Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
menyindir pertemuan para pemimpin negara Uni Eropa (UE) di Vatikan layaknya
perkumpulan Aliansi Pasukan Salib.
"Berkumpulnya para pemimpin negara-negara Eropa di Vatikan untuk memperingati 60 tahun berdirinya UE, memberikan kesan pertemuan Aliansi Pasukan Salib," kata dia seperti dilansir situs anadolu, Ahad (26/3/2017).
Pernyataan presiden Turki ini disampaikan
dalam acara pembukaan sejumlah proyek pengembangan di kota Istanbul.
Dalam pidatonya Erdogan mengaku heran,
mengapa mereka memilih Vatikan sebagai tempat berkumpul, dan sejak kapan Paus
menjadi anggota Uni Eropa?
Ia kemudian mengkritik UE yang menolak
Turki bergabung karena alasan agama.
"Uni Eropa menolak Turki menjadi
anggota karena mayoritas penduduknya beragama Islam," jelasnya.
Erdogan juga mengkritik sikap Eropa
terhadap negaranya, yang menurutnya justru mendukung para teroris di wilayah Turki
dengan cara memasok senjata untuk mereka. [dtn]
Mengapa
Eropa Membenci Erdogan?
BEBERAPA tahun terakhir ini telah
mengungkapkan perspektif Barat, terutama perspektif Eropa, pada kepemimpinan
Recep Tayyip Erdogan dari Turki serta visi Eropa tentang Turki.
Barat telah intens bermusuhan terhadap
pribadi Erdogan dan bahkan penghinaan telah menemukan cara mereka melalui
wacana resmi dan tidak resmi.
Semakin terang dengan krisis saat
ini
Posisi Eropa telah semakin
jelas dengan reaksi terhadap upaya kudeta yang gagal pada bulan Juni 2016
dan, baru-baru ini, dalam jangka waktu sampai ke referendum Turki April 2017.
Eropa yang lambat untuk mengutuk kudeta
dan gagal mendukung lembaga-lembaga politik yang sah Turki membawa
karakteristik demokratis mereka sendiri dipertanyakan dalam proses tersebut
Selain itu, dalam konteks kampanye
referendum Turki yang sedang berlangsung, pemerintah Eropa sedang mencoba untuk
mempengaruhi perdebatan Turki terhadap Erdogan dan partai berkuasa, AKP.
Secara khusus, masyarakat Turki di Eropa,
sekitar 4 juta, yang kebanyakan adalah di Jerman, telah menjadi subyek konflik
terbuka antara Erdogan dan Eropa, dipelopori sejauh ini oleh Jerman dan
Belanda.
Jerman, Denmark, Austria dan Swiss telah
melarang acara kampanye Turki untuk mendukung amandemen konstitusi yang
diusulkan, sementara memungkinkan pihak lain mengadakan aksi massa untuk
menentang agenda pemerintah Turki.
Krisis telah mencapai puncaknya
baru-baru ini ketika Belanda melarang pendaratan pesawat yang
membawa Menteri Luar Negeri Turki, yang sedang dalam perjalanan untuk
berpartisipasi dalam acara pro-amandemen.
Jelas, tindakan ini dianggap gangguan
eksternal dalam urusan internal Turki. Namun, yang paling penting, hal
tersebut menunjukkan keprihatinan yang kompleks mengenai hubungan Eropa
dengan Turki.
Kekhawatiran ini tidak hanya terkait
dengan identitas dan kolonialisme tetapi juga terkait dengan munculnya politik
populis sayap kanan di Eropa.
Lebih dari kalkulasi pemilu
Ada banyak yang mengatakan
bahwa masalah ini lebih dari sekedar perhitungan pemilu internal. Ini
termasuk berbagai insiden baru-baru ini yang menunjukkan kebencian Eropa
kepada Erdogan dan penolakan Eropa atas aksesi Uni Eropa Turki.
Hal ini mungkin karena ekspansi
Kekaisaran Ottoman yang membentang dari timur dan tengah Eropa yang merebut
Konstantinopel dari Kekaisaran Bizantium sehingga kekhawatiran
tentang Turki telah bergaung di hati nurani Barat terlalu lama.
