Tuesday, April 28, 2015

Bagaimana Menghadapi Tumor Ganas Syiah? Syiah dan Yahudi, Bersama Menaklukkan Dunia Islam

Algier. Seorang jurnalis dan aktivis HAM asal Aljazair, Anouar Abdel Malek, menekankan bahwa bahaya Syiah Iran di kawasan Timur Tengah, terutama negara-negara Teluk, semakin nyata seperti tumor ganas. Untuk menghadapi hal ini, negara-negara Timur Tengah harus mengambil tindakan yang tepat sebelum Syiah benar-benar berkuasa di Timur Tengah.
Seperti dilansir Memo Islam, Rabu (3/11/2014) hari ini, Malek mengatakan, “Setiap kali Iran dibiarkan oleh musuh-musuhnya, maka mereka akan semakin memunculkan konflik-konflik dalam negeri. Konflik-konflik itu sangat mungkin akan berkembang menjadi perang kotor yang akan menghancurkan kawasan Timur Tengah.”
Malek melanjutkan, “Saat ini negara-negara Arab bersikap hanya membela diri. Yang bisa mereka lakukan hanyalah membeli loyalitas musuh dan meredamnya sementara waktu. Seharusnya mereka memanfaatkan titik-titik lemah Iran.”
Menurut Malek, saat ini orang-orang Arab merasakan bahaya Iran yang menghantui mereka. Kenapa kondisinya tidak dibalik; orang-orang Iran juga merasakan adanya bahaya Arab yang menghantui mereka? Tanpa bisa membalik keadaan atau menyamai seperti itu, Iran akan terus membahayakan. Agenda mereka selalu sejalan dengan kepentingan Israel.
Di antara titik lemah dalam negeri Iran adalah adanya wilayah-wilayah yang merasa terjajah oleh Iran. Negara-negara Arab hendaknya memberikan sokongan kepada mereka sehingga akan terjadi revolusi dalam negeri Iran sendiri. Kemudian “berhala” juga harus dihilangkan sepenuhnya di hati para penganut Syiah di berbagai negara Arab



Syiah dan Yahudi, Bersama Menaklukkan Dunia Islam
                                                 
                                             Peta Timur Tengah (inet)
Setelah kekuatan Ikhwanul Muslimin dilumpuhkan, baik di Mesir, Tunisia, Jordania, Aljazair, Saudi Arabia, hingga Yaman. Maka praktis negara-negara berpenduduk mayoritas Sunni, tunduk pada dua kekuatan adidaya di Timur Tengah, Israel dan Iran.
Ada beberapa hal menarik. Pertama: Iran sukses membentuk sel-sel bersenjata di negeri-negeri Sunni. Di antaranya:
    1.Milisi Syiah di Irak, dengan kekuatan senjata tak terbatas dan  
      berpusat di ibu kota Baghdad.
2.Rezim Assad di Syiria yang hampir 4 tahun perang     
   berkecamuk, tidak berhasil dilengserkan.
    3.Hizbulloh, yang semakin kuat di Libanon.
4.Syi ’ah Hautsi, yang bulan September 2014 sukses menguasai ibu ota Yaman. Lalu kemudian 18 Januari 2015, sukses menguasai kompleks istana kepresidenan di Yaman.
Kedua: Israel (Yahudi) dengan kekuatan superpower AS, Inggris, Perancis, sukses mengelabui negara-negara Arab. Seluruh rezim Arab ketakutan jika kekuasaannya berakhir. Maka semua benar-benar mengabdikan diri kepada kepentingan Zionis-Salibis. Rezim-rezim Arab sibuk memerangi ISIS (kita tahu ISIS siapa?) lalu membiarkan Syiah merajalela di wilayah Teluk.
Di titik ini, rezim-rezim Arab berada pada kekalutan luar biasa. Salah menentukan musuh. Membantu pembantaian Ikhwan, lalu berkawan dengan Israel dan rezim-rezim budak Israel. Lalu mengapa semua terjadi? Jelas seterang purnama. Semua peristiwa menggiring pada tema besar: Nubuwwah Rasulullah tentang akhir zaman benar-benar terbukti. Maka wajar bila sosok Rasulullah menjadi sentral dari pelecehan yang dilakukan semua musuh Islam. Mereka membenci Muhammad, karena membenci Risalahnya yang rahmatan Lil-‘Alamin.
Jadi sahabat, mari kuatkan keimanan di tengah hiruk pikuk fitnah yang merajalela saat ini. Semoga kita tidak salah jalan!

