March
19, 2016
NGO
dari Indonesia untuk muslimin Suriah, Misi Medis Suriah (MMS), menolak keras
tuduhan yang disampaikan Dr Taufiq Al-Buthi yang menyatakan bahwa pengumpulan
dana untuk Suriah, tidak akan sampai kepada masyarakat di Suriah. Pernyataan
kontroversial itu disampaikan Taufiq beberapa waktu yang lalu di Universitas
Indonesia.
Bahkan Taufiq menuding, donasi yang
dikumpulkan akan diberikan kepada rumah sakit penerima korban perang di Suriah,
yang selalu diarahkan untuk dibawa ke rumah sakit “Israel”.
Sebagai
salah satu lembaga kemanusiaan Indonesia yang sudah lebih dari 3 tahun terus
mengumulkan donasi bantuan untuk rakyat Suriah, MMS menantang Taufiq al-Buthi
untuk membuktikan ucapannya dengan berkunjung ke kamp-kamp pengungsian di
Latakia utara dan Idlib.
“Jika Dr. Taufiq al-Buthi dan para
pendukungnya tak percaya, silahkan datang ke Latakia utara untuk menginap di
tenda yang tim kami dirikan untuk pengungsi di dekat perbatasan, lihat
bagaimana bantuan dari Indonesia hadir di Suriah,” papar pengelola fanpage MMS seperti
dikutip AntiLiberalNews.
Menurut
MMS, saat ini saat yang tepat jika ingin berkunjungg ke tenda pengungsi yang
dikelola MMS di Latakia karena adanya gencatan senjata sementara.
“Monggo datang, mumpung sekarang lagi
ribut-ribut perundingan, jadi tidak bakal dibom oleh pesawat rezim untuk
sementara. Silahkan bisa masuk lewat pintu Turki jika tak mau lewat garis merah
Latakia, bisa Insya Allah dengan paspor Suriah,” jelas pengelola fanpage MMS.
MMS menilai pendapat Dr. Taufiq al-Buthi
sebagai klaim yang tidak masuk akal dan menentang geografi Suriah sendiri.
Sebab perbatasan Suriah dan “Israel” hanya ada di dekat dataran tinggi Golan.
Sedangkan
kebanyakan aktivitas lembaga kemanusiaan dari berbagai negara, termasuk
Indonesia, beroperasi di dekat perbatasan Turki sebagai negara penyangga
kebutuhan bantuan rakyat Suriah.
“Sangat memalukan jika komentar seperti
ini keluar dari orang yang dianggap sebagai ‘ulama’. Bagaimana mungkin beliau
tidak paham geografi negaranya sendiri? Bagaimana bisa paspor Indonesia masuk
ke Suriah via “Israel”? Yang jelas saja ya, paling banyak lewat Turki untuk
bantuan. Para pengungsi lari ke arah perbatasan Turki, lalu juga Yordania dan
Lebanon yang banyak menampung. Jadi buat apalagi buang biaya naik pesawat ke
rumah sakit “Israel”?”, jawab pengelola Fanspage MMS.
MMS menjelaskan jika pihaknya telah
mengumpulkan donasi miliaran Rupiah dari kaum Muslimin di Indonesia dan
berbagai negara lain, bahkan beberapa donatur diketahui adalah orang non Muslim
yang memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi untuk menolong rakyat sipil Suriah.
Keseluruhan dana tanpa dipotong
sepeserpun, langsung dikirim ke Suriah untuk menghidupkan berbagai program
kemanusiaan maupun kegiatan Sosial dengan semua lapisan masyarakat. Diawasi
langsung relawan, serta dibina tokoh agama setempat.
Foto sebagian kecil kemah yang dibangun
oleh lembaga MMS di Suriah untuk menopang kehidupan rakyat sipil Suriah yang
rumahnya telah luluh lantak akibat kebiadaban rezim diktator Suriah dan
sekutunya :
Sementara
dari kacamata konflik, MMS memandang perang Suriah sebagai perang yang sangat
kompleks melibatkan berbagai kubu. Namun asalnya adalah revolusi oleh mayoritas
Ahlusunnah menentang pemerintahan zalim rezim minoritas Nushairiyah/Alawite dan
partai Ba’ats, kemudian pecah perlawanan karena sikap represif rezim Assad.
