Jun 24,
2016
Khutbah
Jumaat Rumaiso
Ingatlah, yang menjadi penentu
adalah amalan akhir …
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ
لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ
وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ
إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ
اللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ
قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ:
]يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ[
]يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا
رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ
وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا[
]يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا[
فَإِنَّ أَصْدَقَ
الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَأَفْضَلُ الهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ r وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ َوكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ
Marilah kita
senantiasa meningkatkan rasa syukur kita pada Allah karena berbagai macam
nikmat yang telah Allah karuniakan, lebih-lebih lagi nikmat iman dan Islam.
Rasa syukur itu dibuktikan dengan meningkatkan ketakwaan kita pada Allah.
Shalawat dan salam
atas junjungan kita, suri tauladan kita, Nabi akhir zaman, Nabi besar kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula kepada para sahabatnya dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Jama’ah shalat Jum’at
yang semoga dirahmati oleh Allah,
Di akhir Ramadhan ada
lailatul qadar …
لَيْلَةُ الْقَدْرِ
خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا
بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
(5)
“Malam kemuliaan itu
lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat
Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh)
kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr: 3-5)
Di malam tersebut
kita diperintahkan untuk memperbanyak ibadah, terutama shalat. Kata Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ
الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala
dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari, no.
1901)
Di akhir Ramadhan,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga lebih semangat dan serius ibadah.
Dikatakan oleh istri
tercinta beliau, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
كَانَ النَّبِىُّ –
صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا
لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Apabila Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan),
beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari
berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.”
(HR. Bukhari, no. 2024; Muslim, no. 1174).
Buktinya lagi Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan i’tikaf di sepuluh hari terakhir dari
bulan Ramadhan. Dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudri disebutkan.
إِنِّى اعْتَكَفْتُ
الْعَشْرَ الأَوَّلَ أَلْتَمِسُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ثُمَّ اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ
الأَوْسَطَ ثُمَّ أُتِيتُ فَقِيلَ لِى إِنَّهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فَمَنْ
أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَعْتَكِفَ فَلْيَعْتَكِفْ فَاعْتَكَفَ النَّاسُ مَعَهُ
“Aku pernah melakukan
i’tikaf pada sepuluh hari Ramadhan yang pertama. Aku berkeinginan mencari malam
lailatul qadar pada malam tersebut. Kemudian aku beri’tikaf di pertengahan
bulan, aku datang dan ada yang mengatakan padaku bahwa lailatul qadar itu di
sepuluh hari yang terakhir. Siapa saja yang ingin beri’tikaf di antara kalian,
maka beri’tikaflah.” Lalu di antara para sahabat ada yang beri’tikaf bersama
beliau. (HR. Bukhari, no. 2018; Muslim, no. 1167).
Kenapa penting untuk
beramal di akhir Ramadhan?
Karena setiap amalan
tergantung pada akhirnya.
Jama’ah shalat Jum’at
yang semoga dirahmati oleh Allah,
Semoga kita bisa
mengambil pelajaran dari hadits berikut.
عَنْ سَهْلِ بْنِ
سَعْدٍ السَّاعِدِىِّ قَالَ نَظَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِلَى
رَجُلٍ يُقَاتِلُ الْمُشْرِكِينَ ، وَكَانَ مِنْ أَعْظَمِ الْمُسْلِمِينَ غَنَاءً
عَنْهُمْ فَقَالَ « مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ
فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا » . فَتَبِعَهُ رَجُلٌ فَلَمْ يَزَلْ عَلَى ذَلِكَ
حَتَّى جُرِحَ ، فَاسْتَعْجَلَ الْمَوْتَ . فَقَالَ بِذُبَابَةِ سَيْفِهِ ،
فَوَضَعَهُ بَيْنَ ثَدْيَيْهِ ، فَتَحَامَلَ عَلَيْهِ ، حَتَّى خَرَجَ مِنْ بَيْنِ
كَتِفَيْهِ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « إِنَّ الْعَبْدَ
لَيَعْمَلُ فِيمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّهُ لَمِنْ
أَهْلِ النَّارِ ، وَيَعْمَلُ فِيمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ
وَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا »
Sahl bin Sa’ad
As-Sa’idi berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat ada
yang membunuh orang-orang musyrik dan ia merupakan salah seorang prajurit
muslimin yang gagah berani. Namun anehnya beliau malah berujar, “Siapa yang
ingin melihat seorang penduduk neraka, silakan lihat orang ini.” Kontan
seseorang menguntitnya, dan terus ia kuntit hingga prajurit tadi terluka dan ia
sendiri ingin segera mati (tak kuat menahan sakit, pen.). Lalu serta merta, ia
ambil ujung pedangnya dan ia letakkan di dadanya, lantas ia hunjamkan hingga
menembus di antara kedua lengannya.