Namun kita juga harus ingat bahwa
perjanjian Sykes-Picot, perjanjian antara dua pihak Eropa, sebenarnya adalah
tentang pembagian wilayah Kekaisaran Ottoman.
Dalam hal apapun, hasil militer langsung
dari Perang Dunia I tidak terbatas pada pendudukan negara-negara Arab di
Kekaisaran Ottoman, tetapi juga pendudukan wilayah besar yang membentuk Turki
modern setelah perang kemerdekaan.
Tentu saja penarikan Ottoman untuk
mendukung pasukan Eropa, serta reformasi dalam negara Ottoman di abad
pertengahan ke-19, telah meletakkan dasar bagi subordinasi Turki ke Eropa. Hal
ini diperkuat oleh pemerintah Persatuan dan Kemajuan, tetapi yang lebih ironis
adalah bahwa pemimpin perang kemerdekaan Turki (1919-1922) mendorong Turki
lebih ke arah subordinasi ke Barat.
Meskipun ada penentangan dari negara-negara
benua Eropa untuk keanggotaan Turki di NATO, menurut dokumen rahasia yang
terungkap oleh CIA awal tahun ini, keikutsertaan Turki memungkinkan penggunaan
Turki sebagai sarana untuk menghadapi Uni Soviet dan Blok Timur. Hubungan itu
tidak sama, meskipun Turki memiliki keanggotaan penuh, dominasi Barat atas
Turki, tidak hanya secara politik tetapi juga pada tingkat struktur negara,
institusi dan lembaga-lembaganya.
Dengan kedatangan Erdogan, Turki berubah.
Meskipun ambisinya hampir mustahil mengingat kendala besar yang ia hadapi,
Erdogan berhasil, menggunakan janji bergabung dengan Uni Eropa, untuk
mempertahankan pemerintahan dan disaat yang sama mengambil keuntungan dari
keberhasilan ekonomi yang sangat besar untuk memperkuat kecenderungannya menuju
kemandirian.
Proyek Erdogan
Upaya yang dipimpin oleh Erdogan saat ini
dimulai dengan mendukung penentuan nasib sendiri. Hal ini diwujudkan dalam
berbagai cara, yang paling menonjol di antaranya adalah peran besar Turki
di Arab Spring, intervensi di Suriah dan Irak, dan perlawanan sengit terhadap
kudeta di Mesir. Tak satu pun dari sikap tersebut sejalan dengan posisi barat
pada umumnya, baik di AS atau Eropa.
Tentu, Turki tidak bisa hanya
mengandalkan daya apung ekonomi saja untuk membebaskan Turki dari dominasi
Barat. Juga harus ada struktur negara tak tergoyahkan dari intervensi
Barat, dan tugas ini, berarti konfrontasi dengan Barat.
Oleh karena itu, kita dapat memahami
ketakutan dan kemarahan Eropa setelah usaha kudeta gagal dan berkaitan dengan
referendum.
Erdogan tidak membesar-besarkan ketika ia
mengatakan, setelah kudeta yang gagal, bahwa Turki “berperang untuk kemerdekaan
kedua”. Bahkan saat identitas Turki sebagai negara dan masyarakat telah
melemah di bawah dominasi berabad-abad oleh Barat masih ada kesempatan untuk
pembebasan.
Dalam hal ini secara khusus, harus
disebutkan komunitas besar masyarakat Turki di Eropa dapat menempatkan
tekanan pada identitas Eropa, terutama karena banyak dari mereka akan
berkembang untuk membentuk kelas menengah baru.
Posisi yang ditempati oleh Turki memenuhi
syarat untuk menjadi pusat logistik energi untuk menjadi penghubung antara
pusat ekstraksi di Timur Tengah dan Asia Tengah dengan Eropa, yang
merupakan salah satu daerah paling atas dalam penggunaan energi. Hal ini sedang
dalam proses pencapaian dengan cara “Turki Stream”, jika hubungan Turki-Rusia
terus meningkat.
Turki, yang menghubungkan Asia ke Eropa
dan Timur ke Barat, memenuhi syarat untuk meningkatan status, dan ini adalah
apa yang pemerintah Turki kerjakan saat ini dengan cara meningkatkan
infrastruktur, pelabuhan, dan bandara. Turki juga berusaha untuk terlibat
dalam jalan sutra China baru, yang menyerukan kepada Beijing “One Belt, One
Road”.
