Ketika aku putuskan untuk beramal sesuai AlQuran & Sunnah dengan faham As Salafush Shaleh, Aku pun dipanggil Wahabi..
Ketika aku minta segala hajatku hanya kepada Allah subhaanahu wa ta’ala tidak
kepada Nabi & Wali .… Aku pun dituduh Wahabi..
Ketika aku meyakini Alquran itu
kalam Ilahi, bukan makhluq …. Aku pun diklaim sebagai Wahabi..
Ketika aku takut mengkafirkan dan memberontak penguasa yang dzalim, Aku pun
dipasangi platform Wahabi..Ketika aku tidak lagi shalat, ngaji serta ngais berkah di makam-makam keramat… Aku pun dijuluki Wahabi..
Ketika aku putuskan keluar dari tarekat sekte sufi yang berani menjaminku masuk surga… Aku pun diembel-embeli Wahabi..
Ketika aku katakan tahlilan dilarang oleh Imam Syafi’i.. Akupun dihujat sebagai Wahabi..
Ketika aku tinggalkan maulidan
karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah ajarkan … Aku pun dikirimi
“berkat” Wahabi..
Ketika aku takut mengatakan
bahwa Allah subhaanahu wa ta’ala itu dimana-mana sampai ditubuh babipun
ada… Aku pun dibubuhi stempel Wahabi..
Ketika aku mengikuti Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memanjangkan jenggot, memotong celana diatas dua
mata kaki, …,…., Aku pun dilontari kecaman Wahabi..
Ketika aku tanya apa itu
Wahabi…? Merekapun gelengkan kepala tanda tak ngerti..
Ketika ku tanya siapa itu
wahabi…? Merekapun tidak tahu dengan apa harus menimpali..
Tapi…!
Apabila Wahabi mengajakku
beribadah sesuai dengan AlQuran dan Sunnah… Maka aku rela mendapat gelar
Wahabi !
Apabila Wahabi mengajakku hanya menyembah dan memohon kepada Allah subhaanahu
wa ta’ala … Maka aku Pe–De memakai mahkota Wahabi !Apabila Wahabi menuntunku menjauhi syirik, khurafat dan bid’ah… Maka aku bangga menyandang baju kebesaran Wahabi !
Apabila Wahabi mengajakku taat kepada Allah subhaanahu wa ta’ala dan RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam … Maka akulah pahlawan Wahabi !
Ada yang bilang.…. Kalau pengikut setia Ahmad shallallahu ‘alaihi wa sallam digelari Wahabi, maka aku mengaku sebagai Wahabi..
Ada yang bilang….. Jangan sedih wahai “Pejuang Tauhid”, sebenarnya musuhmu sedang memujimu, Pujian dalam hujatan….!
Oleh: Ahmad Zainuddin
Dicopy dari web Ustadz Firanda,
Lc, MA
Mereka
Bilang Wahhabi Sesat
Ditulis pada 24 Januari 2015 oleh Abu
Zahra Hanifa
Pertarungan antara ahlu tauhid dan ahlu syirik merupakan
sunnatullah yang tetap berjalan, tiada berakhir hingga matahari terbit dari
sebelah barat. Hal ini merupakan ujian dan cobaan bagi ahlul haq agar terjadi
jihad fi sabilillah dengan lidah, pena, ataupun senjata.
Seandainya Allah menghendaki, niscaya Allah akan
membinasakan mereka, tetapi Allah hendak menguji sebaian kamu dengan sebagian
yang lain. (Muhammad : 4).
Kita lihat musuh-musuh tauhid
berusaha sekuat tenaga dengan mengorbankan waktu dan harta mereka tanpa
mengenal lelah untuk membela kebatilan mereka, menebarkan kesesatan mereka, dan
memadamkan cahaya Rabb mereka.
Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut
mereka, tapi Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya walaupun
orang-orang kafir tidak menyukai. (At Taubah : 32).
Salah satu senjata pamungkas
mereka untuk memadamkan cahaya Allah ialah dengan menjauhkan manusia dari da’i
yang berpegang teguh dengan Al Qur-an dan As Sunnah, dengan gelar-gelar yang
jelek dan mengerikan. Seperti kata yang populer di tengah masyarakat, yaitu
Wahhabi. Semua itu dengan tujuan menjauhkan manusia dari dakwah yang haq.
Apa sebenarnya Wahhabi itu?