Selanjutnya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh ada seorang hamba yang menurut
pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir
menjadi penghuni neraka. Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan
orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi
penghuni surga. Sungguh amalan itu dilihat dari akhirnya.” (HR. Bukhari, no.
6493)
Dalam riwayat lain
disebutkan,
وَإِنَّمَا
الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
“Sesungguhnya setiap
amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)
Sehingga jangan
terkagum pada amalan yang hanya di awal-awal saja. Karena waktu akhir itulah
penentunya, apakah benar kita bisa istiqamah.
Demikian khutbah
pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي
هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
أَحْمَدُ رَبِّي
وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَنَا مُحَمَّدٌ عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ
Jama’ah shalat Jum’at
yang semoga dirahmati oleh Allah,
Ada pelajaran lagi
dari hadits berikut yang bisa kita ambil.
Dari Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
« لاَ عَلَيْكُمْ أَنْ لاَ تُعْجَبُوا بِأَحَدٍ حَتَّى
تَنْظُرُوا بِمَ يُخْتَمُ لَهُ فَإِنَّ الْعَامِلَ يَعْمَلُ زَمَاناً مِنْ
عُمْرِهِ أَوْ بُرْهَةً مِنْ دَهْرِهِ بِعَمَلٍ صَالِحٍ لَوْ مَاتَ عَلَيْهِ
دَخَلَ الْجَنَّةَ ثُمَّ يَتَحَوَّلُ فَيَعْمَلُ عَمَلاً سَيِّئاً وَإِنَّ
الْعَبْدَ لِيَعْمَلُ الْبُرْهَةَ مِنْ دَهْرِهِ بِعَمَلٍ سَيِّئٍ لَوْ مَاتَ
عَلَيْهِ دَخَلَ النَّارَ ثُمَّ يَتَحَوَّلُ فَيَعْمَلُ عَمَلاً صَالِحاً وَإِذَا
أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْراً اسْتَعْمَلَهُ قَبْلَ مَوْتِهِ ». قَالُوا يَا
رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ قَالَ « يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ
ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَيْهِ »
“Janganlah kalian
terkagum dengan amalan seseorang sampai kalian melihat amalan akhir hayatnya.
Karena mungkin saja seseorang beramal pada suatu waktu dengan amalan yang
shalih, yang seandainya ia mati, maka ia akan masuk surga. Akan tetapi, ia
berubah dan mengamalkan perbuatan jelek. Mungkin saja seseorang beramal pada
suatu waktu dengan suatu amalan jelek, yang seandainya ia mati, maka akan masuk
neraka. Akan tetapi, ia berubah dan beramal dengan amalan shalih. Oleh
karenanya, apabila Allah menginginkan satu kebaikan kepada seorang hamba, Allah
akan menunjukinya sebelum ia meninggal.”
Para sahabat
bertanya,
“Apa maksud menunjuki
sebelum meninggal?”
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “Yaitu memberikan ia taufik untuk beramal shalih
dan mati dalam keadaan seperti itu.” (HR. Ahmad, 3: 120, 123, 230, 257 dan Ibnu
Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah 347-353 dari jalur dari Humaid, dari Anas bin Malik.
Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dalam Tahqiq Musnad Imam Ahmad mengatakan bahwa sanad
hadits ini shahih sesuai syarat shahih Bukhari – Muslim. Lihat pula Silsilah
Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1334, hal yang sama dikatakan oleh Syaikh
Al-Albani)
Akhirnya kami memohon
kepada Allah Ta’ala agar senantiasa memberikan kita petunjuk dan taufik untuk
menghidupkan akhir Ramadhan ini dengan amalan shalih.
Jangan lupa untuk
memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Siapa yang bershalawat sekali, maka
Allah akan membalasnya sepuluh kali.
إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ
بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ،
وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا،
وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ
التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمِكَ مُثْنِينَ بِهَا
عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
اللهُمَّ إِنَّا
نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
اللَّهُمَّ
تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي
رَمَضَانَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا
أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
—
Naskah
Khutbah Jumat oleh Muhammad Abduh Tuasikal di Masjid Ash-Shafudin Krambil,
Panggang, 19 Ramadhan 1437 H
Oleh:
Muhammad Abduh Tuasikal
Hadits
Ketetapan Surga
Dan Neraka
Ketetapan Surga dan Neraka untuk Hamba Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
عن أبي عبدالرحمن
عبدالله بن مسعود رضي الله عنه قال حدثنا رسول الله صلى الله عليه …
By
Ummu Sa'id
Hadist Tentang Surga
Hadits Tentang Surga Matan Hadith Neraka Yg Terlihat Ahli Neraka Bisa Jadi
Adalah Ahli Surga Hadits Ketetapan Surga Dan Neraka
Ketetapan Surga dan
Neraka untuk Hamba
Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
عن أبي عبدالرحمن
عبدالله بن مسعود رضي الله عنه قال حدثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو الصادق
المصدوق ” إن أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه أربعين يوما نطفة ثم علقه مثل ذلك ثم
يكون مضغة مثل ذلك , ثم يرسل إليه الملك فينفخ فيه الروح , ويؤمر بأربع كلمات :
بكتب رزقه , وأجله , وعمله , وشقي أم سعيد . فوالله الذي لا إله غيره إن أحدكم
ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل
بعمل أهل النار , وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها إلا
ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة
Dari Abu ‘Abdirrahman
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, bahwa Rasulullah telah
bersabda, – dan beliau adalah orang yang jujur dan dibenarkan – “Sesungguhnya
setiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari
berupa nutfah, kemudian menjadi ‘alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu
menjadi mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah malaikat
untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 hal:
rezeki, ajal, amal dan celaka/bahagianya. Maka demi Allah yang tiada Ilah
selain-Nya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga
sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja,
kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka
dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka
sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja.
kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli
surga dan ia masuk surga.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Bad’ul Khalq)
Penjelasan Hadits
Maksud hadits “Maka
demi Allah yang tiada Ilah selain-Nya, ada seseorang diantara kalian yang
mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga
kecuali sehasta saja,” adalah seseorang yang menurut pandangan mata manusia
mengerjakan amalan surga dan ketika sudah mendekati ajalnya mengerjakan amalan
penduduk neraka, kemudian ia dimasukkan ke dalam neraka. Jadi yang dimaksud
‘jaraknya dengan surga atau neraka tinggal sehasta‘ bukan tingkatan dan
kedekatannya dengan surga, namun waktu antara hidupnya dengan ajalnya tinggal
sebentar, seperti sehasta.
Yang patut kita
pahami dari hadits ini, bukan berarti ketika kita sudah berusaha melakukan
kebaikan dan amalan ibadah maka Allah akan menyia-nyiakan amalan kita. Karena
hadits di atas diperjelas dengan hadits lainnya, yaitu,
“Sesungguhnya ada di
antara kalian yang beramal dengan amalan ahli Surga menurut pandangan manusia,
padahal sebenarnya ia penduduk Neraka.” (HR. Muslim no. 112 dengan sedikit
perbedaan lafazh dari yang tercantum)
Syaikh ‘Utsaimin
rahimahullah menjelaskan maksud hadits ini, “Amalan ahli surga yang dia amalkan
hanya sebatas dalam pandangan manusia, padahal amalan ahli surga yang sebenarnya
menurut Allah, belumlah ia amalkan. Jadi yang dimaksud dengan ‘tidak ada jarak
antara dirinya dengan surga melainkan hanya sehasta’ adalah begitu dekatnya ia
dengan akhir ajalnya.”
