Spanyol
Akan Masukan Syiah Assad Dalam Daftar Teroris, Indonesia Kapan?
Untuk pertama kalinya sejak meletusnya
Musim Semi Arab di tahun 2011, sejumlah pengacara internasional akan mengajukan
gugatan untuk memasukan Presiden Syiah Bashar al-Assad dalam daftar teroris.
Pengajuan ini akan dilakukan sebuah firma
hukum Spanyol yang kini sedang mempelajari kasus ini atas dakwaan kejahahatn
terhadap warga sipil di Pengadilan Nasional Spanyol.
Seperti dilansir kantor berita Spanyol,
gugatan ini diajukan oleh seorang warga Spanyol keturunan Suriah, setelah
saudaranya ditangkap, disiksa, dan kemudian di eksekusi oleh tentara rezim
tanpa adanya prosedur hukum ditahun 2013 lalu.
Isi gugatan sendiri menuduh rezim Syiah
Assad telah melakukan kejahatan terorisme terhadap warga sipil yang dilakukan
pasukan keamanan dan intelijen. (Alarabiya/Ram)
AS
Pertimbangkan Masukkan Pengawal Revolusi Iran ke Daftar Teroris
Rabu, 8 Februari 2017
Pemerintahan Presiden Amerika Serikat
(AS) Donald Trump tengah mempertimbangkan proposal untuk memasukkan Korps
Pengawal Revolusi Iran (IRGC) sebagai organisasi teroris. Demikian pernyataan
pejabat AS.
Para pejabat mengatakan beberapa instansi pemerintah AS telah berkonsultasi
tentang proposal tersebut. Jika proposal ini diterapkan akan menambah
langkah-langkah yang akan dikenakan AS kepada individu dan lembaga yang terkait
dengan IRGC seperti dikutip dari Reuters, Rabu (8/2/2017).
Gedung Putih belum memberikan tanggapan terhadap laporan ini. Sedangkan Iran
sendiri telah membantah keterlibatannya dalam terorisme.
IRGC adalah lembaga keamanan yang paling kuat di Iran. Lembaga keamanan ini
juga memiliki kontrol atas saham besar dalam perekonomian Iran dan mempunyai
pengaruh yang besar dalam sistem politik.
AS sendiri sebelumnya telah memasukkan puluhan lembaga dan orang-orang yang
terkait dengan IRGC. Pada tahun 2007, Departemen Keuangan AS menyebut Pasukan
Quds IRGC mendukung terorisme. Kelompok ini disebut menjadi kepanjangan tangan
Iran untuk melaksanakan kebijakan mendukung teroris dan kelompok pemberontak.
Pasukan Quds sendiri adalah satuan elit yang bertanggung jawab atas operasi di
luar negeri.
Menteri
Pertahanan Amerika Serikat, James Mattis menyebut Iran sebagai “Negara terbesar
sponsori terorisme”
Sabtu (04/02/2017).
Mattis menjelaskan dalam konferensi pers
yang digela di Tokyo, bahwa pihaknya belum berpikir menambah kekuatan militer
Amerika di Timur Tengah untuk mengatasi ‘perilaku buruk’ yang ditunjukkan Iran.
Namun Mattis juga memperingatkan Iran bahwa dunia tidak akan tinggal diam
terhadap kegiatannya.
“Kami selalu memiliki kemampuan untuk
menambah kekuatan militer, tapi untuk saat ini kami rasa belum perlu,” ungkap
Mattis.
Kementerian Keuangan AS, pada Jumat
(03/02/2017) kemarin, telah mengambil tindakan terhadap 25 orang dan entitas
yang dicurigai memberikan dukungan logistik dan materi untuk program rudal
balistik Iran.
Sementara itu, Presiden Donald Trump juga
telah bersumpah untuk menyusun kebijakan yang lebih agresif terhadap Iran.
Lebih lanjut, pemerintahan Trump juga mengancam akan melakukan tindakan konkrit
jika Iran tidak segera membatasi program rudal balistiknya, dan terus mendukung
konflik regional.