Mengapa mereka begitu benci setengah mati terhadap Wahhabi? Sehingga buku-buku
yang membicarakan Muhammad bin Abdul Wahhab mencapai 80 kitab atau lebih. Api
kebencian mereka begitu membara hingga salah seorang di antara mereka
mengatakan bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bukan anak manusia, melainkan
anak setan, Subhanallah, adakah kebohongan setelah kebohogan ini?
Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut
mereka. Mereka tidak mengatakan kecuali dusta. (Al Kahfi : 5).
Hal seperti ini terus diwarisi
hingga sekarang. Maka kita liha orang-orang yang berlagak alim atau kyai
bangkit berteriak memperingatkan para pengikutnya, membutakan hati mereka dari
dakwah yang penuh barakah ini, dan dari para da’i penyeru tauhid, pemberantas syirik dengan sebutan-sebutan dan
gelar-gelar yang menggelikan, seperti gelar Wahhabi. Padahal mereka (para
pengikut ahli bid’ah ini) tidak mengetahui hakikat da’wah yang dilancarkan
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab.
Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh,
tetapi mereka tidak tahu. (Al Baqarah : 13).
Yang demikian itu karena mereka adalah kaum yang tiada
mengerti. (Al Hasyr : 13).
Yang mereka dengar hanyalah
tuduhan-tuduhan di tepi jurang yang runtuh lalu bangunannya jatuh bersama-sama
dia ke dalam neraka Jahannam. Tuduhan-tuduhan mereka tidaklah ilmiyah sama
sekali, lebih lemah dari sarang laba-laba.
Seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah
yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. (Al Ankabut : 41).
Semoga kalimat sederhana ini
dapat membuka pandangan mata mereka terhadap dakwah ini dan agar binasa orang
yang binasa di atas keterangan yang nyata pula. Dan jangan sampai mereka
termasuk orang-orang yang difirmankan oleh Allah:
Dan apabila dikatakan kepada mereka, Bertaqwalah kepada
Allah, maka bangkitlah kesombongan mereka untuk berbuat dosa. Maka cukuplah
baginya neraka jahannam. Sesungguhnya neraka jahannam itu adalah tempat tinggal
yang seburuk-buruknya. (Al Baqarah : 206).
Apakah Wahhabi itu?
Perlu ditegaskan di sini bahwa
penamaan dakwah ini dengan dakwah Wahhabiyah dan para pengikutnya dengan
Wahhabi merupakan kesalahan kalau ditinjau dari segi lafadz dan maknanya.
Dari segi lafadz, penamaan
Wahhabiyah ini dinisbatkan kepada Abdul Wahhab yang tidak mempunyai sangkut
paut dengan dakwah ini, dan tidak dinisbatkan kepada Muhammad bin Abdil Wahhab
-yang menurut mereka, beliau adalah pendirinya-. Kalaulah mereka jujur, tentu
menamakannya dengan Dakwah Muhammadiyyah karena nama beliau adalah Muhammad.
Namun karena mereka menganggap bahwa jika menamakan dakwah ini dengan Dakwa
Muhammadiyyah tidak akan menjauhkan manusia, maka mereka menggantinya dengan
Dakwah Wahhabiyah.
Adapun dari segi makna, maka
mereka juga keliru di dalamnya, sebab dakwah ini mengikuti manhaj dakwah As
Salaf Ash Shalih dari kalangan sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in. Kalaulah
mereka jujur, tentunya menamai dakwah ini dengan dakwah salafiyyah.
Jadi apakah Wahhabiyah itu?
Dalam Kitab Fatwa Al Lajnah Ad Da’imah [1] Juz 2, hal 174 diterangkan:
Wahhabiyah adalah sebuah lafadz
yang dilontarkan oleh musuh-musuh Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab disebabkan
dakwa beliau di dalam memurnikan tauhid, memberantas syirik, dan membendung
seluruh tata cara ibadah yang tidak dicontohkan Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam. Tujuan mereka dalam menggunakan lafadz ini ialah menjauhkan
manusia dari dakwah beliau dan menghalangi mereka agar tidak mau mendengarkan
perkataan beliau.
Sungguh sangat mengherankan
omongan kebanyakan manusia, ketika mereka melihat seorang yang mengagungkan
tauhid, menyeru, dan membelanya, mereka menyebutnya sebagai Wahhabi. Yang lebih
lucu lagi, ketika mereka menyatakan bahwa Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim
keduanya adalah Wahhabi. Subhanallah! Apakah Muhammad bin Abdil Wahhab melahirkan
orang yang hidupnya lebih dulu beberapa abad dari dirinya?
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al
Albani berkata, Mungkin sebagian orang-orang bodoh akan menuduh Imam As Suyuti
itu dengan Wahhabi sebagaimana adat mereka. Padahal jarak wafat antara keduanya
kurang lebih 300 tahun. Aku teringat cerita menarik sekali, terjadi di salah
satu sekolah di Damaskus ketika seorang guru sejarah beragama Nashara
menceritakan tentang sejarah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dan dakwahnya
dalam memerangi syirik, kurafat dan kebid’ahan. Sehingga seakan-akan guru
Nashara itu memuji dan kagum kepadanya. Maka berkatalah salah seorang muridnya,
‘Wah guru kita menjadi Wahhabi!’.
Demikianlah kebencian mereka
terhadap Muhammad bin Abdil Wahhab dan orang-orang yang mengikuti dakwahnya,
bahkan kepada orang Nashranipun -yang nyata-nyata bukan Muslimin- mereka tuduh
Wahhabi.
Dan orang-orang kafir itu tidak menyiksa orang-orang
mukmin, melainkan karena mereka beriman kepada Allah Maha Perkasa Lagi Mana
Terpuji. (Al Buruj : 8).
Tuduhan dan Jawaban
Beragam penilaian manusia dalam
menilai dakwah ini. Sebagian mereka berkeyakinan bahwa dakwah ini adalah
madzhab kelima setelah empat madzhab yang lain. Sebagian lagi menganggap bahwa
Wahabbi sangat ekstrim sehingga mudah mengkafirkan kaum muslimin. Sebagian lagi
menganggap bahwa Wahhabi tidak mencintai Rasulullah dan para wali. Serta
anggapan-anggapan lainnya yang sama sekali tidak ada buktinya.
Sebelum membantah
tuduhan-tuduhan mereka renungilah perkataan Al Allamah Muhammad Rasyid Ridha
berikut ini: Pada masa kecilku, aku sering mendengar cerita tentang Wahhabiyah
dari buku-buku Dahlan, dan selainnya. Sayapun membenarkannya karena taqlid
kepada guru-guru kami dan bapak-bapak kami. Saya baru tahu tentang hakikat
jama’ah ini setelah hijrah ke Mesir. Ternyata aku mengetahui dengan yakin bahwa
mereka (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikutnya) yang berada di atas
hidayah. Kemudian saya telaah buku-buku Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab,
anak-anaknya, dan cucu-cucunya serta ulama-ulama lainnya dari Nejed, maka saya
mengetahui bahwa tidak sebuah tuduhan serta celaan yang dilontarkan kepada
mereka kecuali mereka menjawabnya. Jika tuduhan itu dusta mereka berkata, Maha
Suci Engkau (Ya, Allah), ini adalah kedustaan yang besar. Tetapi jika tuduhan
itu ada asalnya, mereka menjelaskan hakikatnya dan membantahnya. Sesungguhnya
Ulama Sunnah dari India dan Yaman telah meneliti, membahas dan menyelidiki
tuduhan-tuduhan yang dilontarkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan
pengikutnya. Akhirnya mereka mengambil kesimpulan bahwa para pencela itu tidak
amanah dan tidak jujur.
Baiklah, sekarang kita simak
tuduhan-tuduhan mereka berikut jawabannya, “Agar
Allah menetapkan yang haq, dan membatilkan yang batil walaupun orang-orang yang
berdosa tidak menyukainya“. (Al Anfal : 8).
1). Mereka -ahli bid’ah- menganggap bahwa dakwah
Wahhabiyah merupakan madzhab kelima setelah empat madzhab lainnya (Hambali,
Maliki, Syafi’i dan Hanafy).
Jawaban:
Ini merupakan kejahilan mereka,
sebab telah merupakan perkara yang masyhur dan memang nyata bahwa dakwah ini
bukanlah dakwah baru. Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dalam hal aqidah
mengikuti madzhab Salaf. Adapun dalam masalah furu’ mengikuti madzhab Imam
Ahmad bin Hambal. Maka bagaimanakah mereka menyatakan bahwa Wahhabiyah merupakan
dakwah baru serta dianggapnya sebagai jama’ah sesat dan rusak? Semoga Allah
menghancurkan kejahilan, hawa nafsu dan taqlid.
