by Abu Abdillah Sofyan Chalid bin Idham
Ruray
➡ (1)
Peringatan kepada umat Islam untuk berhati-hati dan selalu waspada terhadap
kaum musyrikin, para penyembah berhala, penyembah patung-patung yang mereka
pahat sendiri. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ
آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling
keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi
dan orang-orang musyrik.” [Al-Maidah: 82]
Kapan kaum muslimin lemah dan lengah, sedang mereka
berkuasa dan mampu, niscaya mereka akan menyerang, menyiksa, membunuh dan
mengusir kaum muslimin.
Bahwa ajaran-ajaran kasih sayang mereka hanyalah
kepalsuan dan tipu daya belaka. Kaum muslimin Rohingya di Myanmar, Palestina,
Suriah dan di berbagai belahan dunia adalah saksi-saksi hidup akan kepalsuan
dan tipu daya mereka di abad modern ini. Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thobari
rahimahullah berkata,
يقول تعالى ذكره لنبيه محمدّ صلى الله عليه وسلم:
لتجدن، يا محمد، أشدَّ الناس عداوةً للذين صدَّقوك واتبعوك وصدّقوا بما جئتهم به
من أهل الإسلام “اليهودَ والذين اشركوا”، يعني: عبدة الأوثان الذين اتخذوا الأوثان
آلهة يعبدونها من دون الله
“Allah ta’ala dzikuruhu mengingatkan kepada Nabi-Nya
Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam dalam ayat ini: Engkau benar-benar akan
mendapati wahai Muhammad, orang-orang yang paling keras memusuhi kaum muslimin
yang membenarkanmu, meneladanimu dan membenarkan ajaranmu adalah Yahudi dan
orang-orang musyrik, yaitu para penyembah berhala yang menjadikan
berhala-berhala sebagai ‘tuhan-tuhan’ yang mereka sembah selain Allah ta’ala.”
[Tafsir Ath-Thobari, 10/498]
➡ (2)
Pembenci Islam terbesar adalah Yahudi dan musyrikin, dan mayoritas kelompok
sesat Syi’ah termasuk kaum musyrikin karena menuhankan Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu’anhu dan keturunan beliau. Asy-Syaikh Al-Mufassir Abdur Rahman
As-Si’di rahimahullah berkata,
فهؤلاء الطائفتان على الإطلاق أعظم الناس معاداة
للإسلام والمسلمين، وأكثرهم سعيا في إيصال الضرر إليهم، وذلك لشدة بغضهم لهم، بغيا
وحسدا وعنادا وكفرا
“Maka secara mutlak, dua golongan inilah yang paling
memusuhi dan paling banyak berusaha menimpakan bahaya terhadap Islam dan kaum
muslimin, hal itu karena besarnya kebencian mereka terhadap kaum muslimin, serta
sifat mereka yang melampaui batas, hasad, menentang dan kufur.” [Tafsir
As-Sa’di, hal. 241]
Mereka tidak akan pernah senang terhadap kaum muslimin
sampai mengikuti agama mereka,
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى
حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ
اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ
اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِير
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang
kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya
petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu
mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak
lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” [Al-Baqoroh: 120]
Allah ta’ala juga berfirman,
وَلاَ يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىَ
يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُواْ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن
دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُوْلَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي
الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai
mereka (dapat) memurtadkan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya
mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia
mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di
akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
[Al-Baqoroh: 217]
➡ (3) Tidak
ada alasan mengapa orang-orang kafir membenci kaum muslimin selain karena
kekafiran mereka kepada Allah ta’ala dan keimanan kaum muslimin kepada-Nya,
maka ayat yang mulia ini sekaligus mengingatkan kaum muslimin bahwa diantara
konsekuensi keimanan adalah dimusuhi dan memusuhi orang-orang kafir. Allah
ta’ala berfirman,
وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلا أَنْ يُؤْمِنُوا
بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
“Dan mereka (orang-orang kafir) tidak menyiksa
orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada
Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” [Al-Buruj: 8]
Oleh karena itu, memusuhi orang-orang kafir adalah
sifat kaum mukminin. Allah ta’ala berfirman,
لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءهُمْ
أَوْ أَبْنَاءهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
“Engkau tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman
kepada Allah dan hari akhir; berkasih sayang dengan orang-orang yang memusuhi
Allah dan Rasul-Nya, meski pun musuh Allah tersebut adalah bapak-bapak mereka,
anak-anak mereka, saudara-saudara mereka dan karib kerabat mereka sendiri.”
