Algier. Seorang jurnalis dan aktivis HAM asal Aljazair, Anouar Abdel
Malek, menekankan bahwa bahaya Syiah Iran di kawasan Timur Tengah, terutama
negara-negara Teluk, semakin nyata seperti tumor ganas. Untuk menghadapi hal
ini, negara-negara Timur Tengah harus mengambil tindakan yang tepat sebelum
Syiah benar-benar berkuasa di Timur Tengah.
Seperti dilansir Memo Islam, Rabu (3/11/2014)
hari ini, Malek mengatakan, “Setiap kali Iran dibiarkan oleh musuh-musuhnya,
maka mereka akan semakin memunculkan konflik-konflik dalam negeri.
Konflik-konflik itu sangat mungkin akan berkembang menjadi perang kotor yang
akan menghancurkan kawasan Timur Tengah.”
Malek melanjutkan, “Saat ini negara-negara
Arab bersikap hanya membela diri. Yang bisa mereka lakukan hanyalah membeli
loyalitas musuh dan meredamnya sementara waktu. Seharusnya mereka memanfaatkan
titik-titik lemah Iran.”
Menurut Malek, saat ini orang-orang Arab
merasakan bahaya Iran yang menghantui mereka. Kenapa kondisinya tidak dibalik;
orang-orang Iran juga merasakan adanya bahaya Arab yang menghantui mereka?
Tanpa bisa membalik keadaan atau menyamai seperti itu, Iran akan terus
membahayakan. Agenda mereka selalu sejalan dengan kepentingan Israel.
Di antara titik lemah dalam negeri Iran
adalah adanya wilayah-wilayah yang merasa terjajah oleh Iran. Negara-negara
Arab hendaknya memberikan sokongan kepada mereka sehingga akan terjadi revolusi
dalam negeri Iran sendiri. Kemudian “berhala” juga harus dihilangkan sepenuhnya
di hati para penganut Syiah di berbagai negara Arab
Syiah dan Yahudi, Bersama Menaklukkan Dunia Islam
Setelah kekuatan Ikhwanul Muslimin dilumpuhkan, baik di Mesir,
Tunisia, Jordania, Aljazair, Saudi Arabia, hingga Yaman. Maka praktis
negara-negara berpenduduk mayoritas Sunni, tunduk pada dua kekuatan adidaya di
Timur Tengah, Israel dan Iran.
Ada beberapa hal menarik. Pertama: Iran
sukses membentuk sel-sel bersenjata di negeri-negeri Sunni. Di antaranya:
1.Milisi Syiah di Irak, dengan kekuatan senjata tak terbatas dan
berpusat di ibu kota Baghdad.
berpusat di ibu kota Baghdad.
2.Rezim Assad di Syiria yang hampir 4 tahun perang
berkecamuk, tidak
berhasil dilengserkan.
3.Hizbulloh, yang semakin kuat di Libanon.
4.Syi ’ah Hautsi, yang bulan September 2014 sukses menguasai ibu ota
Yaman. Lalu kemudian 18 Januari 2015, sukses menguasai kompleks istana
kepresidenan di Yaman.
Kedua: Israel (Yahudi) dengan kekuatan
superpower AS, Inggris, Perancis, sukses mengelabui negara-negara Arab. Seluruh
rezim Arab ketakutan jika kekuasaannya berakhir. Maka semua benar-benar
mengabdikan diri kepada kepentingan Zionis-Salibis. Rezim-rezim Arab sibuk
memerangi ISIS (kita tahu ISIS siapa?) lalu membiarkan Syiah merajalela di
wilayah Teluk.
Di titik ini, rezim-rezim Arab berada pada
kekalutan luar biasa. Salah menentukan musuh. Membantu pembantaian Ikhwan, lalu
berkawan dengan Israel dan rezim-rezim budak Israel. Lalu mengapa semua
terjadi? Jelas seterang purnama. Semua peristiwa menggiring pada tema besar:
Nubuwwah Rasulullah tentang akhir zaman benar-benar terbukti. Maka wajar bila
sosok Rasulullah menjadi sentral dari pelecehan yang dilakukan semua musuh
Islam. Mereka membenci Muhammad, karena membenci Risalahnya yang rahmatan
Lil-‘Alamin.
Jadi sahabat, mari kuatkan keimanan di tengah
hiruk pikuk fitnah yang merajalela saat ini. Semoga kita tidak salah jalan!