Syaikh Muhammad Jamil Zainu juga
pernah bercerita, Aku pernah bertemu seseorang di Suriah yang mengatakan
tentang Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab bahwa beliau adalah pendiri madzhab
kelima dari empat madzhab. Maka akupun berkata kepadanya bahwa bagaimana anda
mengatakan demikian padahal bukankah sudah mashur kalau madzhab beliau adalah
Hambali? Sungguh ini adalah kedustaan dan tuduhan tanpa bukti.
2). Mereka menganggap bahwa dakwah Wahhabiyah mudah
mengkafirkan kaum muslimin. ?????
Jawaban:
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab
sendiri yang menjawab tuduhan ini ketika menuliskan dalam suratnya kepada
Suwaidiy -seorang alim dari Iraq-, Adapun apa yang kalian sebutkann bahwa saya
mengkafirkan kaum manusia, kecuali yang mengikutiku dan bahwasanya aku
menganggap pernikahan-pernikahan mereka tidak sah, maka saya katakah bahwa
sungguh mengherankan, bagaimana hal ini dapat masuk akal, apakah ada seorang
muslim yang mengatakan demikian. Ketahuilah aku berlepas diri kepada Allah dari
tuduhan ini, yang tidak muncul melainkan dari orang yang terbalik akalnya.
Adapun yang saya kafirkan adalah orang yang telah mengetahui agama Rasul,
kemudian setelah mengetahuinya ia mencelanya, melarangnya dan memusuhi orang
yang menegakkannya. Inilah yang saya kafirkan.
3). Mereka menuduh bahwa Wahhabiyun tidak mencintai
Rasulullah.
Jawaban:
Ketahuilah wahai orang-orang
yang berakal, bahwa Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab mempunyai kitab yang
berjudul Mukhtashar Sirah Ar Rasul yang berisi tentang perjalanan hidup
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini menunjukkan kecintaan beliau
terhadap beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Maka tuduhan ini merupakan
kedustaan dan kebohongan yang akan dimintai pertanggungjawabannya di sisi
Allah. Kemudian kita katakan kepada mereka -penuduh- apakah cinta kepada
Rasulullah itu dengan mengadakan maulid Nabi, shalawatan bid’ah, atau selainnya
yang tidak pernah diajarkan Rasulullah sendiri? Ataukah dengan mengagungkan
sunnahnya, menghidupkannya, dan membelanya, serta memberantas lawannya (yaitu
bid’ah) sampai keakar-akarnya. Jawablah wahai orang-orang yang dikaruniai akal.
“Katakanlah: Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun
Lagi Maha Penyayang. (Ali Imran : 31).
Al Hafidz Ibnu Katsir berkata
dalam tafsirnya juz 2 hal 37, Ayat ini merupakan hakim bagi setiap prang yang
mengakui mencintai Allah padahal tidak mengikuti manhaj yang ditempuh oleh
Rasulullah. Dia dianggap dusta dalam pengakuannya hingga dia mengikuti syari’at
Rasulullah dalam segala hal, baik dalam perkataan, perbuatan maupun keadaan.
4). Mereka menuduh bahwa Wahhabiyun menganggap diri
mereka maksum, sehingga hanya merekalah yang benar dan tidak menerima
kesalahan. Adapun selain mereka dianggap penuh kesalahan dan tidak pernah
benar.
Jawaban:
Sungguh ini adalah tuduhan
dusta. Inilah kitab-kitab ulama kami dan dialog mereka bersama bersama
musuh-musuh mereka. Tidak dijumpai seperti yang dituduhkan ini. Bahkan mereka
menerangkan Al Haq dan membantah Al Bathil dengan hujjah yang kuat dan penuh
hikmah. Dan mereka -para ulama- tidak menganggap diri mereka terjaga dari dosa
ataupun menolak kebenaran yang datang dari kesalahan mereka.
Inilah imam mereka (Wahhabiyun),
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dalam salah satu suratnya berkata, Dan aku
berharap agar aku tidak menolak kebenaran yang datang kepadaku. Aku bersaksi
kepada Allah, para Malaikat-Nya bahwa apabila datang kepadaku kebenaran, aku
akan menerimanya dan aku akan lemparkan semua perkataan imamku yang menyelisihi
kebenaran, selain Rasulullah, karena ia tidak mengatakan sesuatu kecuali al
haq.
5). Mereka menuduh bahwa Wahhabiyun mengingkari syafa’at
Rasulullah.