[Al-Mujadalah: 22]
Barangsiapa mencintai orang-orang kafir maka ia bagian
dari mereka. Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ
الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاء بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ وَمَن
يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ
الظَّالِمِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai orang-orang yang kamu cintai;
sebahagian mereka (orang-orang kafir) hanya pantas menjadi orang-orang yang
dicintai bagi sebahagian yang lain (orang-orang kafir pula). Barangsiapa di
antara kamu mengambil mereka sebagai orang-orang yang dicintai, maka
sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang lalim.” [Al-Maidah: 51]
Akan tetapi kaum muslimin tetap dilarang berlaku zalim
kepada orang-orang kafir, walau mereka zalim terhadap kaum muslimin. Inilah
diantara keadilan dan rahmat Islam, bahwa kebencian seorang muslim terhadap
kekafiran dan orang-orang kafir adalah wajib, tapi itu bukan alasan yang
membolehkannya berbuat zalim kepada mereka. Allah ta’ala berfirman,
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَنْ لا
تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat kepada takwa.” [Al-Maidah: 8]
Bahkan walau mereka berbuat zalim kepada seorang muslim,
maka ia hanya boleh membalas sekadar kezaliman tersebut, tidak boleh melampaui
batas. Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
وَقَوْلُهُ: {فَمَنِ اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا
عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَى عَلَيْكُمْ} أمْر بِالْعَدْلِ حَتَّى فِي
الْمُشْرِكِينَ: كَمَا قَالَ: {وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا
عُوقِبْتُمْ بِهِ} وَقَالَ: وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا
“Dan firman Allah ta’ala,
فَمَنِ اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ
بِمِثْلِ مَا اعْتَدَى عَلَيْكُمْ
“Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka
seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu.” (Al-Baqoroh: 194)
Ayat ini adalah perintah untuk berbuat adil walau
terhadap kaum musyrikin, sebagaimana firman Allah ta’ala pada ayat yang lain,
وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا
عُوقِبْتُمْ بِهِ
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah
dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.” (An-Nahl:
126)
Dan firman Allah ta’ala,
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang
serupa.” (Asy-Syuro: 140).” [Tafsir Ibnu Katsir, 1/527]
Karena itulah, tidak dibenarkan untuk membalas dan
menakut-nakuti orang-orang kafir yang ada di suatu negeri karena kezaliman
orang-orang kafir di negeri yang lain, sebab itu adalah kezaliman. Apalagi jika
orang-orang kafir tersebut termasuk kafir dzimmi, yaitu orang kafir yang
tinggal di negeri muslim sebagai warga negara kaum muslimin, maka wajib bagi
kaum muslimin untuk melindungi dan mendakwahi mereka, bukan karena kemuliaan
maereka, tapi kaum muslimin memegang teguh perjanjian walau dengan orang-orang
kafir, termasuk perjanjian dzimmah (kewarganegaraan di negeri muslim).
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ
الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيْحَهَا تُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ أَرْبَعِيْنَ عَامًا
“Siapa yang membunuh kafir mu’ahad (yang terikat
perjanjian), maka ia tidak akan mencium bau surga, dan sesungguhnya bau surga
itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun.” [HR. Al-Bukhari dari Abdullah
bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma]
Dan tidak ada jihad terhadap orang-orang kafir kecuali
bersama pemerintah kaum muslimin. Rasulullah shallallaahu‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ
عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللَّهَ وَمَنْ يُطِعِ الْأَمِيرَ فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ
يَعْصِ الْأَمِيرَ فَقَدْ عَصَانِي وَإِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ
وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
“Siapa yang taat kepadaku maka sungguh ia telah taat
kepada Allah dan siapa yang bermaksiat terhadapku maka sungguh ia telah
bermaksiat kepada Allah. Dan siapa yang taat kepada pemimpin maka sungguh ia
telah taat kepadaku dan siapa yang bermaksiat kepada pemimpin maka sungguh ia
telah bermaksiat kepadaku. Dan sesungguhnya seorang pemimpin adalah tameng,
dilakukan peperangan di belakangnya dan dijadikan sebagai perisai.” [HR.
Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’ahu]
Al-Imam An-Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,
أَيْ يُقَاتَلُ مَعَهُ الْكُفَّارُ وَالْبُغَاةُ
وَالْخَوَارِجُ وَسَائِرُ أَهْلِ الْفَسَادِ وَالظُّلْمِ مُطْلَقًا
“Maknanya: Berperang hendaklah dilakukan bersama
pemimpin untuk melawan orang-orang kafir, pemberontak, khawarij dan semua orang
yang melakukan kerusakan dan kezaliman, secara mutlak.” [Syarhu Muslim, 12/230]
Al-Imam Al-Barbahari rahimahullah berkata,
واعلم أن جور السلطان لا ينقص فريضة من فرائض الله عز
وجل التي افترضها على لسان نبيه صلى الله عليه وسلم؛ جوره على نفسه، وتطوعك وبرك
معه تام لك إن شاء الله تعالى، يعني: الجماعة والجمعة معهم، والجهاد معهم، وكل شيء
من الطاعات فشارك فيه، فلك نيتك
“Ketahuilah, kezaliman penguasa tidak mengurangi suatu
kewajiban kepada Allah ‘azza wa jalla yang Allah wajibkan melalui lisan
Nabi-Nya shallallahu’alaihi wa sallam (yaitu menunaikan hak Penguasa), karena
kezalimannya adalah dosa yang membahayakannya, adapun ketaatanmu dan kebaikanmu
kepadanya akan dibalas sempurna untukmu insya Allah ta’ala, yaitu: Tetaplah
melakukan sholat berjama’ah, sholat Jum’at dan berjihad bersamanya, dan dalam
semua bentuk ketaatan bergabunglah dengannya (jangan memberontak), maka engkau
akan mendapatkan sesuai dengan niatmu.” [Syarhus Sunnah, hal. 113]
➡ (4)
Janganlah engkau heran; pembunuhan, penyiksaan dan pengusiran orang-orang kafir
terhadap kaum muslimin bukanlah sesuatu yang baru, melainkan telah dialami oleh
manusia-manusia yang paling mulia, yaitu para nabi dan rasul ‘alaihimussalaam
serta pengikut-pengikut mereka. Allah ta’ala berfirman,
يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا
بِاللَّهِ رَبِّكُمْ
“Mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu
beriman kepada Allah, Rabb kalian.” [Al-Mumtahanah: 1]
Diantara hikmahnya mengapa Allah ta’ala menakdirkan
hal itu terjadi adalah untuk menguji kaum muslimin siapa yang benar-benar
beriman kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman,
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا
آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan
(saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya
Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui
orang-orang yang dusta.” [Al-‘Ankabut: 2-3]
Hikmah lainnya adalah bisa jadi untuk menghukum kaum
muslimin atas dosa-dosa yang mereka kerjakan dan mengingatkan mereka untuk
bertaubat kepada Allah ta’ala,
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ
أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
“Dan musibah apa saja yang menimpa kamu maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
(kesalahan-kesalahanmu).” [Asy-Syuro: 30]
Hikmah lainnya adalah untuk mengingatkan kaum muslimin
agar bersatu dan tidak berpecah belah,
وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ
وَاصْبِرُوا
“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan (berselisih),
yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu, dan bersabarlah.”
[Al-Anfal: 46]
Hikmah lainnya adalah sebagai pengangkat derajat,
penambah pahala dan penghapus dosa bagi kaum muslimin yang bersabar dalam
keimanan dan ketakwaan. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ
حِسَابٍ
“Hanyalah orang-orang yang sabar itu pahala mereka
tanpa batas.” [Az-Zumar: 10]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ
وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا
وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya
ujian. Dan sesungguhnya Allah ta’ala apabila mencintai suatu kaum maka Allah
timpakan kepada mereka bala’, barangsiapa ridho dengannya maka Allah pun ridho
kepadanya, barangsiapa yang marah dengannya maka Allah pun marah kepadanya.”
[HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Shahihul Jami’: 2110]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ ، وَلاَ وَصَبٍ ،
وَلاَ هَمٍّ ، وَلاَ حُزْنٍ ، وَلاَ أَذًى ، وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ
يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidak ada musibah apa pun yang menimpa seorang
muslim, apakah keletihan, penyakit, kegalauan, kesedihan, kezaliman, sakit hati,
sampai duri kecil yang menusuknya, kecuali dengan itu Allah ta’ala akan
menghapus kesalahan-kesalahannya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id
Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallaahu ta’ala ‘anhuma]
Pada akhirnya Allah ta’ala akan menolong orang-orang
yang teguh dan sabar dalam keimanan dan ketakwaan. Allah ta’ala berfirman,
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا
يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ
وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ
مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga,
padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” [Al-Baqoroh: 214]
➡ (5)
Kewajiban kaum muslimin untuk saling menolong, terutama ketika kaum muslimin
dizalimi karena keimanan mereka. Allah ta’ala berfirman,
وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ
النَّصْرُ
“Jika mereka (kaum muslimin) meminta pertolongan
kepadamu dalam agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan.” [Al-Anfal: 72]
Sebagaimana membenci dan memusuhi orang-orang kafir
adalah konsekuensi keimanan, demikian pula mencintai dan menolong kaum muslimin
termasuk konsekuensi keimanan. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ
أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara
karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah
supaya kamu mendapat rahmat.” [Al-Hujurat: 10]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ المُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ
بَعْضُهُ بَعْضًا
“Seorang mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan
sebuah bangunan, satu dengan yang lainnya saling menguatkan.” [HR. Al-Bukhari
dan Muslim dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu’anhu]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ
وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ
تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling
mencintai, menyayangi dan berlemah lembut di antara mereka bagaikan satu tubuh,
apabila ada satu anggota tubuh yang sakit maka seluruh tubuh akan ikut merasa
sakit hingga tidak bisa tidur dan merasa demam.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim
dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu]
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه
وسلم
Sumber: