محمد بن
شاكر الشريف
Muhammad ibn Syakir
al-Syarief
Kemenangan di medan
jihad tidaklah diraih dengan jumlah dan kekuatan senjata semata, jika itulah
hakikatnya maka sekelompok kecil pejuang dengan persenjataan minim tidak akan
menang melawan pasukan besar dan terlatih dengan persenjataan lengkap. Tetapi
fakta sejarah membuktikan banyak pasukan kecil dengan persenjataan minim dapat
mengalahkan pasukan besar dengan persenjataan jauh lebih canggih. Artinya, ada
faktor lain yang lebih kuat dan berpengaruh daripada jumlah dan kekuatan. Fakta
ini diabadikan dalam Al-Qur'an al-Karim. AllahAzza wa Jallaberfirman:
"Berapa
banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak
dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar."( QS. al-Baqarah: 249)
Orang yang hanya
menjadikan kwantitas, kekuatan, persenjataan, latihan, dan peluang sebagai
faktor utama penentu kemenangan senantiasa terhina di hadapan kekuatan yang
jauh lebih besar. Mereka kalah sebelum berperang. Pihak yang mengeritik sikap
mereka akan dituduh sebagai orang yang tidak paham realita dan dampak yang akan
terjadi, sembari menyeru untuk tunduk dan menyerah diri kepada kekuatan
"adi kuasa". Dalam setiap analisa mereka selalu menyampaikan
kesimpulan bahwa kapan pun pihak yang lebih kecil dan lemah akan tetap kalah,
dan jika pasukan kecil tersebut maju menghadapi kekuatan besar sama saja dengan
menghancurkan dirinya sendiri. Maka menyerah diri adalah pilihan terbaik
menghadapi "ujian yang di luar kemampuan ini".
Bila teori tersebut
diaplikasikan atas HAMAS, yang dengan persenjataan sederhana dan terbatas
berani melawan militer Zionis yang menduduki ranking ke-11 di dunia dan
dilengkapi dengan senjata canggih mematikan, pastilah mereka menyebutnya
sebagai'aksi
bunuh diri'. Mereka menilai perbuatan HAMAS ini adalah perbuatan
ceroboh tanpa pertimbangan maslahat dan tidak menghargai darah yang tertumpah.
Ungkapan seperti ini pula yang dilayangkan oleh leluhur mereka dulunya kepada
para sahabatradhiyallahu
'anhum yang turun ke medan pertempuran tanpa senjata
dan persiapan maksimal. Ungkapan kekalahan yang selalu mereka gaungkan
diabadikan dalam Al-Qur'an:"Mereka itu (orang-orang mu'min) ditipu
oleh agamanya".(QS. al-Anfal:
49)
Orang lemah akan
tetap lemah tanpa usaha. Ada beberapa faktor yang jika diusahakan dengan
maksimal maka kekuatan dapat diraih. Di antaranya adalah terjun ke medan
perang. Berhadapan langsung dan berperang melawan musuh akan memberikan
pengalaman dan keberanian yang menjadikan sebuah pasukan kecil terlatih. Lambat
laun kelihaian dan kekuatannya bertambah hingga mampu berdiri tegar dan
menciptakan'rasa
takut'yang setimbang.
Kembali kepada
HAMAS. Jika kita bandingkan kondisi perjuangannya sejak pertama kali mendeklarasikanmuqawamah/perlawanan
pada tahun 1987 dengan kondisi terakhir tahun 2104, maka kita dapat melihat
perbedaan signifikan. Mulai berjuang bermodalkan senjata batu dan ketapel, kini
Brigade al-Qassam sudah mampu memproduksi rudal, peluru tembus baja, dan
pesawat drone yang dengannya mereka mampu mengadakan perlawanan luar biasa
serta mampu menolak intervensi atau negosiasi pihak penjajah.
Bila saja sejak awal
berpangku tangan karena menganggap remeh senjata yang dimilikinya, niscaya
mereka tidak akan bisa mencapai kekuatan seperti saat ini. Intinya bukan pada
permulaan yang lemah, tetapi pada akhir yang cemerlang. Memang senantiasa ada
darah tertumpah, tetapi itu semua akan terbayar dengan kemulian, kedaulatan dan
banyaknya jiwa yang berhasil dilindungi di masa mendatang.