Sedangkan maksud
hadits, “Kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan
ahli neraka dan ia masuk neraka,” artinya, kemudian orang tersebut meninggalkan
– kebiasaan – amalan ahli surga yang sebelumnya dia amalkan. Hal itu disebabkan
adanya sesuatu yang merasuk ke dalam hatinya – semoga Allah melindungi kita
dari hal ini – yang menjerumuskan orang tersebut ke dalam neraka.
Hal ini perlu
diperjelas agar tidak ada prasangka buruk terhadap Allah ta’ala. Karena seorang
hamba yang melaksanakan amalan ahli surga dan ia melakukannya dengan jujur dan
penuh keikhlasan, maka Allah tidak akan menelantarkannya. Allah pasti
memuliakan orang-orang yang beribadah kepada-Nya. Namun bencana dalam hati
bukan merupakan suatu perkara yang mustahil – semoga Allah melindungi kita dari
hal ini.
Contoh kisah untuk
memperjelas hadits ini yang terjadi di zaman nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
adalah sebagai berikut:
Ada seorang sahabat
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang bersama beliau dalam suatu
peperangan. Sahabat ini tidak pernah membiarkan kesempatan untuk membunuh lawan
melainkan ia pasti melakukannya, sehingga orang-orang merasa takjub melihat
keberaniannya dan mereka berkata, “Dialah yang beruntung dalam peperangan ini.”
Lalu Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia termasuk ahli Neraka.”
Pernyataan Rasulullah
ini menjadi perkara besar bagi para sahabat radhiallahu ‘anhum dan membuat
mereka bertanya-tanya keheranan. Maka seseorang diantara mereka berkata, “Aku
akan mengikutinya kemanapun dia pergi.”
Kemudian orang yang
pemberani ini terkena panah musuh hingga ia berkeluh kesah. Dalam keadaan itu
ia mencabut pedangnya, kemudian ujung pedangnya ia letakkan pada dadanya,
sedangkan genggaman pedangnya ia letakkan di tanah, lalu ia menyungkurkan
dirinya (ke arah depan), hingga pedang tersebut menembus punggungnya (alias ia
bunuh diri). Na’udzu billah.
Orang yang
mengikutinya tadi datang menghadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan
mengabarkan apa yang terjadi seraya berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah
utusan Allah.”
“Kenapa engkau
katakan itu?” sabda Rasulullah.
Ia berkata,
“Sesungguhnya orang yang engkau katakan tentangnya dia termasuk ahli neraka,
telah melakukan suatu tindakan (bunuh diri, ed.).” Maka setelah itu Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya orang
itu telah beramal dengan amalan ahli surga pada pandangan manusia, padahal
sebenarnya ia penduduk neraka.” (HR. Bukhari (no.2898) dan Muslim (no.112))
Kisah lain adalah
seorang sahabat yang bernama al-Ushairim dari kabilah ‘Abdul Asyhal dari
kalangan Anshar. Dahulu ia dikenal sebagai penghalang sekaligus musuh dakwah
Islam. Tatkala para sahabat pergi ke perang Uhud, Allah memberikan ilham
kepadanya berupa iman, lalu ia ikut berjihad dan berakhir dengan mati syahid.
Setelah perang selesai, orang-orang mencari para korban dan mendapatkan
Ushairin dalam keadaan terluka.
Para sahabat
bertanya, “Wahai Ushairin, apa yang menndorongmu berbuat seperti ini, apakah
untuk membela kaummu ataukah kecintaanmu terhadap Islam?”
Ia menjawab, “Bahkan
karena kecintaanku terhadap Islam.”
Sebelum wafatnya, ia
meminta untuk disampaikan salamnya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam.
Maka, meskipun
dulunya Ushairin ini buruk dan suka mendzalimi kaum muslimin, namun karena
hatinya yang baik, Allah jadikan dia orang yang mati di medan jihad.
Semoga Allah
menjadikan kita hamba yang ikhlas dan beramal dan menjadikan akhir kehidupan
yang baik untuk kita. Aamiin.
***
Disusun
ulang dari Syarah Hadits Arba’in karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
dengan perubahan seperlunya oleh tim muslimah.or.id
Amalan Tergantung
pada Akhirnya
Ambillah Pelajaran
Semoga kita bisa mengambil
pelajaran dari hadits berikut.
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِىِّ قَالَ نَظَرَ النَّبِىُّ – صلى الله
عليه وسلم – إِلَى رَجُلٍ يُقَاتِلُ الْمُشْرِكِينَ ، وَكَانَ مِنْ أَعْظَمِ
الْمُسْلِمِينَ غَنَاءً عَنْهُمْ فَقَالَ « مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى
رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا » . فَتَبِعَهُ رَجُلٌ
فَلَمْ يَزَلْ عَلَى ذَلِكَ حَتَّى جُرِحَ ، فَاسْتَعْجَلَ الْمَوْتَ . فَقَالَ
بِذُبَابَةِ سَيْفِهِ ، فَوَضَعَهُ بَيْنَ ثَدْيَيْهِ ، فَتَحَامَلَ عَلَيْهِ ،
حَتَّى خَرَجَ مِنْ بَيْنِ كَتِفَيْهِ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم
– « إِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ فِيمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ ،
وَإِنَّهُ لَمِنْ أَهْلِ النَّارِ ، وَيَعْمَلُ فِيمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ
أَهْلِ النَّارِ وَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا »
Sahl bin Sa’ad
As-Sa’idi berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat ada
yang membunuh orang-orang musyrik dan ia merupakan salah seorang prajurit
muslimin yang gagah berani. Namun anehnya beliau malah berujar, “Siapa yang
ingin melihat seorang penduduk neraka, silakan lihat orang ini.” Kontan
seseorang menguntitnya, dan terus ia kuntit hingga prajurit tadi terluka dan ia
sendiri ingin segera mati (tak kuat menahan sakit, pen.). Lalu serta merta, ia
ambil ujung pedangnya dan ia letakkan di dadanya, lantas ia hunjamkan hingga
menembus di antara kedua lengannya.
Selanjutnya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh ada seorang hamba yang menurut
pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir
menjadi penghuni neraka. Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan
orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi
penghuni surga. Sungguh amalan itu dilihat dari akhirnya.” (HR. Bukhari, no.
6493)
Dalam riwayat lain
disebutkan,
وَإِنَّمَا
الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
“Sesungguhnya setiap
amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)
Amalan yang dimaksud
di sini adalah amalan shalih, bisa juga amalan jelek. Yang dimaksud ‘bil
khawatim’ adalah amalan yang dilakukan di akhir umurnya atau akhir hayatnya.
Az-Zarqani dalam
Syarh Al-Muwatha’ menyatakan bahwa amalan akhir manusia itulah yang jadi
penentu dan atas amalan itulah akan dibalas. Siapa yang beramal jelek lalu
beralih beramal baik, maka ia dinilai sebagai orang yang bertaubat. Sebaliknya,
siapa yang berpindah dari iman menjadi kufur, maka ia dianggap murtad.
Kenapa Bisa Suul
Khatimah?
Dijelaskan oleh Ibnu
Rajab Al-Hambali mengenai hadits Sahl bin Sa’ad di atas pada kalimat “ia beramal
yang dilihat oleh orang”, maksudnya adalah batinnya berbeda dengan
lahiriyahnya. Maksudnya, seseorang bisa mendapatkan akhir hidup yang jelek
karena masalah batinnya yang di mana perkara batin tidaklah nampak oleh
orang-orang. Inilah sebab yang mengakibatkan seseorang mendapatkan suul
khatimah.
