Oleh:
Anshari Umar Sitanggal / Publikasi: Sabtu, 28 Maret 2015 10:51
11. Kaum
muslimin akan berperang melawan Turki
Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu
Hurairah radliyallahu ‘anhu sabda dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Kiamat takkan terjadi sebelum kamu
sekalian memerangi suatu bangsa, yang sandal mereka (terbuat dari) rambut, dan
sebelum kamu memerangi bangsa Turki, yang bermata kecil, bermuka merah,
berhidung pesek, wajah mereka bagaikan perisai yang ditempa. Dan kamu dapati
sebaik-baik manusia ialah orang yang (asalnya) paling membenci perkara (agama)
ini, namun akhirnya dia memasukinya. Dan manusia itu serupa barang tambang.
Orang yang terbaik di masa Jahiliyyah adalah yang terbaik di masa Islam. Dan
pasti datang kepada seorang dari kamu sekalian suatu zaman, di mana andaikan
dia bisa melihat aku, tentu itu lebih dia sukai daripada memiliki (keluarga dan
harta) seperti keluarga dan harta yang telah dimilikinya.” (Riwayat al-Bukhari, 56, Kitabul-Jihad, 95, Bab Qitaal
At-Turk. Hadits no. 2927-2928).
Kemudian diriwayatkan pula dari
Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Kiamat takkan terjadi sebelum kamu
sekalian memerangi kaum Hur dan Karman dari bangsa Ajam, yang bermuka merah dan
berhidung pesek. Wajah mereka bagaikan perisai yang ditempa, sanda mereka
(terbuat dari) rambut.”
Maksudnya, bangsa Turki itu akan
diperangi para shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai kalah dan
tertangkap, sedang istri-istri dan anak-anak mereka menjadi tawanan.
Zhahir hadits ini menunjukkan,
bahwa serangan terhadap bangsa Turki ini termasuk tanda-tanda Kiamat. Jika
dikatakan bahwa tanda-tanda itu terjadi tidak lama menjelang Kiamat, maka boleh
jadi peperangan besar akan terjadi sekali lagi antara kaum Muslimin dan bangsa
Turki, sehingga berakhir dengan keluarnya Ya’juj dan Ma’juj.
Tapi jika yang dimaksud bahwa
tanda-tanda tersebut lebih luas lagi pengertiannya, dalam arti tidak harus
dekat sekali dengan Hari Kiamat, maka serangan terhadap bangsa Turki itu termasuk
tanda-tanda keseluruhan yang kapan saja bisa terjadi, meskipun jaraknya masih
lama dari Kiamat, hanya saja tentu harus yang terjadi setelah masa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan agaknya pengertian yang kedua inilah yang
tampak lebih jelas, setelah memperhatikan berbagai hadits tentang bab ini.
12.
Akan ada beberapa bocah yang memerintah kaum muslimin, dimana terjadi kerusakan
dan perusakan
Imam Ahmad meriwayatkan, Abu
Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kehancuran umatku terletak di
tangan anak-anak kecil.”
(Hadits shahih diriwayatkan oleh al-Bukhari, 92. Kitab al-Fitan, 3 – Bab
Qaulun-Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Halaku Ummati ‘Ala Yadai Ughailamah, hadits no. 7058).
Mendengar sabda Nabi seperti itu,
Marwan berkata, “Laknat Allah atas mereka, anak-anak kecil itu!” Di waktu itu
dia sama sekali belum berkuasa, sehingga tidak ada seorang pun yang menyertai
kami dalam majlis.
Lanjut Abu Hurairah, “Demi Allah,
andaikan aku mau menceritakan Bani Fulan, dan Bani Fulan, tentu aku lakukan.”
Kata perawi hadits ini (Amrn bin
Yahya bin Sa’id), “Pernah saya keluar bersama ayahku, pergi menemui Bani Marwan
setelah mereka berkuasa. Ternyata merekalah yang membai’at anak-anak kecil
mereka. di antara anak-anak yang dibai’at itu, ada yang masih dalam gendongan.
Maka aku berkata, ‘Boleh jadi orang-orang kalian inilah yang pernah saya dengar
dari Abu Hurairah menceritakannya kepada kami, bahwa raja-raja itu yang satu mirip
dengan yang lain?’”
Hadits-hadits mengenai ini banyak
sekali jumlahnya, dan semuanya sudah kami tulis dalam Kitab
Dalaail an-Nubuwwah. Dan hadits ini pun
ada dalam cerita tentang si pendusta dan si perusak (Al-Kadzdzab wa al
Al-Mubiir) dari Tsaqif. Si pendusta
yang dimaksud ialah al-Mukhtar bin Abi Ubaid, yang muncul di Kufah pada masa
pemerintahan Abdullah bin Zubair. Sedangkan si perusak ialah al-Hajjaj bin
Yusuf ats-Tsaqafi, pembunuh Abdullah bin Zubair, seperti yang pernah
diceritakan dalam kitab terdahulu.
Selain itu, sudah diuraikan pula
hadits tentang bendera-bendera hitam yang dibawa oleh Bani Abbas saat
mengambil alih kekuasaan dari tangan Bani Umayyah pada tahun 302 H, tepatnya
ketika kekuasaan beralih dari Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam bin Abil
Ash, yang dikenal dengan Marwan al-Himar atau Marwan al-Ja’di, karena berguru
kepada al-Ja’di bin Dirham al-Mu’tazili. Dialah khalifah terakhir Bani Umayyah.
Kemudian beralihkah kekuasaan kepada as-Saffah, yang ceritanya dikisahkan dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dalam musnadnya. Dialah
Abul Abbas Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas bin Abdul
Muthallib, khalifah pertama bani Abbas, sebagaimana diterangkan dalam kitab
terdahulu.
