SURIAH (Jurnalislam.com) – Dua Komandan
faksi jihad terbesar di Suriah Ahrar al Sham “Abu Ammar al-Omar” dan Hayat
Tahrir al Sham (HTS) “Abu Jaber al Sheikh” menerbitkan dua pidato pada hari
Jumat (17/03/2017) untuk menandai masuknya revolusi Suriah di tahun ketujuh,
Eldorar Alshamia melaporkan Ahad (19/03/2017).
Komandan Ahrar al Sham “Abu Ammar
al-Omar” mengatakan dalam sambutannya bahwa gerakan ini berusaha membangun
sebuah entitas politik yang bersatu untuk mewakili rakyat Suriah, tidak
kompromi pada prinsip-prinsip di bawah tekanan dari pihak manapun, dan
mengatakan bahwa pembicaraan untuk solusi politik adalah sia-sia dan tanpa isi,
dan setara antara pelaku dan korban.
Dia menambahkan bahwa banyaknya entitas
yang mewakili revolusi politik, yang sebagian besar tanpa kebebasan pengambilan
keputusan telah membuat rezim Nushairiyah Assad menjadi penerima keuntungan
paling besar.
Dia mencatat dalam pidatonya bahwa
gerakan perjuangan memiliki banyak kesalahan, tetapi mereka sekarang lebih
mendekati reformasi daripada sebelumnya dan menekankan bahwa hal itu tidak akan
memberikan manfaat bagi gerakan melainkan akan mendahulukan kepentingan rakyat,
bahkan jika pembubaran gerakan akan memberikan kontribusi untuk mengurangi rasa
sakit rakyat, maka gerakan akan dibubarkan.
Al-Omar mengkonfirmasi tekad gerakan
persatuan dan memanggil ulama, warga sipil dan personel militer dalam pertemuan
darurat untuk membahas situasi saat revolusi dan cara-cara untuk menyatukan
barisan.
Sementara Komandan Umum HTS “Abu Jaber
Al-Sheikh,” mengumumkan pada sambutannya bahwa proyek HTS dibentuk dalam
menanggapi tuntutan rakyat yang keluar melakukan unjuk rasa menuntut unifikasi
(penyatuan) dan menuntut untuk masuk ke dalam sebuah serikat proyek demi
mempercepat tercapainya tuntutan rakyat.
Abu Jaber menuduh negara-negara Friends
of Syria berpihak pada fragmentasi dan mencegah persatuan menggunakan uang,
sehingga para pejuang berubah menjadi seperti karyawan yang mematuhi perintah dari pihak yang memberi
uang dan senjata.
Al-Sheikh mencatat bahwa proyek HTS telah
menyelesaikan masalah administrasi dan organisasi dan sekarang diposisikan
untuk mengobarkan pertempuran pembebasan. Hal itu menunjukkan bahwa mereka
telah bekerja untuk menyesuaikan garis internal dan memanfaatkan kader kelompok
melalui prinsip partisipatif dan bukan penjatahan.
Al-Sheikh mengirim beberapa pesan. Yang
paling penting adalah berterima kasih kepada “tentara revolusi”, pertahanan
sipil serta organisasi kemanusiaan dan ambulans dan memanggil organisasi media
dan jurnalis independen untuk memasuki daerah yang telah dibebaskan untuk
melihat realitas situasi dan mendengarkan HTS.
Aktivis, politisi dan wartawan telah
meluncurkan kampanye media menuntut agar Ahrar al-Sham mengadopsi bendera
revolusi dengan menandai “bendera revolusi Ahrar al-Sham,” yang dihadiri oleh
tokoh-tokoh terkenal dalam gerakan, terutama “Labib al Nahhas” kepala hubungan
luar negeri politik gerakan, yang mengatakan di akun Twitter, “ini adalah
bendera orang-orang Suriah yang bebas ketika menuntut kelahiran baru dari
bangsa mereka, ini adalah bendera Suriah pada hari kemenangan revolusi kita, in
sya Allah,” kemudian ia menambahkan: “bendera kita saat memberontak melawan
penghinaan dan kain kafan bagi para syuhada kami, yang malu harus
mempertimbangkan kembali proyeknya.”
Sementara itu, “Hussam Salama” seorang
komandan di Ahrar al-Sham menganggap bahwa revolusi bendera adalah “bendera
Islam menjadi bendera pertama yang dikibarkan menentang tiran, dan keluar dari
masjid meneriakkan Allahu Akbar.”
Editor : Deddy Purwanto
Sumber : Al Shamia