Tuesday, April 26, 2016

Bicara Soal Perbedaan, Ketum Mui: Khilafiyah Ditoleransi, Inhirafiyah Diamputasi


Senin, 25/04/2016 21:11:56
Bicara soal ukhuwah Islamiyah, akan bicara juga soal perbedaan-perbedaan di antara umat Islam, termasuk perbedaan di antara organisasi Islam. Perbedaan sendiri, selama masih dalam kerangka khilafiyah, oleh Islam masih ditoleransi. 
"Perbedaan itu silahkan. Yang tidak boleh itu ananiah (egois), ta'asubiyah (fanatisme kelompok)," ungkap Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin saat membuka Seminar Nasional Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI di Jakarta, Senin (25/04/2016). 

Soal perbedaan, lanjut Kyai Ma'ruf, MUI telah membagi menjadi dua. Perbedaan yang terkatagori sebagai khilafiyah akan ditoleransi, sementara perbedaan yang masuk dalaminhirafiyah (penyimpangan) akan diamputasi. 

Terkait dengan sikap gerakan Islam yang cenderung bergerak sendiri-sendiri tanpa koordinasi yang terarah, Rois Aam PBNU itu menyerukan pentingnya harakah tansiqiyah (gerakan terkoordinasi). 

Umat Islam, kata Kyai Ma'ruf, tidak boleh bergerak sendiri-sendiri. Belakangan, bukan hanya bergerak sendiri-sendiri, umat Islam bahkan saling berhadapan. "Itu yang kita rasakan," tandasnya. 

Untuk membuat umat Islam bersatu dan saling terkoordinasi, Kyai Ma'ruf menyadari diperlukan adanya kepemimpinan atau imamah. 

Hanya saja, katanya, setelah mencari-cari sosok imamah syakhsiyah (sosok individu pemimpin) tidak ketemu-ketemu,maka kepemimpinan menjadi yang dia istilahkan"imamah institusionaliyah" alias kepemimpinan kelembagaan. "Dan itu yang paling tepat ya MUI," pungkasnya. 

Sebelumnya, Kyai Ma'ruf menyatakan rasa syukurnya umat Islam Indonesia tidak seperti yang kini terjadi di Timur Tengah. Meski tidak mengalami konflik horizontal, sayangnya umat Islam kurang melakukan ta'awun (kerja sama) sehingga kekuatan umat Islam yang besar seperti tidak ada. 

"Umat Islam itu jumlahnya besar tapi perannya kecil. Calon gubernur saja tidak bisa satu, ada dua, tiga, empat," ungkapnya.
red: shodiq ramadhan