Dalam kasus apapun, setiap kemajuan Islam
timur mempengaruhi ideologi orientalis Barat. Ini adalah salah satu
alasan mengapa proyek Erdogan memprovokasi kebencian Eropa.
Untuk memahami visi Barat atas Turki dalam hal identitas,
kita dapat mengingat pernyataan yang dibuat oleh mantan Presiden Prancis
Nicolas Sarkozy, yang mengatakan bahwa Eropa tidak akan membiarkan keanggotaan
negara dengan populasi 70 juta Muslim.
Dan kita bisa melihat kolonialisme yang mendasari dalam
argumen Kanselir Jerman Angela Merkel bahwa tidak akan ada keanggotaan tidak
akan ada negosiasi mengenai aksesi Turki.
Teori ini mirip dengan teori Yitzhak Shamir tentang
negosiasi dengan Palestina, atau teori Benjamin Netanyahu, yang berarti bahwa
negosiasi kekal tidak akan mencapai kemerdekaan atau paritas, tetapi akan
memastikan ketergantungan permanen dan subordinasi.[]Sumber:www.middleeastupdate.net
Penulis: Sari Orabi sariorabi, diterjemahkan
dari Al Jazeera, 14 Maret 2017 – via Middle East Monitor
Editor: Thayeb Loh Angen
Jubir Presiden Turki Ungkap Kenapa Eropa
Benci dan Musuhi Erdogan
Alasan Barat tidak menyukai dan memusuhi
Recep Tayyip Erdogan adalah karena orang nomor 1 di Turki ini menunjukan
kesalahan yang diperbuat Eropa. Pernyataan ini dikatakan juru Bicara Presiden
Turki, Ibrahim Kalin, menanggapi ketegangan yang terjadi antara Eropa dengan
Turki belakangan ini.
“Barat, khususnya Eropa saat ini terganggu
apa yang mereka lihat di cermin. Ini karena melihat kesalahan mereka sendiri.
Bukannya belajar dari kesalahan, Barat justru lebih memilih menyerang Erdogan
yang memegang sebuah cermin untuk (memperlihatkan) kesalahan mereka,” ujar
Ibrahim Kalin seperti dilansir Anatolia.
Ibrahim Kalin melanjutkan, “Mereka
menyerang Recep Tayyip Erdogan, dan tentu saja ada sekelompok orang, terutama
di Jerman, memiliki sudut pandang subjektif tentang Turki dan presiden kita.”
Menanggapi perihal liputan media Jerman baru-baru ini
tentang Erdogan, ia menilai bahwa Jerman sengaja melakukan hal tersebut sebagai
selingan dari masalah mereka sendiri. Seperti, misalnya, isu integrasi,
termasuk isu ekspatriat Turki yang berada di Jerman.
Menurutya dalam beberapa tahun kebelakang Erdogan telah
mendesak lebih dari tiga juta komunitas ekspatriat Turki agar tidak
meninggalkan identitas asli mereka. Namun tidak seperti di Amerika
Serikat, negara-negara Eropa justru memaksa para ekspatriat Turki membiarkan
identitas aslinya hilang.
“Jika Anda melihat diskusi pluralisme di Eropa,
diakatakan bahwa itu (sistem) berkelanjutan dari bahasa dan budaya berbeda yang
terintegrasi. Apa yang disarankan orang Jerman bukan integrasi, tetapi
asimilasi,” ujarnya. (Rol/Ram)
Amandemen Konstitusi Turki.
Erdogan, Keep Fight.!
