Riyadh. Jurnalis senioar Arab Saudi, Jamal Khashoggi, mengatakan bahwa
Arab Saudi dan Turki harus berperan dalam melindungi para penduduk kota Mosul.
Seperti dilansir Memo Islam, Rabu (11/3/2015) hari ini.
Penduduk Sunni di Mosul tidak boleh dibiarkan
hanya ditangani oleh pemerintah di saat Iran benar-benar melakukan intervensi.
Keberadaan militer Syiah Iran sangat memungkinkan terjadinya pembantaian
terhadap penduduk Sunni sebagai aksi balas dendam.
Menurut Khashoggi, memasrahkan penduduk Sunni
kepada pemerintah Irak sama saja membiarkan terjadinya pembantaian etnis.
Karena pemerintah Irak saat ini diintervensi Iran dan Amerika. Harus ada peran
Arab Saudi dan Turki menyelamatkan mereka.
Khashoggi mendasarkan kekhawatirannya itu
pada aksi pembantaian yang dilakukan milisi-milisi Syiah Iran dalam pertempuran
di Hawija, Tikrit, Baiji dan lainnya. Iran memang mengerahkan pasukan
besar-besaran ke Irak, terutama wilayah-wilayah Sunni. Mereka melakukan
pembantaian dan pengusiran terhadap penduduk Sunni
Syiah Manfaatkan Perang Melawan ISIS Untuk Ubah
Demografi Irak
Milisi-milisi bersenjata Syiah semakin luas menguasai
wilayah-wilayah di Irak. Mereka benar-benar ingin mengubah struktur dan
distribusi penduduk Irak, terutama dalam hal formasi Sunni-Syiah.
Seperti diberitakan Memo Islam, Jumat
(2/1/2015) hari ini, milisi-milisi Syiah tidak membedakan antara warga sipil
dan pasukan ISIS (organisasi Negara Islam di Irak dan Syam) saat melakukan
penyerangan di wilayah bagian tengah Irak.
Strategi ini dinilai banyak kalangan
dilakukan dengan tujuan mengubah demografi dan formasi etnis di wilayah
tersebut. Apalagi saat ini, milisi-milisi Syiah yang bertempur di pihak militer
pemerintah itu, semakin luas menguasai beberapa wilayah yang sebelumnya
dikuasai oleh pasukan ISIS.
Oleh karena itu, akan terjadi perubahan
formasi Sunni-Syiah secara besar-besaran di wilayah tengah, terutama di Diyala,
Saladin, Babil, dan sebagainya. Karena ketika melakukan penyerangan, mereka
tidak membedakan antara pasukan ISIS dan warga sipil.
Banyak warga sipil yang ditangkapi, lalu
dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, sebelum akhirnya dikirimkan ke
wilayah dikuasai oleh militer pemerintah. Setelah dikosongkan rumah-rumah yang
berada di wilayah itu dibakari. Bahkan beberapa sumber informasi mengatakan
bahwa rumah-rumah yang tidak dibakar ditempati oleh keluarga-keluarga Syiah
yang didatangkan dari wilayah lain
Perang Melawan ISIS Digunakan Milisi Syiah Untuk
Bantai Warga Sunni
Organisasi Amnesty Internasional, Selasa (14/10/2014) hari ini,
menuduh milisi-milisi Syiah melakukan pelanggaran HAM terhadap warga sipil
Sunni. Milisi-milisi tersebut membantu militer Irak memerangi organisasi Negara
Islam di Irak dan Syam (ISIS). Mereka melakukan penculikan dan pembunuhan
terhadap warga Sunni.
Selain itu, Amnesty juga menuduh militer Irak
dan ISIS melakukan hal yang sama, pelanggaran HAM. Militer Iraklah yang telah
mempersenjatai milisi-milisi Syiah tersebut. “Kami memiliki bukti,
milisi-milisi Syiah melakukan puluhan kali pembantaian terhadap warga sipil
Sunni. Mereka melakukan aksi hukuman mati yang asal-asalan,” demikian
disebutkan dalam keterangan Amnesty.
Menurut Amnesty, milisi Syiah juga melakukan
aksi penculikan warga Sunni. Aksi itu dilakukan untuk mendapatkan uang tebusan
dari keluarga korban penculikan. Uang tebusan itu bisa mencapai puluhan ribu
Dolar. Hingga saat masih ada korban penculikan yang berada di tangan milisi.