Yahudi Tunjukkan Kekuatan Syi’ah di Dunia

Beberapa hari terakhir, nasional mengalami pergolakan yang luar biasa karena isu BBM yang akan naik. Kenaikan BBM ditengarai oleh hal yang paling mendasar, menurut pemerintah kemampuan APBN yang tidak mencukupi untuk melakukan subsidi di saat harga minyak dunia naik. Beberapa hari terakhir harga minyak dunia salah satu harga minyak dunia naik dikarenakan isu timur tengah antara Amerika dan Iran memanas. Amerika melakukan serangan politik dan ekonomi terhadap Iran dengan alasan Iran melakukan pengayaan uranium untuk pembuatan senjata nuklir. Amerika dibantu oleh zion Israel melobi negara-negara dunia untuk memboikot Iran terutama memutus kerja sama impor minyak dari Iran. Di sinilah dalam hitung-hitungan ekonomi membuat harga minyak dunia yang juga membuat dampak hingga Indonesia.
Ada yang harus diperhatikan, khususnya Amerika, Iran, dan Israel. Latar belakang pemerintahan mereka adalah Yahudi dan Syi’ah. Dari banyak penemuan informasi, Iran dengan basis Syi’ah adalah saudara akrab Yahudi, bahkan beberapa riwayat menjelaskan bagaimana Syi’ah itu ada dan bertahan sampai saat ini dilatarbelakangi oleh orang-orang Yahudi.
Amerika telah memposisikan Iran sebagai musuh dengan basis ideologi Islamnya, negara Islam yang harus dikhawatirkan. Iran tampil dengan pidato-pidatonya sebagai republik Islam yang tidak takut kepada Amerika. Menunjukkan kepada dunia, Iran adalah sebagai negara yang memperjuangkan Islam. Secara langsung maupun tidak, masyarakat dunia melihat Iran sebagai negara Islam sehingga akan banyak yang berkiblat untuk melihat Islam itu seperti apa kepada Syi’ah Iran. Di Indonesia saja sudah banyak artikel-artikel memuji Iran sebagai negara yang berani kepada Amerika, lalu sosok seperti Ahmadinejad adalah sosok pemimpin ideal seharusnya.
Salah satu kepentingan yang dilakukan Amerika dan Israel ialah menunjukkan kekuatan Iran ke pada dunia, bisa dianalisis isu-isu yang dikeluarkan Amerika adalah kekuatan-kekuatan yang dimiliki Iran. Ada apa dengan isu Iran memiliki nuklir? Negara yang memiliki nuklir adalah negara yang kuat dalam militer. Negara yang mampu mengaya uranium adalah negara yang maju dalam hal keilmuan, politik maupun ekonomi. Lalu kenapa minyak? Hampir di seluruh negara yang maju saat ini, berasal dari dua komoditas yang dimiliki yakni minyak atau nuklir. Lihatlah bagaimana Amerika melakukan sanksi politik maupun ekonomi kepada Iran, sebagian besar negara di dunia mengalami dampak krisis minyak, ekonomi maupun politiknya. Dibuktikan ketika kemarin Amerika baru bicara tentang pemboikotan minyak Iran, dunia sudah mengalami krisis tak hanya dalam negeri bahkan antar negara saling berselisih. Dilanjutkan dengan isu Israel akan menyerang Iran dan Amerika akan melakukan sanksi kepada Iran, seluruh dunia menanggapi dengan berbeda satu sama lain. Hingga isu-isu saat ini berkutat kepada Amerika, Israel, dan Iran.
Inilah strategi mereka, Amerika ingin menunjukkan bahwa seluruh dunia membutuhkan Iran, ingin menunjukkan eksistensi Iran pada dunia. Jika Iran diserang, jika Iran menghentikan impor minyak, jika macam-macam dengan Iran, seluruh dunia akan mengalami krisis global. Inilah yang diinginkan mereka, mereka menginginkan Iran diterima di dunia sehingga ketika ada rasa kebutuhan atau ketergantungan pada Iran, Amerika, Israel, dan negara-negara yang ada hubungan dengan Yahudi dan Syi’ah, mereka mudah memasukkan kepentingan mereka ke dalam negara-negara dunia, khususnya misi-misi agama mereka, yahudisasi dan penyebaran Syi’ah. Juga bisa ditengok bagaimana kepentingan-kepentinngan mereka begitu mudahnya masuk ke dalam negeri ini, Indonesia. Bahkan negeri ini bagai boneka yang telah berjalan di rute perjalanan, pembekalan, dan garis finish yang telah ditentukan mereka musuh-musuh Islam.
Kehati-hatian pada diri kita sebagai umat muslim, seumum apapun masalah ekonomi, politik, maupun bidang yang lainnya yang dilakukan Amerika, Iran, Israel, jika iya dikatakan itu hanya masalah hubungan kenegaraan inilah yang harus diwaspadai. Bahwa ada hubungan agama dalam kasus ini, terutama sasarannya adalah umat muslim. Tidak bisa dilepaskan kaitan operasi Yahudi dan Syi’ah pada urusan yang dilakukan oleh Amerika, Israel dan Iran.