Yahudi Tunjukkan Kekuatan Syi’ah di Dunia
Beberapa hari terakhir, nasional mengalami pergolakan yang luar
biasa karena isu BBM yang akan naik. Kenaikan BBM ditengarai oleh hal yang
paling mendasar, menurut pemerintah kemampuan APBN yang tidak mencukupi untuk
melakukan subsidi di saat harga minyak dunia naik. Beberapa hari terakhir harga
minyak dunia salah satu harga minyak dunia naik dikarenakan isu timur tengah
antara Amerika dan Iran memanas. Amerika melakukan serangan politik dan ekonomi
terhadap Iran dengan alasan Iran melakukan pengayaan uranium untuk pembuatan
senjata nuklir. Amerika dibantu oleh zion Israel melobi negara-negara dunia
untuk memboikot Iran terutama memutus kerja sama impor minyak dari Iran. Di
sinilah dalam hitung-hitungan ekonomi membuat harga minyak dunia yang juga
membuat dampak hingga Indonesia.
Ada yang harus diperhatikan, khususnya
Amerika, Iran, dan Israel. Latar belakang pemerintahan mereka adalah Yahudi dan
Syi’ah. Dari banyak penemuan informasi, Iran dengan basis Syi’ah adalah saudara
akrab Yahudi, bahkan beberapa riwayat menjelaskan bagaimana Syi’ah itu ada dan
bertahan sampai saat ini dilatarbelakangi oleh orang-orang Yahudi.
Amerika telah memposisikan Iran sebagai musuh
dengan basis ideologi Islamnya, negara Islam yang harus dikhawatirkan. Iran
tampil dengan pidato-pidatonya sebagai republik Islam yang tidak takut kepada
Amerika. Menunjukkan kepada dunia, Iran adalah sebagai negara yang
memperjuangkan Islam. Secara langsung maupun tidak, masyarakat dunia melihat
Iran sebagai negara Islam sehingga akan banyak yang berkiblat untuk melihat
Islam itu seperti apa kepada Syi’ah Iran. Di Indonesia saja sudah banyak
artikel-artikel memuji Iran sebagai negara yang berani kepada Amerika, lalu
sosok seperti Ahmadinejad adalah sosok pemimpin ideal seharusnya.
Salah satu kepentingan yang dilakukan Amerika
dan Israel ialah menunjukkan kekuatan Iran ke pada dunia, bisa dianalisis
isu-isu yang dikeluarkan Amerika adalah kekuatan-kekuatan yang dimiliki Iran.
Ada apa dengan isu Iran memiliki nuklir? Negara yang memiliki nuklir adalah
negara yang kuat dalam militer. Negara yang mampu mengaya uranium adalah negara
yang maju dalam hal keilmuan, politik maupun ekonomi. Lalu kenapa minyak?
Hampir di seluruh negara yang maju saat ini, berasal dari dua komoditas yang
dimiliki yakni minyak atau nuklir. Lihatlah bagaimana Amerika melakukan sanksi
politik maupun ekonomi kepada Iran, sebagian besar negara di dunia mengalami
dampak krisis minyak, ekonomi maupun politiknya. Dibuktikan ketika kemarin
Amerika baru bicara tentang pemboikotan minyak Iran, dunia sudah mengalami
krisis tak hanya dalam negeri bahkan antar negara saling berselisih.
Dilanjutkan dengan isu Israel akan menyerang Iran dan Amerika akan melakukan
sanksi kepada Iran, seluruh dunia menanggapi dengan berbeda satu sama lain.
Hingga isu-isu saat ini berkutat kepada Amerika, Israel, dan Iran.
Inilah strategi mereka, Amerika ingin
menunjukkan bahwa seluruh dunia membutuhkan Iran, ingin menunjukkan eksistensi
Iran pada dunia. Jika Iran diserang, jika Iran menghentikan impor minyak, jika
macam-macam dengan Iran, seluruh dunia akan mengalami krisis global. Inilah
yang diinginkan mereka, mereka menginginkan Iran diterima di dunia sehingga
ketika ada rasa kebutuhan atau ketergantungan pada Iran, Amerika, Israel, dan
negara-negara yang ada hubungan dengan Yahudi dan Syi’ah, mereka mudah
memasukkan kepentingan mereka ke dalam negara-negara dunia, khususnya misi-misi
agama mereka, yahudisasi dan penyebaran Syi’ah. Juga bisa ditengok bagaimana
kepentingan-kepentinngan mereka begitu mudahnya masuk ke dalam negeri ini,
Indonesia. Bahkan negeri ini bagai boneka yang telah berjalan di rute
perjalanan, pembekalan, dan garis finish yang telah ditentukan mereka
musuh-musuh Islam.