Dalam kitab Shahih al-Bukhari, Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu
meriwayatkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Bani Israil dulu selalu dipimpin
oleh para Nabi. Setiap kali wafat seorang nabi, maka diganti oleh nabi
berikutnya. Dan sesungguhnya sepeninggalku takkan ada nabi lagi. Yang ada
hanyalah khalifah-khalifah yang banyak.” Para shahabat bertanya, “Kalau begitu, apa yang
engkau perintahkan kepada kamu, ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Berbai’atlah kepada
khalifah yang pertama, lalu kepada yang pertama berikutnya. Berikan mereka
haknya. Karena sesunggunya Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka tentang
apa yang mereka pimpin.”
(Hadits Syu’bah dari Furat al-Qazaz, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah
radliyallahu ‘anhu).
Dalam Shahih
Muslim, Abdullah bin
Mas’ud radliyallahu ‘anhu meriwayatkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
“Tidak seorang nabi pun kecuali
mempunyai hawari (para pembela). Mereka memberi petunjuk (kepada manusia)
sesuai petunjuk nabinya dan melakukan tradisi-tradisi sesuai sunnahnya.
Kemudian datanglah sepeninggal mereka para pengganti yang mengucapkan kata-kata
yang tidak mereka lakukan. Dan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak
diperintahkan.” (Riwayat Abi Rafi’
dari Abdullah bin Mas’ud).
13.
Ada 12 khalifah dari Quraisy yang akan memerintah kaum muslimin
Diriwayatkan dalam Shahih
al-Bukhari dan Shahih
Muslim dari Jabir bin
Samurah, sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Akan ada dua belas khalifah,
semuanya dari Quraisy.”
(Hadits shahih riwayat al-Bukhari, 93, Kitab al-Ahkam, hadits no. 7222-7223, dan oleh
Muslim dalam Shahihnya, 23, Kitab al-Imarah, 1 – Bab an-Naas
Tabii’un Quraisy wa al-Khilafah fi Quraisy, hadits no. 1821).
Para khilafah yang diberitakan
dalam kedua hadits di atas, bukanlah 12 khalifah yang diklaim sedemikian
gigihnya oleh kaum Syiah Imamiah secara dusta dan mengada-ada, sebagai
manusia-manusia yang makshum(terpelihara dari dosa). Karena kebanyakan mereka
ternyata tidak ada yang pernah memerintah umat ini sama sekali, baik sebagai
khalifah, atau bahkan menjadi penguasa di suatu Negara atau suatu wilayah
sekalipun. Di antara mereka hanya Ali radliyallahu ‘anhu dan anaknya, Hasan bin
Ali saja yang menjadi khalifah. Semoga Allah senantiasa meridhai keduanya.
14.
Yang dimaksud 12 khalifah Quraisy bukanlah khalifah-khalifah yang
berturut-turut memerintah langsung sepeninggal Rasulullah
Dan yang dimaksud 12 khalifah
Quraisy, bukanlah pula para khalifah yang memerintah secara berturut-turut
sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sampai pertengahan Daulah
Bani Umayyah. Karena hadits riwayat Safinah berbunyi, “Khilafah
sepeninggalku adalah selama tiga puluh tahun.” Tidak sesuai dengan panjangnya masa kekuasaan
mereka, meskipun al-Baihaqi memilih tafsiran seperti itu.
Masalah ini terdapat dalam kitab Dalaail
an-Nubuwwah. Namun demikian di
antara para pemimpin yang 12 orang itu, kita dapatkan Abu Bakar, kemudian Umar,
Utsman, Ali serta puteranya, Hasan bin Ali, termasuk juga Umar bin Abdul Aziz,
sebagaimana yang diyakini oleh sebagian besar ulama terkemuka dan kebanyakan
umat ini, Alhamdulillah. Dan ada pula di antaranya dari kalangan Bani Abbas.
Sedang sisanya akan bermunculan di masa mendatang, sampai munculnya seoarng di
antara mereka yang dikenal sebagai al-Mahdi, yaitu tokoh yang diberitakan dalam
berbagai hadits. Dan kepada Allah kita senantiasa memohon pertolongan-Nya, dan
kepada-Nya pula kita berserah diri.
Adapun penjelasan di atas, memang
sudah sering dinyatakan bukan hanya dari seorang saja, sebagaiman telah kami
katakana tadi.
15.
Benarkah berita yang menyatakan bahwa tanda-tanda Kiamat mulai muncul pada
tahun 200 H, dan sebaik-baik orang Islam sesudah tahun itu adalah yang tidak
berkeluarga ataupun punya anak?
Ternyata berita seperti itu tidak
benar, meskipun Ibnu Majah telah meriwayatkan dari Abu Qatadah, sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Tanda-tanda (Kiamat) adalah
setelah tahun dua ratus.”
(Ibnu Majah dalamSunannya, 2 – 1348, hadits no. 4057).
Bahkan kemudian Ibnu Majah
meriwayatkan pula hadits yang serupa dari dua jalur lainnya dari Anas, dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tetapi semua itu tidak ada yang shahih. Dan
kalaupun shahih, maka yang dimaksud tentu adalah fitnah yang terjadi gara-gara
munculnya pendapat yang mengatakan bahwa al-Qur’an itu makhluk, yakni fitnah
yang mengakibatkan bencana yang menimpa Imam Ahmad bin Hanbal dan teman-teman
beliau dari para ulama ahli hadits terkemuka.
Sumber: Ibnu Katsir, an-Nihayah: Fitan wa
Ahwaalu Akhiruz-Zaman atau Huru-Hara Hari
Kiamat, (Pent. Anshori
Umar Sitanggal, Imran Hasan, S.Ag), Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, Cet. Kedua,
Desember, 2002, hlm. 12-18.