Trump dalam cuitan di akun twitternya
bahkan mengatakan bahwa Iran tengah bermain api. Hal ini diungkapkannya setelah
menyebut ujicoba rudal balistik yang dilakukan Iran sebagai tindakan yang
‘provokatif dan tidak mendasar’. (whc/mubasher.aljazeera/dakwatuna)
Pelaku
Serangan Teroris Reina Istambul Turki Menyusup Melalui Iran
20 Rabiul Awwal 1438 H
Seorang pejabat Turki, pada Selasa malam,
mengeluarkan pernyataan mengejutkan tentang serangan teror di Restoran Reina
Istanbul, yang menewaskan puluhan, menekankan bahwa pelaku menyusup ke Turki
melalui Iran.
Gubernur Istanbul mengatakan pada
konferensi pers: “Teroris Uzbek, Abdul Qadir Sharipov, yang melakukan serangan
teroris di restoran Reina pada malam tahun baru masehi yang ditangkap, menyusup
melalui Iran, dan dia ikut aktifitas di ISIS Daesh dan al-Qaeda di Suriah dan
Afghanistan.”
Dia menambahkan: “Sharipov sangat
terlatih, dan fasih dalam empat bahasa, dan gelarnya di ISIS Daesh adalah Abu
Mohammed Al Muhajer, seorang migran,” dengan mengisyaratkan bahwa ia telah
mengaku kejahatannya.
Polisi Turki telah menangkap Sharipov
setelah operasi keamanan di Asan Yurt, sebelah barat dari Istanbul, dan
didampingi oleh seorang pria Irak dan tiga perempuan-perempuan Mesir, Somalia
dan Senegal, dimana polisi menduga kuat mereka anggota sebuah sel teroris yang
membantu pembunuh melarikan diri dan sembunyi.
Pihak berwenang Turki berusaha agar
teroris ditangkap hidup-hidup untuk mengungkap siapa dalang di balik kejahatan,
terutama setelah kecurigaan pemerintah akan adanya keterlibatan badan intelijen
internasional di sana.
Yang menjadi tanda tanya kenapa pelaku
menyusup lewat Iran? Apa kaitannya dengan Negeri Syiah Iran suatu negara yang
menjadikan dirinya sebagai penampungan dan tempat suaka para tokoh teroris al
Qaeda? Padahal dalam pernyataannya milisi Syiah Iran menyatakan perang terhadap
ISIS dan Al Qaeda. Sandiwara apa lagi?
Sumber: twasul.info/669039
Trump:
Iran Negara Teroris Nomor 1
Presiden Amerika Serikart (AS) Donald
Trump menyebut Iran sebagai negara nomor satu pendukung terorisme. Menurut
Trump, Iran adalah negara yang paling rajin memberikan dukungan bagi kelompok
teroris di seluruh dunia.
"Iran adalah negara teroris nomor satu di dunia. Dimana, mereka memberikan
dukungan dana kepada hampir seluruh kelompok teroris yang ada di seluruh
dunia," ujar Trump, seperti dilansir Armespress pada Senin (6/2).
Dia juga kembali melemparkan kritikan tajam terhadap kesepakatan nuklir Iran.
Trump berpandangan, sebenarnya tidak ada alasan bagi pemerintahan AS sebelumnya
untuk melakukan kesepakatan dengan Iran.
"Itu adalah kesepakatan paling buruk yang pernah saya lihat. Ini
benar-benar memalukan, kita memiliki kesepakatan semacam ini. Kita sejatinya
tidak memiliki alasan untuk membuat kesepakatan tersebut," ucapnya.
"Iran benar-benar telah kehilangan rasa hormat, karea mereka berpikir
semua orang sangat bodoh, sehingga mereka bisa mencapai kesepakatan itu,"
sambungnya, merujuk pada kesepakatan nuklir. (esn)
international.sindonews.com
international.sindonews.com
Media
Arab Sebut Iran Negara Teroris Terunggul Tahun 2016
Jum'at, 30 Desember 2016
Departemen Luar Negeri Amerika tahun 2015 mengeluarkan
laporan tahunan, tentang kegiatan teroris global. Iran masuk sebagai negara sponsor atas
terorisme di Timur Tengah
Sangat mencurigakan ketika dunia
internasional bungkam di depan peningkatan terorisme Iran di Timur Tengah pada
tahun 2016 yang dianggap sebagai tahun paling berdarah.
2016 adalah tahun dimana masyarakat
internasional mengelak dari tanggungjawabnya terhadap tindakan terorisme Iran
di Suriah, Iraq dan Yaman. Ketidakpedulian dunia internasional ini merupakan
kemunduran besar bagi keadilan dan memberikan kontribusi besar dalam penyebaran
kekacauan dan pembunuhan identitas yang dilakukan oleh rezim Qum dan
milisi-milisi Syiah yang bergerak dibawah komando Iran.