Kehati-hatian pada diri kita sebagai umat
muslim, seumum apapun masalah ekonomi, politik, maupun bidang yang lainnya yang
dilakukan Amerika, Iran, Israel, jika iya dikatakan itu hanya masalah hubungan
kenegaraan inilah yang harus diwaspadai. Bahwa ada hubungan agama dalam kasus
ini, terutama sasarannya adalah umat muslim. Tidak bisa dilepaskan kaitan
operasi Yahudi dan Syi’ah pada urusan yang dilakukan oleh Amerika, Israel dan
Iran.
Iran Pecah Belah Dunia Arab Untuk Kepentingan
Israel
Pengawas HAM Arab di Suriah, Anwar Malek, menuduh Iran sebagai negara yang berkonspirasi dengan Barat memecah belah dunia Arab untuk kepentingan Israel. Iranlah yang bertanggung jawab atas kondisi politik dan kemanusiaan yang sangat memprihatinkan di dunia Arab saat ini.
Pengawas HAM Arab di Suriah, Anwar Malek, menuduh Iran sebagai negara yang berkonspirasi dengan Barat memecah belah dunia Arab untuk kepentingan Israel. Iranlah yang bertanggung jawab atas kondisi politik dan kemanusiaan yang sangat memprihatinkan di dunia Arab saat ini.
Menurutnya, seperti dilansir Memo Islam, Rabu
(29/10/2014) kemarin, “Suriah memasuki kondisi yang tidak menentu. Sebabnya
adalah Basyar Asad yang menggunakan kekuatannya secara berlebihan dalam
menghadapi demonstrasi damai menuntut reformasi. Tidak ada kekuatan yang
mengawasi dan menghentikannya.”
Malik menambahkan, “Jika masih ada negara di
kawasan Timur Tengah atau dunia yang tidak ingin bangsa Arab menikmati Musim
Seminya, maka negara-negara yang telah berhasil menjatuhkan para diktatornya
tetap akan mengalami ketidakpastian. Mungkin yang bisa dikecualikan adalah
Tunisia. Itu karena Tunisia adalah negara kecil, berbeda dengan Yaman, Libya, Mesir,
atau Suriah. Walaupun tidak tertutup kemungkinan akan menguatnya gelombang
anti-revolusi di sana di kemudian hari, jika para penguasanya tidak bertindak
dengan penuh kebijaksanaan.”
Saat ini, menurutnya, Irak adalah negara
jajahan Iran. Hal itu karena pemerintahnya loyal dan tunduk kepada Iran secara
politik dan agama. Karena itulah Irak mempraktekkan aksi pembersihan etnis
terhadap elemen bangsa yang sebenarnya sangat besar, yaitu Sunni..
Pengamat: Arab Wajib Segera Bentuk Koalisi Sunni
Hadapi Syiah Iran
Pengamat terkenal Arab asal
Suriah, Faishal Qasim, mendorong negara-negara Islam agar segera membentuk
Koalisi Sunni untuk menghalangi Iran memanfaatkan Syiah dalam menghadapi
negara-negara di kawasan Timur Tengah.
Dalam artikelnya yang dimuat majalah Al-Quds
Al-Araby sebagaimana dikutip Islam Memo (5/4/2015), Qasim menyalahkan sejumlah
negara Arab yang memerangi kelompok-kelompok Islam Sunni yang dituduh teroris,
sementara sebaliknya Iran menggunakan seluruh yang berafiliasi kepadanya di
negara Arab sebagai perpanjangan tangan kekuatannya di kawasan itu.
Qasim mempertanyakan, bukankah memerangi
kelompok-kelompok Sunni yang telah mengakar dan memasukkannya dalam list
teroris (tanpa menyebutkan namanya) sebagai sebuah kesalahan, padahal ia
berpotensi sebagai mitra dalam memangkas cengkeraman Iran?
Qasim menegaskan bahwa Iran berhasil
menciptakan kekuatan minoritas Syiah di suatu negara sebagai kelompok yang kuat
dan berpengaruh, sementara rezim negara-negara Arab justru memukul mundur
kelompok-kelompok Islam di negaranya masing-masing.
Lebih jauh, Qasim menyatakan bahwa sudah tiba
saatnya untuk memperbaiki kesalahan, terutama setelah AS mencabut embargonya
terhadap Iran.
Sejauh apapun militannya kelompok Islam
Sunni, baik partai politik atau gerakan dan jemaah keagamaan, tidak akan jauh
lebih membahayakan dari proyek Syiah Iran yang memusuhi negara-negara Arab di
kawasan, tegasnya.