Beberapa di antara mereka bahkan dibunuh karena tidak ditebus.
Amnesty meminta pemerintah Irak yang baru
dibentuk bisa menertibkan dan menundukkan milisi-milisi bersenjata yang sangat
berbahaya dan mengancam stabilitas keamanan Irak ini. “Kalau diam saja, maka
pemerintah Irak bisa dikatakan telah merestui aksi-aksi pelanggaran HAM dan
turut dalam membuat lingkaran setan perang antar kelompok.”
Kelompok Syiah Irak, menurut Amnesty,
menggunakan isu perang melawan ISIS, untuk melakukan aksi balas dendam dan
membantai warga Sunni. Sedangkan pemerintah terkesan memperkuat dan memperbesar
pengaruh milisi-milisi Syiah. Tindakan pemerintah ini sama saja menambah parah
kondisi kacau di Irak
Ulama Tertinggi Syiah Inginkan Perang Sunni-Syiah
di Seluruh Arab
Wakil presiden Irak, Thariq Al-Hasyimi, Senin (16/6/2014) kemarin,
memperingatkan terjadinya perang antar kelompok yang menyeluruh di Irak dan dunia
Arab. Hal itu karena pada Jumat lalu ulama tertinggi Syiah, Ayatullah Ali
As-Sistani, mengajak seluruh penganut Syiah untuk mengangkat senjata.
Seperti dilansir Al-Quds Al-Arabi, Al-Hasyimi
yang saat ini selalu berada di Turki atau Qatar, mengatakan, “Jika dibiarkan,
kondisi akan bertambah buruk. Akan terjadi perang antar kelompok secara
menyeluruh di seluruh Irak dan luar Irak. Fatwa Ayatullah Ali As-Sistani
bagaikan menyiram minyak ke dalam api. Muslim Sunni di seluruh Arab akan
melakukan reaksi. Kalau demikian, benar-benar akan terjadi perang Sunni-Syiah
di seluruh Arab.”
Al-Hasyimi, yang dijatuhi hukuman mati pada
tahun 2012 lalu itu, menambahkan, “Kita harus mencegah hal itu. Kita harus
berusaha sekuat tenaga mencegah pertumpahan darah. Ini tanggung jawab seluruh
pihak, terutama PBB. Nuri Al-Maliki harus turun dari jabatannya, dan masyarakat
dunia harus melakukan intervensi.”
Menurutnya, banyak pihak mengkritik Nuri
Al-Maliki terlalu menguasai militer dan polisi. Al-Maliki menggunakannya untuk
memerangi Sunni dan oposisi lainnya. Dengan mudah oposisi ditangkap dan
dimasukkan ke penjara.
“Jika Al-Maliki tidak turun, dan masyarakat
dunia tetap diam, hal itu akan semakin menumbuhkan kelompok-kelompok garis
keras. Bukan kami yang menciptakan Negara Islam di Irak dan Syam (ISIS) ataupun
Al-Qaidah. Tapi mereka yang membiarkannya lahir, dan kezhaliman menumbuhkannya
semakin cepat.”
Foto-foto Khomeini Menyebar di Wilayah-wilayah Sunni
Foto pemimpin tertinggi Iran (Ayatolah Ali Khamenei) dan pemimpin
revolusi Iran (Ayatolah Khomeini), menyebar di wilayah-wilayah Sunni yang
berhasil diduduki milisi-milisi Syiah. Seperti diberitakan Al-Muslim, Kamis
(19/3/2015) kemarin.
Milisi-milisi Syiah melakukan serangan
besar-besaran di Tikrit dengan alasan memerangi ISIS. Setelah berkuasa, mereka
juga menuliskan “Labbaika Ya Mahdi” (Selamat Datang Imam Mahdi).
Semua tulisan yang menandakan ISIS, seperti
bendera hitam bertuliskan “La Ilaha Illa Allah” juga ditimpa dengan cat
berwarna bendera Irak.
Milisi-milisi Syiah memang menyertai militer
pemerintah Irak melakukan serangan ke wilayah-wilayah Sunni. Dalam dalih
memerangi ISIS, mereka banyak melakukan pembantaian dan kejahatan di
pusat-pusat Sunni