Begitu juga dengan sayap-sayap milisi
sektarian dan terorisme Iran dan berbagai praktek intervensi langsung
mereka untuk memperluas kekacauan di Timur-Tengah.
2016, adalah tahun yang penuh dengan
berbagai judul peristiwa terorisme, dan Iran hadir di setiap judul-judul
pembunuhan, perusakan, dan terorisme, demikian tulis Okaz Selasa,
(27/12/2016).
Menurut koran itu, milisi rezim mullah senatiasa
hadir dalam setiap kekacauan di Suriah, Irak, Lebanon, dan Yaman, dalam
rangka memperluas kekuasaan Iran di negara-negara tersebut.
Sementara negara-negara adidaya cukup
berpangku tangan dan memonitor adegan penghancuran itu dari kejauhan.
Mereka mengira bahwa apa yang dilakukan Iran berupa – kebrutalan, kejahatan dan
pembunuhan massal selama bertahun-tahun di Iraq, Suriah, dan Yaman – hanya
sekedar pengenalan praktek penjajahan tersadis yang pernah dialami oleh
Timur-Tengah sepanjang sejarah, karena Iran tidak mengerti bahasa apapaun
selain bahasa membunuhan dan genosida.
Iran, pada tahun 2016 dinilai secara
mencolok membuat Timur-Tengah menjadi gunung berapi di tengah-tengah
kebungkaman dunia internasional. Jika hal ini terus berlanjut maka kawasan ini
akan berubah menjadi lautan darah disebabkan oleh masalah sektarian dan
terorisme para mullah bersorban hitam. Dan yang lebih menarik lagi,
masyarakat internasional tidak bergerak sama sekali untuk menghukum Iran,
bahkan malah menghapus sanksi yang dikenakan pada negara syiah itu dan memberi
kesempatan kepada rezim mullah untuk meningkatkan ekspor minyaknya.
Sebanyak 70 ribu teroris dari militer
Garda Revolusi Iran yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Qassem Suleimani,
berhasil membumi-hanguskan Iraq dan Suriah dalam berbagai operasi genosida yang
mereka lakukan.
Sudah waktunya masyarakat dunia mendengar
suara mayoritas di Dunia Arab. Jika tidak, maka masyarakat internasional akan
menemukan dirinya akan membayar mahal atas sikap bungkamnya itu.
Iran, yang meningkatkan “ekspor” terornya
ke kawasan Timur-Tengah pada tahun ini melalui sayap-sayap milisinya
model Hizbullah Lebanon dan faksi-faksi Al-Hashd Al-Sha’abi (People’s
Mobilization Forces/PMF) atau juga disebut Popular Mobilization Units (PMU)
yang melakukan pembersihan dan genosida di Iraq, Suriah, dan yang baru-baru ini
di Aleppo dalam rangka memfasilitasi perluasan rezim “Wilayatul Faqih“, di mana
Teheran telah menghabiskan lebih dari 12 miliar dolar pada tahun ini untuk
kegiatan-kegiatan terorisme yang didukung oleh Garda Revolusi Iran di Suriah,
Iraq, dan Yaman, menurut penelitian American Enterprise Institute.
Yang mencolok lagi pada tahun 2016
ini adalah Amerika Serikat tidak melakukan apa-apa, melainkan hanya
mencukupkan diri merilis dokumen pengadilan Amerika yang menguatkan
keterlibatan Khamenei pada pemboman 11 September bekerja sama dengan pemimpin
al-Qaidah Osama bin Laden. Hal ini menegaskan kembali bahwa Iran negara dinilai
paling bertanggungjawab dalam mengekspor terorisme hitam ke seluruh dunia untuk
mengacaukan keamanan dan stabilitas.
Sebelumnya, Departemen Luar Negeri
Amerika tahun 2015 mengeluarkan laporan tahunan, tentang kegiatan
teroris global. Iran masuk sebagai negara sponsor atas terorisme di Timur
Tengah.Laporan ini juga mencakup statistik pada kegiatan teroris di seluruh
dunia, dan mencakup 11.774 serangan teroris di 92 negara tahun 2015.*/ Kivlein
Muhammad