Hassan Rouhani: Kalau Tidak
Karena Syiah Iran, Maka Damaskus Dan Baghdad Akan Jatuh Ketangan Kelompok Sunni
Senin, 18
Rajab 1437 H / 25 April 2016 17:00 WIB
Presiden Syiah Iran, Hassan Rouhani, akhirnya mengakui
bahwa negaranya berperan penting dalam mempertahankan ibukota Damaskus dan
Baghdad dari kelompok Islam Sunni maupun Negara Islam.
Pernyataan ini dikatakan Presiden Hassan Rouhani dalam
pidatonya di acara Muktamar Kebersihan, Kebudayaan dan Agama yang
diselenggarakan di ibukota Teheran pada hari Sabtu (23/04) akhir pekan kemarin.
“Kalau bukan karena Iran maka Baghdad dan Damaskus
sudah jatuh ketangan Negara Islam. Kalau bukan karena Iran, maka dunia saat ini
akan menghadapi kelompok teroris terbesar bernama Negara Islam yang menjalankan
Irak dan Suriah,” ujar Presiden Hassan Rouhani.
Presiden Hassan Rouhani melanjutkan, “Lalu kemudian
apa yang akan dilakukan oleh Paris, Belgia dan New York?,” seraya mengacu
kepada serangan berdarah dan bom yang terjadi di ketiga negara tersebut.
Mereka yang tidak menghargai pengorbanan Iran dalam
perang ini adalah mereka yang mengaku dan berbicara tentang “dunia bebas dari
kekerasan” dan membawa agenda perang melawan terorisme, tuding Presiden Hassan
Rouhani.
Perlu diketahui bahwa Syiah Iran adalah penopang utama
rezim Syiah Bashar Al Assad di Suriah serta Irak. Hal ini dilakukan sebagai
bagian dari perang hegemoni negara Syiah tersebut terhadap kepemimpinan Islam
sunni Arab. (Sputnik/Ram)
Raja
Saudi memerintahkan pengiriman bantuan mendesak
untuk Al-Anbar Irak
April 25, 2016
Raja
Arab Saudi Salman telah memerintahkan pengiriman bantuan “mendesak” yang akan
diberikan kepada warga Irak yang saat ini sedang menderita akibat peperangan di
Propinsi Al-Anbar. Rincian diberikan oleh Duta Besar KSA di Baghdad,
Thamer Al-Sabhan hari Jumat, AlKhaleejonline.com melaporkan.
Al-Anbar
terletak di barat Irak dan telah menderita kehancuran infrastruktur massa,
terutama di kota-kota yang dikendalikan oleh Daesh, sejak awal tahun ini.
Kehancuran meliputi pusat kota Al-Ramadi. Bentrokan antara pasukan Irak dan
kelompok ekstrimis telah menyebabkan hancurnya rumah-rumah, jalan-jalan
dan fasilitas lainnya, mengubah kota ini menjadi tumpukan puing-puing.
Sementara
itu, tim khusus dikirim untuk mencari dan membersihkan ranjau darat yang
ditanam oleh Daesh di daerah-daerah yang dibebaskan oleh pasukan Irak, dengan
harapan memungkinkan warga untuk kembali ke rumah mereka.
Media
Iran, Fars news Agency, menerbitakan sebuah berita tentang pengiriman bantuan
dari KSA untuk Al Anbar dan menyebutnya sebagai sebuah hal yang mencurigakan.
Mereka membuat tuduhan bahwa bantuan kemanusiaan dan
pertolongan kepada masyarakat Sunni setempat hanyalah kedok untuk
pengiriman bantuan keuangan dan senjata untuk kelompok ‘teroris’. Tuduhan ini
tentu menjadi paradoks, dimana selama ini intervensi Iran atas Irak
sangat jelas terlihat.
Middle
East Monitor / MEU
IRAQ: FAKTA! Ternyata, KAUM
SUNNI Mayoritas, Bukan Minoritas
Pasca runtuhnya rezim Saddam Husein, ramai media massa
menggembar-gemborkan bahwa kaum Sunni di Iraq sebenarnya hanyalah minoritas di
sana dan selama ini kaum Syiah Iran sebagai mayoritas telah ditindas kelompok
minoritas.!? Benarkah demikian?
Khalaf Al
Olayyan, ketua front dialog dan salah satu pimpinan front rekonsiliasi Iraq
membantah hal itu dengan mengatakan,”Jumlah kaum Sunni Arab yang sebenarnya di
Iraq adalah 42% dari total jumlah penduduk Iraq, bukan seperti yang santer
diekspos berbagai media massa bahwa mereka hanya 20% saja.!!??”
Dalam
wawancaranya dengan saluran tv ‘Syarqea’, Iraq, Olayyan menjelaskan, persentase
yang disebutkannya itu dapat dipertanggungjawabkan karena hingga kini menjadi
rujukan PBB dan kementerian perencanaan Iraq. Jumlah tersebut adalah
berdasarkan sensus yang dilakukan pada masa Mahdi Al Hafizh, mantan menteri
perencanaan.
Olayyan
mengatakan,”Total jumlah kaum Sunni Iraq bila ditambah dengan etnis Kurdi dan
Turkuman lebih dari 60% dari total jumlah penduduk Iraq.”
Karena itu,
ia menuntut adanya proses transparansi politik dalam menentukan jumlah
perwakilan yang merepresentasikan kaum Sunni Arab Iraq yang sebenarnya.
Para
pengamat menyiratkan, pemilihan umum yang dilangsungkan di Iraq tahun lalu itu
dinilai tidak bebas dan bersih. Banyak sekali terjadi pelanggaran-pelanggaran
dan pemalsuan untuk kepentingan aliansi Syiah bersatu dukungan pemerintah IRAN.
Hal ini menimbulkan keraguan akan keabsahannya berikut proses-proses yang sudah
berjalan.!? (ismo/AH)
Parlemen
Bahrain menyerukan perang melawan Iran dan Hizbullat
April 23, 2016
Parlemen
di Bahrain mengeluarkan pernyataan yang menyerukan kepada pemerintah untuk
menyatakan perang terhadap Iran dan organisasi teror di Lebanon, Hizbullat,
menyusul serangan teror berulang terhadap pasukan keamanan negara,
Myinforms.com melaporkan.
Pernyataan
menyerukan mengakhiri ancaman Iran dan pendukungnya terhadap negara-negara
Arab terutama negara-negara GCC. Para anggota parlemen mengecam campur
tangan Iran yang terus menerus dalam urusan internal Bahrain dan menyerukan
persatuan nasional dan regional terhadap terorisme dari Welayat Al Faqih
(sistem sektarian / politik Iran) dan Hizbullat.
Anggota
parlemen juga memuji pernyataan yang dikeluarkan oleh Angkatan Pertahanan
Bahrain, berupa dukungan kepada Kementerian Dalam Negeri dan otoritas
keamanan lainnya dalam memerangi terorisme dan melindungi masyarakat, DT News
melaporkan.
Orient
News