Tengku Zulkifli Usman
(1).Kurang dua bulan rakyat Turki akan menentukan pilihan utk perubahan
konstitusi
(2).Erdogan digoyang habis habisan oleh dunia internasional khususnya Eropa
(3).Jerman dan Belanda terang terangan menampakkan permusuhan nya
(4).Bukan tanpa dasar, Belanda dan Jerman memang sangat benci dengan kemajuan
Turki dibawah Islam politik
(5).Inisiator rasisme politik di Belanda dibekingi oleh PM Belanda saat ini
Mark Rutte dan calon kuat PM Belanda mendatang Geert Wilders
(6).Makanya Menlu Turki dilarang mendarat di Belanda dan utusan Turki dilarang
pidato di Jerman
(7).Inisiator utama blok anti Turki di Jerman bukan pemimpin Jerman Angela
Merkel,tapi lebih kepada beberapa tokoh rasis lainnya
(8).Bukan Turki namanya kalau mau didikte, bukan Erdogan namanya kalau tdk
punya sikap tegas
(9).Erdogan langsung menyegel kedutaan Belanda di Turki dan meminta Dubes
Belanda tdk masuk Turki lagi
(10).Erdogan langsung berbicara keras bahkan kasar kepada Belanda"anda
menghidupkan lagi Nazisme dan Fasisme"
(11).Mark Rutte panas dingin dan berang,gak nyangka Erdogan bicara sekeras itu
(12).Geert Wilders langsung tulis di Twitter" rakyat Turki di Belanda yang
sependapat dengan Erdogan silahkan meninggalkan Belanda dan gak usah balik
lagi"
(13).Dibalas oleh Erdogan" anda akan segera kami hukum dan akan kami
kuliahin lagi tentang diplomasi"
(14).Erdogan tau,saat ini adalah puncaknya kelemahan ini Eropa
(15).Bukan tanpa dasar, itu karena Turki dibawah Erdogan sedang berada dipuncak
nya kekuatan legitimasi politik yg diperoleh Erdogan dan AKP
(16).Eropa dan barat sedang mati matian ingin menggagalkan rencana Referendum
konstitusi 16 April nanti
(17).Bukti bahwa Eropa dan barat benar benar terlibat dalam kudeta berdarah
Turki Juli 2016 lalu tanpa ragu
(18).Erdogan yang sudah memulai karir politik di Turki dari tahun 1979 paham
betul siapa dan bagaimana mental musuh musuh Turki
(19).Baik dari luar bahkan dari dalam negeri Turki sendiri
(20).Maklum, Turki modern telah mengalami 6x kudeta militer, 1960, 1971, 1980,
1997, 2013, dan 2016
(21).Dan Erdogan sendiri mengalami dua kali percobaan kudeta yang super berat
(22).Jadi jam terbang politik Erdogan tdk bisa diragukan lagi, kuat lahir batin
(23).Langkah Erdogan yang ingin mengamandemen konstitusi Turki April
nanti bisa dikatakan prestasi terbesar Turki sejak 1980, jika berhasil
(24).Padahal rencana ini juga pernah diwacanakan oleh pemimpin Turki masa lalu
Suleyman Demirel dan Erbakan
(25).Namun gagal dan selalu mendapat ganjalan yang besar, Erdogan belajar dari
masa lalu itu
(26).Tanda tanda keberhasilan rencana Referendum April nanti sudah mulai terlihat,
mulai dari kemenangan di parlemen
(27).Sampai lemahnya tekanan pihak oposisi didalam negeri,baik dari partai CHP,
MHP dan HDP
(28).Erdogan bermain cantik, dalam negeri jinak,luar negeri hanya bisa nyimak
(29).Jika konstitusi baru Turki April nanti bisa sukses sesuai rencana,maka
memungkinkan Erdogan melanggengkan kekuasaan nya hingga 2029
(30).Dengan begitu, otomatis akan menghapus pos perdana menteri yang
selama ini secara langsung sering terjadi tarik menarik kekuasaan dengan
presiden
(31).Dengan begitu, tidak akan ada lagi matahari kembar dalam tubuh
pemerintahan Turki yang bisa menghambat rencana besar Turki 2023
(32).Inilah hebatnya partai AKP, jabatan PM yang selama ini dipegang kader AKP
dan loyalis Erdogan mau mengalah
(33).Demi Turki dan masa depan negara yang cerah, tidak ada tempat buat tarik
menarik kepentingan dan perpecahan elit
(34).Erdogan dipercaya penuh oleh kader AKP baik kader bawah bahkan kader elit
sekelas mantan PM Ahmet Davutoglu
(35).AKP terus konsisten dengan pola kepemimpinan kharismatis Erdogan disatu
sisi dan kepemimpinan kolektif organisasi AKP sisi lain
(36).Maka, tidak ada yang salah jika Eropa dan barat begitu membenci rencana
rencana besar Turki, karena jika tidak dihambat, sama dengan meruntuhkan Eropa
pelan pelan