Burma, di Afrika Tengah, dan di Palestina.
دماؤنا
لعبة بيـــد اللاعبيـــن
أو شراب بكئوس الشاربييـن
Darah
kita adalah mainan di genggaman para pemain, atau minuman di cawan para peminum
فهل دمـــــاء
الفرنسييـــــن
من فصيلـــــة الياسميــــن؟
Bagaimanakah
darah orang Perancis, Apakah dari jenis darah bunga melati?
ودماؤنا
من حنظل مهيــــن؟
فلعنة الله على الخائنيــــن
Darah
kita adalah darah pahit dan jenis hina? Maka laknat Allah atas orang -orang
yang berkhianat…
HANYA PARIS YANG BISA MEMBUAT MENANGIS
Atas
nama kemanusiaan, kita terhentak ketika lebih dari 150 orang roboh meregang
nyawa di Paris, Prancis Jumat malam (13/11). Tujuh titik di kota mode itu
dikoyak oleh serangan mematikan. Tak terkecuali titik di mana Presiden Prancis,
Francois Hollande sedang menikmati pertandingan bola, stadion Stade de France.
Atas
nama kemanusiaan pula, Presiden Rusia, Vladimir Putin dengan tegas menyatakan
Rusia sangat mengecam pembunuhan tak berperikemanusiaan ini dan siap memberikan
semua bantuan untuk menginvestigasinya. Ucapan “bijak” seperti itu dengan mudah
keluar dari mulut Putin, semudah ribuan roket meluncur dan menyasar penduduk
sipil di Suriah.
Peragaan
sok bijak juga dilakukan oleh NATO dan Amerika Serikat. Untuk insiden Paris,
sejuta karangan bunga mereka kirimkan, berlapis janji dan kecaman. Sementara,
di Suriah mesin perang mereka terus menyalak, mencabut nyawa-nyawa sipil atas
nama perang melawan terorisme. Padahal, justru rakyat Suriah itu adalah korban
terorisme hasil persekongkolan Basar Asad dengan negara-negara pendukungnya.
Seolah
tak ingin dianggap lambat tanggap seperti dalam musibah asap beberapa hari
lalu, Presiden Jokowi pun dengan sigap dan cekatan turut menyatakan duka.
Jokowi juga menjamin tak ada sejengkal tanah pun di Indonesia bagi tindak
terorisme seperti yang terjadi di Paris. Singkat kata, seluruh dunia kompak
menangis untuk Paris.
Rasa
kemanusiaan memang tercabik seketika demi mendengar ratusan nyawa meregang
nyawa dengan cara horor. Sayangnya, dalih kemanusiaan telah menjadi topeng
untuk menutupi sikap buas dan haus darah di tempat lain, bahkan diperankan oleh
mereka yang mengaku berduka.
Kemanusiaan
itu juga dijadikan tabir yang menutupi sikap masa bodoh, acuh tak acuh, dan tak
peduli kepada kejadian horor serupa—bahkan lebih dahsyat—yang terjadi tidak
hanya seketika itu saja. Tengoklah Palestina dan Suriah. Angka 150 itu menjadi
langganan pekanan untuk menghitung jumlah korban nyawa atas tindakan brutal dan
haus darah yang terjadi di Palestina.
Berduka
itu boleh, tapi mari tetap pakai akal sehat. Apa yang dikatakan para pemimpin
dunia terhormat itu ketika tentara Israel dengan mudah mengobral rentetan
peluru kepada beberapa Muslimah Palestina? Adakah secuil komentar duka ketika
jet-jet tempur Rusia, tentara Bashar Asad dan milisi Syiah Iran dan Hizbullah
dengan sadis mencabut nyawa penduduk sipil Suriah?
Akal
sehat itu mestinya membuat para pemimpin dunia itu mudah mengutuk tragedi
kemanusiaan di Suriah dan Palestina, semudah mereka mengecam serangan Paris.
Tinggal membubuhkan kata Suriah dan Palestina di belakang nama Paris. Namun
entah mengapa lidah mereka kelu untuk mengucapkannya.
Terlepas
dari siapa sesungguhnya pelaku Paris, motif serta pro-kontra fikih waqi’-nya,
serangan Prancis ini membongkar tabir-tabir hipokrit berdalih kemanusiaan.
Syaikh At-Thuraifi, seolah ulama Timur Tengah mengatakan, “Di antara tanda
nifak adalah sikap bangga dan peduli terhadap permasalahan non-muslim dan
berputus-asa (tidak peduli) terkait permasalahan kaum Muslimin.”
Perancis dalam Lembaran Sejarah
*
Perancis mengumpulkan 400 ulama’ muslim dan memenggal kepala mereka dalam
lembaran sejarah, di tengah penjajahan mereka atas Chad tahun 1917 M. [“Chad”
tulisan Ahli Sejarah Mahmud Syakir hal.73]
*
Ketika Perancis memasuki kota Aghwat di Al Jazair tahun 1852 M, mereka membakar
sepertiga penduduk kota itu dengan api dalam satu malam.
*
Perancis telah melakukan 17 uji coba nuklir di Al Jazair mulai dari tahun 1960
– 1966 M yang mengakibatkan jatuhnya korban dengan jumlah yang tidak terhingga
sekitar 27 ribu sampai 100 ribu orang.
*
Ketika Perancis hengkang dari Al Jazair tahun 1962 M, mereka telah menanam
sejumlah ranjau yang lebih banyak daripada jumlah semua penduduk Al Jazair pada
waktu itu, yakni sebanyak 11 juta ranjau.
*Perancis
menjajah Al Jazair selama 132 tahun, mereka telah melenyapkan 1 juta
muslim pada tujuh tahun pertama setelah kedatangan mereka dan telah melenyapkan
1,5 juta pada tujuh tahun terakhir sebelum mereka hengkang.
*Seorang
Ahli Sejarah yang berdarah Perancis Jack Jourkey memperkirakan bahwa total
orang yang dibunuh oleh Perancis di Al Jazair sejak kedatangannya tahun 1830 M
sampai hengkangnya tahun 1962 M adalah 10 juta muslim.
*Perancis
menjajah Tunisia selama 75 tahun, Al Jazair selama 136 tahun, Maroko selama 44
tahun, Mauritania selama 60 tahun dan menjajah Senegal (yang 95% penduduknya
adalah muslim) selama 3 abad. Wallahu Alam