Iran Pecah Belah Dunia Arab Untuk Kepentingan Israel

Pengawas HAM Arab di Suriah, Anwar Malek, menuduh Iran sebagai negara yang berkonspirasi dengan Barat memecah belah dunia Arab untuk kepentingan Israel. Iranlah yang bertanggung jawab atas kondisi politik dan kemanusiaan yang sangat memprihatinkan di dunia Arab saat ini.
Menurutnya, seperti dilansir Memo Islam, Rabu (29/10/2014) kemarin, “Suriah memasuki kondisi yang tidak menentu. Sebabnya adalah Basyar Asad yang menggunakan kekuatannya secara berlebihan dalam menghadapi demonstrasi damai menuntut reformasi. Tidak ada kekuatan yang mengawasi dan menghentikannya.”
Malik menambahkan, “Jika masih ada negara di kawasan Timur Tengah atau dunia yang tidak ingin bangsa Arab menikmati Musim Seminya, maka negara-negara yang telah berhasil menjatuhkan para diktatornya tetap akan mengalami ketidakpastian. Mungkin yang bisa dikecualikan adalah Tunisia. Itu karena Tunisia adalah negara kecil, berbeda dengan Yaman, Libya, Mesir, atau Suriah. Walaupun tidak tertutup kemungkinan akan menguatnya gelombang anti-revolusi di sana di kemudian hari, jika para penguasanya tidak bertindak dengan penuh kebijaksanaan.”
Saat ini, menurutnya, Irak adalah negara jajahan Iran. Hal itu karena pemerintahnya loyal dan tunduk kepada Iran secara politik dan agama. Karena itulah Irak mempraktekkan aksi pembersihan etnis terhadap elemen bangsa yang sebenarnya sangat besar, yaitu Sunni..


Pengamat: Arab Wajib Segera Bentuk Koalisi Sunni Hadapi Syiah Iran

Pengamat terkenal Arab asal Suriah, Faishal Qasim, mendorong negara-negara Islam agar segera membentuk Koalisi Sunni untuk menghalangi Iran memanfaatkan Syiah dalam menghadapi negara-negara di kawasan Timur Tengah.
Dalam artikelnya yang dimuat majalah Al-Quds Al-Araby sebagaimana dikutip Islam Memo (5/4/2015), Qasim menyalahkan sejumlah negara Arab yang memerangi kelompok-kelompok Islam Sunni yang dituduh teroris, sementara sebaliknya Iran menggunakan seluruh yang berafiliasi kepadanya di negara Arab sebagai perpanjangan tangan kekuatannya di kawasan itu.
Qasim mempertanyakan, bukankah memerangi kelompok-kelompok Sunni yang telah mengakar dan memasukkannya dalam list teroris (tanpa menyebutkan namanya) sebagai sebuah kesalahan, padahal ia berpotensi sebagai mitra dalam memangkas cengkeraman Iran?
Qasim menegaskan bahwa Iran berhasil menciptakan kekuatan minoritas Syiah di suatu negara sebagai kelompok yang kuat dan berpengaruh, sementara rezim negara-negara Arab  justru memukul mundur kelompok-kelompok Islam di negaranya masing-masing.
Lebih jauh, Qasim menyatakan bahwa sudah tiba saatnya untuk memperbaiki kesalahan, terutama setelah AS mencabut embargonya terhadap Iran.
Sejauh apapun militannya kelompok Islam Sunni, baik partai politik atau gerakan dan jemaah keagamaan, tidak akan jauh lebih membahayakan dari proyek Syiah Iran yang memusuhi negara-negara Arab di kawasan, tegasnya.