“Semua kepentingan baik AS, Eropa, Rusia,
Syi’ah internasional, Sunni Arab, Turki dan lainnya akhirnya terseret ke situ,
masing-masing punya mitranya juga. Lalu masuk pula kelompok takfiri-Khawarij
mendirikan daulah versinya, juga ada al-Qaeda yang ingin menerapkan hasil
‘reformasi’ gerakan mereka di daerah konflik ini, serta ada lagi suku Kurdi
dengan agenda etnisnya.
“Tidak cukuplah kalau dibahas
sepotong-sepotong”, jelas lembaga yang telah sah dalam yayasan ini.
Rezim keluarga Assad sendiri sudah
berkuasa selama 40 tahun dengan menerapkan hukum militer untuk menekan
kehidupan sipil, serta memonopoli jabatan dan kekuasaan negara.
Foto keluarga rezim al-Assad,
diktator syiah Suriah
yang haus darah rakyatnya.
“Jadi
hampir semua yang melawan Basyar itu adalah orang Suriah asli, mayoritas mereka
adalah Sunni yang bermazhab Syafi’iyah. Grup-grup perlawanan Suriah itu tidak
asal menerima orang asing. Lalu Jabhah Nushrah sebagai afiliasi al-Qaeda yang
memang lunak menerima jihadis asing. Sedangkan ISIS mayoritas anggotanya adalah
orang asing, itupun mereka jadi musuh bersama karena dianggap sebagai
teroris-Khawarij.
Justru Assad sendiri sengaja mengimpor
milisi Syi’ah asing untuk memerangi oposisi, termasuk mendatangkan milisi Hizbullah
Lebanon yang masuk daftar teroris berbagai negara”, MMS menjelaskan kabar tidak
benar yang menyebut revolusi Suriah diambil alih oleh militan asing.
MMS mengkritik siapapun yang membuat
analisa tentang konflik Suriah, lalu menyimpulkan tertentu, sehingga malah
membuat mereka mencampakkan sisi kemanusiaan dari efek konflik tersebut.
“Sungguh naif jika ada aktivis
kemanusiaan, ngakunya, membuat analisa macam-macam soal perang ini, lalu
akhirnya malah tidak membantu Suriah. Ini aktivis kemanusiaan kok pakai
kacamata konflik? Harusnya mereka juga buat analisa tentang data korban dan
kumpulkan bantuan! Orang Barat itu, walau sekuler, ‘agamanya’ HAM, dan
menyalahkan semua pihak dalam perang ini, tapi mereka tetap membantu pengungsi,
dokternya tetap mengobati siapa saja. Karena itulah kacamata kemanusiaan. Kalau
nggak mau bantu ya diam, tidak mencela atau membandingkan masalah”, kritik MMS.
Lebih lanjut, MMS menilai bahwa
pernyataan Taufiq al-Buthi yang membandingkan Palestina dengan Suriah, adalah
pendapat kadaluarsa. Karena rakyat Palestina (mayoritas Ahlusunnah) mendukung
revolusi Suriah, termasuk para pejuang Hamas di Gaza yang berperang langsung
dengan “Israel”.
Mereka (pejuang Palestina) yakin jika
pembebasan Palestina harus diawali dengan kemenangan umat Islam di Suriah atas
semua musuh, baik Syi’ah, Khawarij, pasukan kafir, bala pendukung Dajjal dan
lain-lain.
Ismail Haniyah beserta 2 pejabat
hamas lainnya
menyatakan dukungan terhadap
revolusi Suriah
“Assad
dicitrakan oleh pendukungnya sebagai anti “Israel” dan pembela Palestina. Lalu
dengan alasan ini, para pendukungnya mengajak orang memuji Assad. Meskipun ia
sudah membunuhi ratusan ribu warga sipil, menyiksa 12 ribu tahanan hingga mati,
dan menerapkan hukum represif melanggar HAM selama 40 tahun berkuasa. Apa ini
masuk akal? Besok-besok kalau pakai logika sesat begini, apa koruptor harus dibela
seperti Assad karena dia anti “Israel” dan duit korupsinya sebagian dipakai
nyumbang Palestina?”, sindir MMS.
Diantaranya seperti operasional pabrik
roti, medis, bantuan musim dingin, Qurban, buka puasa bersama, pembangunan
pesantren, bantuan lembaga pendidikan, dakwah, santunan anak yatim dan janda,
serta berbagai program lainnya untuk mempererat solidaritas Suriah-Indonesia.
MMS juga aktif melakukan jurnalisme lapangan ke zona merah.
AntiLiberalNews, Middle East Update