Jawaban:
Syaikh Abdul Aziz bin Baz
menyatakan, Tidak asing lagi bagi orang yang berakal dan mempelajari sirah
perjalanan Imam Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya yang harum
namanya, bahwa mereka semuanya berlepas diri dari tuduhan ini. Lihatlah imam
Muhammad bin Abdil Wahhab telah menetapkan syafa’at Rasul bagi umatnya dalam
berbagai karya-karya beliau, seperti Kitab Tauhid dan Kasyfus Subhat, maka dari
sini jelaslah bagi kita bahwa tuduhan ini bathil dan dusta. Sebenarnya yang
diingkari oleh Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab adalah meminta syafa’at kepada
orang-orang yang sudah mati.
6). Mereka menuduh Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab
diakhir hayatnya menyimpang dari jalan yang benar dengan menolak beberapa
hadits yang tidak cocok dengan akalnya.
Jawaban:
Syaikh Abdul Aziz bin Baz telah
menyanggah tuduhan ini dengan perkataan, Ini termasuk tuduhan dusta karena
beliau diwafatkan sedangkan beliau termasuk da’i besar yang menyeru kepada
aqidah salaf dan manhaj yang shahih, maka tuduhan ini sangatlah dusta karena
beliau sangat menghormati sunnah, menerima dan mendakwahkannya hingga akhir
hayatnya.
Inilah sekelumit tuduhan-tuduhan
ahli bid’ah terhadap dakwah yang pernah barakah ini. Semua itu hanyalah
kedustaan di atas kedustaan. Sungguh benarlah apa yang dikatakan oleh Al Imam
Ibnul Mubarak, Isnad itu termasuk agama, seandainya tanpa isnad maka manusia
akan berkata semaunya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga berkata dalam Majmu’ Fatawa Juz I/9:
Ilmu sanad dan riwayat merupakan
kekhususan umat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah menjadikannya
sebagai tangga kebenaran. Ketika Ahlul Kitab tidak mempunyai ilmu sanad maka
bertebaranlah penukilan-penukilan dusta diantara mereka. Demikian juga para
penyesat dan ahlu bid’ah dari kalangan umat ini sama dengan Ahlu Kitab, tidak
ada bedanya. Maka dengan ilmu sanadlah dapat terbedakan antara al haq dan al
bathil.
Untuk mengakhiri pembahasan
kita, rasanya sangat penting bagi kita untuk memperhatikan tiga perkara berikut
ini sekaligus sebagai kesimpulan dari uraian di atas:
Hakikat dakwah Wahhabiyah.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata: Hakikat dakwa ini, sebagaimana dakwah Nabi
Muhammad, yaitu memurnikan tauhid dan mewujudkan tuntutan syahadat Laa ilaaha
illallah dan Muhammadur rasulullah. Yang demikian itu dengan memurnikan ibadah
hanya kepada Allah saja dan menjadikan Rasulullah sebagai panutan yang agung.
Mereka (Wahhabiyun) adalah golongan yang berjalan di atas manhaj Salaf dari
kalangan shahabat, tabi’in dan orang-orang yang mengikuti mereka, baik dalam
aqidah, perkataan ataupun perbuatannya. Inilah manhaj yang wajib bagi setiap
muslim untuk berjalan di atasnya, meyakininya dan mendakwahkannya.
Hukum orang yang mencela Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Syaikh
Abdul Aziz bin Baz selanjutnya menegaskan, Sesungguhnyua orang-orang yang
mencela Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab ada dua kemungkinan. Yang pertama dia
adalah seorang yang gandrung degnan syirk sehingga ia memusuhi Syaikh karena
dakwahnya yang mengajak kepada tauhid dan memberantas segala macam kesyirikan.
Yang kedua dia adalah orang yang jahil yang tertipu oleh da’i- da’i penyesat.
Maka alangkah lucunya golongan jahil ini karena mereka mengikuti orang yang
jahil sejenis mereka.
Himbauan dan Ajakan. Kepada
mereka yang benci dan hasad kepada dakwah yang penuh barakah ini, kami katakan,
Bukalah pandangan mata kalian, bangunlah dari tidur kalian, hilangkan segala kedengkian
yang ada di hati kalian, bacalah, cermatilah buku-buku Syaikh Muhammad bin
Abdil Wahhab dan para pengikutnya dengan lapang dada, niscaya kalian akan
dapati bahwa kalian berada dalam tipuan dan kegelapan.
————–
[1]. Sebuah lembaga pemberi fatwa di
Saudi Arabia.
Disarikan dari tulisan Abu
Ubaidah Al Atsari dan Abu Usamah pada Majalah As Sunnah Edisi 12/Th.IV/1421 – 2000.
Sumber: salafyoon.net