Bisa jadi pula
seseorang beramal seperti amalan penduduk neraka. Namun dalam batinnya, masih
ada benih kebaikan. Ternyata benih kebaikan tersebut tumbuh pesat di akhir
hidupnya, hingga ia meraih husnul khatimah.
Kata Ibnu Rajab, dari
sinilah para ulama khawatir dengan keadan suul khatimah, keadaan akhir hidup
yang jelek. Lihat pembahasan Ibnu Rajab dalam Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:
173.
Jangan Terkagum
Sehingga jangan
terkagum pada amalan kita saat ini. Karena akhir hayat itulah penentunya,
apakah benar kita bisa istiqamah.
Dari Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
« لاَ عَلَيْكُمْ أَنْ لاَ تُعْجَبُوا بِأَحَدٍ حَتَّى
تَنْظُرُوا بِمَ يُخْتَمُ لَهُ فَإِنَّ الْعَامِلَ يَعْمَلُ زَمَاناً مِنْ
عُمْرِهِ أَوْ بُرْهَةً مِنْ دَهْرِهِ بِعَمَلٍ صَالِحٍ لَوْ مَاتَ عَلَيْهِ
دَخَلَ الْجَنَّةَ ثُمَّ يَتَحَوَّلُ فَيَعْمَلُ عَمَلاً سَيِّئاً وَإِنَّ
الْعَبْدَ لِيَعْمَلُ الْبُرْهَةَ مِنْ دَهْرِهِ بِعَمَلٍ سَيِّئٍ لَوْ مَاتَ
عَلَيْهِ دَخَلَ النَّارَ ثُمَّ يَتَحَوَّلُ فَيَعْمَلُ عَمَلاً صَالِحاً وَإِذَا
أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْراً اسْتَعْمَلَهُ قَبْلَ مَوْتِهِ ». قَالُوا يَا
رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ قَالَ « يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ
ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَيْهِ »
“Janganlah kalian
terkagum dengan amalan seseorang sampai kalian melihat amalan akhir hayatnya.
Karena mungkin saja seseorang beramal pada suatu waktu dengan amalan yang
shalih, yang seandainya ia mati, maka ia akan masuk surga. Akan tetapi, ia
berubah dan mengamalkan perbuatan jelek. Mungkin saja seseorang beramal pada
suatu waktu dengan suatu amalan jelek, yang seandainya ia mati, maka akan masuk
neraka. Akan tetapi, ia berubah dan beramal dengan amalan shalih. Oleh
karenanya, apabila Allah menginginkan satu kebaikan kepada seorang hamba, Allah
akan menunjukinya sebelum ia meninggal.” Para sahabat bertanya,
“Apa maksud menunjuki
sebelum meninggal?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Yaitu
memberikan ia taufik untuk beramal shalih dan mati dalam keadaan seperti itu.”
(HR. Ahmad, 3: 120, 123, 230, 257 dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah 347-353
dari jalur dari Humaid, dari Anas bin Malik. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dalam
Tahqiq Musnad Imam Ahmad mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat
shahih Bukhari – Muslim. Lihat pula Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1334,
hal yang sama dikatakan oleh Syaikh Al-Albani)
Oleh karenanya,
penting sekali amalan yang kontinu dan menjadi akhir hidup dengan penutup
terbaik yaitu husnul khatimah.
—
Oleh Al-Faqir
Ila Maghfirati Rabbihi: Muhammad Abduh Tuasikal
Apa dan Siapa disebut Zalim (ظلم). [ IT ]
2 Dosa Besar Yang Kerap Membuat Seorang Ustadz/Kyai
/Ulama Tergelincir Dari Qudwah ( 18 Dosa Besar Lainnya Mungkin Bisa Dipatuhi )
Yaitu Ghibah Dan Riba (Bagian I)
http://lamurkha.blogspot.co.id/2016/02/2-dosa-besar-yang-kerap-membuat-seorang.html
http://lamurkha.blogspot.co.id/2016/02/2-dosa-besar-yang-kerap-membuat-seorang.html
Apakah beriman/kafir dan
masuk surga/neraka sudah ditakdirkan allah ?