Darah mujahid yang
syahid di awal perjuangan tidaklah tertumpah sia-sia, tetapi akan dibayar
dengan harga yang mahal. Kendati hasil tersebut tidak dapat diraih pada kali
pertama, kedua atau beberapa kali peperangan. Jika mengharap kemenangan hanya
dari beberapa kali peperangan, pastilahmuqawamahtidak sampai pada prestasi besar saat ini.
Semua keberhasilan tersebut tidak bisa dicapai hanya dengan berpangku tangan
atau berangan-angan menanti mukjizat turun dari langit. Karena itulah Al-Qur'an
menegaskan urgensi menyiapkan segala kemampuan menghadapi musuh.
Kendati kewajiban
jihad gugur dalam beberapa kondisi, tetapii'dad/persiapan tetap wajib. Mempersiapkan segala
sesuatu tetap wajib untuk menegakkan jihad nantinya. Persiapan yang efektif
sudah cukup untuk menimbulkan rasa takut dan gentar di hati musuh. Bahkan rasa
gentar dan takut tidak terbatas pada musuh yang jelas, tetapi juga sampai
kepada musuh tersembunyi yang tidak diketahui oleh mujahidin, tetapi Allah
Mengetahui mereka. Semua ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.(QS.
al-Anfal: 60)
Al-Qur'an telah
menjelaskan faktor pembantu meraih kemenangan. AllahTa'alaberfirman:
Hai
orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.(QS.
Muhammad: 7)
Menolong agama Allah
adalah dengan mengikuti syariatnya dalam setiap kondisi. Termasuk di antaranya
mempersiapkan segala sesuatu untuk jihad sesuai kemampuan. Ayat ini menjelaskan
bahwa untuk meraih janji Allah kaum muslim harus memenuhi syaratnya. Syaratnya
adalah menolong agama Allah dengan membelanya dan melaksanakan perintah Allah.
Imbalannya adalah Allah akan memberi mereka kemenangan dan kejayaan. Allah akan
meneguhkan diri dan hatinya di saat-saat kritis. Pada hakikatnya Allah sama
sekali tidak membutuhkan pertolongan kita terhadap agama-Nya karena Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu, semua itu adalah demi kemaslahatan kita sendiri.
Allah berfirman:
Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan
membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian
yang lain. Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan
menyia-nyiakan amal mereka.(QS.
Muhammad: 4)
Pertolongan hakiki
hanya berasal dari Allah, bukan berkat senjata, kekuatan atau jumlah yang
besar. Siapa yang ditolong Allah, maka tiada yang bisa mengalahkannya.
Firman Allah:
Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.(QS.
Ali Imran: 126)
Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat
mengalahkan kamu; dan jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan),
maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah
itu? Karena itu hendaknya kepada Allah saja orang-orang mu'min bertawakkal.(QS. Ali Imran: 160)
Tidak pantas bagi
orang yang ingin memperoleh kemenangan mencari sarana selain konsisten di atas
syariat Allah. Janji Allah pasti terealisasi jika syaratnya terpenuhi.
Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.(QS. Ali Imran: 9)
AllahAzza wa Jallatelah
berjanji:
Sesungguhnya
Kami (pasti) menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman pada
kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).(QS. Ghafir: 51)
Pertolongan atas
kaum mukmin tidak hanya di akhirat tetapi juga di dunia menghadapai
musuh-musuhnya. Bila pertolongan tak kunjung tiba, maka sebabnya adalah
kelalaian kaum muslim sendiri, karena mereka mengabaikan syarat konsistensi di
atas syariat Allah. Kita tidak perlu menghabiskan energi mencari alasan dan sebab
lain. Yang terpenting adalah introspeksi diri.
Rangkuman
faktor-faktor penyebab kekalahan dari musuh telah disebutkan AllahTa'aladalam
firman-Nya:
Dan
sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh
mereka dengan seizin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam
urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan
kepadamu apa yang kamu sukai . Di antaramu ada orang yang menghendaki
dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat.(QS. Ali Imran: 152)
Pertolongan
dan kemenangan hanya datang dari AllahTa'ala. Siapa saja ditolong oleh Allah tidak akan
ada yang mampu mengalahkannya dan siapa saja yang dihinakan Allah tidak akan
ada yang sanggup menolongnya. Saat mempersiapkan kwantitas dan kekuatan kita
tidak boleh lalai dari faktor utama kemenangan yakni pertolongan dan perhatian
Allah bersama orang-orang beriman.
Ya Allah teguhkanlah
kami di atas agama-Mu. Tolonglah hamba-Mu kaum mukmin di Ghaza dan di manapun
mereka berada atas Yahudi, musuh-Mu dan musuh para nabi-Mu.