Oleh: Ustadz Syafruddin
Ramly, Lc.
Seumur-umur Syiah
tidak pernah mencintai Rasulullah dan Ahlul Bait dan tidak pernah patuh dan
setia kepada Baginda Nabi dan keluarganya. Bahkan sebaliknya, kitab-kitab suci
Syiah banyak mendokumentasikan teks-teks yang membuktikan bahwa sejak awal
Syiah sengaja didirikan hanya untuk merusak akidah Islam, melanggarnya dan
mencelakakan dan mencaci maki kaum muslimin, dan untuk merendahkan generasi
awal kaum muslimin khususnya Sang Pembawa Syariat Yang Suci ini, imam ummat ini
dan para sahabat-sahabatnya dan murid-muridnya, dan para penggantinya, dan
Ahlul Baitnya yang shaleh-shaleh itu. [Ehsan Ilahi Zahir: Al-Syiah Wa Ahlul Bait,
257].
Syiah
menyatakan bahwa Ali pernah bersabda, “Aku adalah wajah Allah, dan Aku adalah
pendamping Allah, dan Akulah yang awal dan akulah yang akhir, dan Akulah yang
zahir dan Akulah yang batin, dan Akulah pewaris bumi, dan Akulah jalan Tuhan
itu…”
“أنا وجه الله،
وأنا جنب الله، وأنا
الأول وأنا الآخر، وأنا
الظاهر وأنا الباطن، وأنا
وارث الأرض، وأنا سبيل
الله”.[رجال الكشي، ١٨٤].
Tentunya,
tidaklah aneh bagi kaum yang terbiasa lancang merendahkan nabi Allah dan
mengagungkan Ali secara lebay.
Ada yang lebih
sadis lagi dari hadis palsu diatas, yaitu yang disebutkan oleh Al-Huwaizy yang
di nukil dari Al-Shaduq yang mengatakan bahwa Rasulullah tidaklah diutus
melainkan hanya untuk menyampaikan kepemimpinan Ali terhadap ummat ini, dan
jika Rasulullah tidak menyampaikan pesan itu maka amal ibadahnya hancur tidak
bernilai.
روى الصدوق في
“الأمالي” أن رسول الله
قال لعلي: لو لم
أبلغ ما أمرت به
من ولايتك لحبط عملي.
[تفسير نور الثقلين، ١\٦٥٤]
Tidak cukup
begitu saja, Syiah juga dengan lebay-nya mengatakan, “Dari cahaya nabi
diciptakanlah langit dan bumi dan nabi lebih utama dari langit dan bumi. Namun
Ali, dari cahayanya diciptakan Arsy dan Singgasana (kursi) Allah”.
“إن النبي خلق
من نوره السماوات والأرض،
وهو أفضل من السماوات
والأرض، ولكن علي خلق
من نوره العرش والكرسي…..”.
[البرهان في تفسير القرآن،
٤\٢٢٦].
Demikianlah
rendahnya Nabi Muhammad di mata mereka dan agungnya Ali dalam pandangan mereka.
Syiah sangat sengaja melebai-lebaikan doktrin-doktrin mereka dalam rangka
merendahkan Nabi dan memuja Ali, melanggar semua batasan-batasan keagamaan yang
ada, sampai-sampai mereka mengatakan, “Tatkala Rasulullah naik ke langit,
Rasulullah melihat Ali dan anak-anaknya sudah lebih dahulu sampai ke langit
sebelum dirinya, maka Rasulullah menyalami mereka, padahal barusan saja dia
meninggalkan mereka di bumi.” [Tafsir
Al-Burhan, 2/404]
Hadis palsu berikutnya yang sengaja mereka karang demi
mengangkat nama Ali dan merendahkan sosok Nabi adalah hadis palsu berikut:
“Tatkala aku
dinaikkan ke langit, maka aku mendekat kepada Tuhanku, sampai akhirnya jarak
antara aku dan Tuhan sekitar dua ujung busur panah, maka Allah berfirman
kepadaku: ‘Wahai Muhammad, siapakah orang yang paling kau cintai di antara
makhluk-makhluk-Ku?’. ‘Ali, wahai Tuhanku,’ jawabku. Lalu Tuhan berfirman,
‘Menolehlah wahai Muhammad!’ Maka tatkala aku menoleh ke kiri, maka tiba-tiba
saja Ali Bin Abi Thalib sudah berada disana.”
“لما عرج بي
إلى السماء دنوت من
ربي، حتى كان بيني
وبينه قاب قوسين أو
أدنى، قال: يا محمد!
من تحبه من الخلق؟
قلت: يا رب! علياً،
قال: التفت يا محمد!
فالتفت عن يساري، فإذا
علي بن أبي طالب
عليه السلام”. [تفسير البرهان 2/ 404].
Tidak hanya
itu, ada hadis palsu lain yang lebih parah lagi, yaitu ketika nabi ditanya,
“Gaya bahasa apa yang digunakan Tuhanmu ketika berbicara pada mu pada malam
Mi’raj?” Nabi menjawab, “Tuhanku berbicara padaku dengan gaya bahasa Ali,
sampai-sampai aku bingung dan bertanya, ‘ya Tuhan, apakah Engkau sedang
berbicara kepadaku atau kepada Ali?”
لما سئل النبي:
((بأي لغة خاطبك ربك
ليلة المعراج؟ قال: خاطبني بلغة
علي بن أبي طالب،
حتى قلت: أنت خاطبتني
أم علي؟)) (كشف الغمة
1/ 106).
Maka, dalam
setiap momen Ali senantiasa diangkat dan dipuja serta diagungkan melebihi nabi
Muhammad, dan Ali senantiasa di dahulukan sebelum Nabi. Ali terlebih dahulu
sampai ke langit, dan Ali lebih di dahulukan si sisi Tuhannya, dan dengan gaya
bahasa Ali pula Allah berbicara kepada Nabi, dan dengan suara Ali Allah
berfirman. Ali diciptakan lebih sempurna dari Nabi, dan kalaulah bukan karena
Ali maka Nabi tidak akan diutus dan tidak akan terangkat namanya, dan
berkat Ali pula beban kenabian menjadi ringan, dan dengan kemuliaan Ali pula
doa-doa nabi dikabulkan, dan dengan kekuatan Ali juga Nabi dijaga, dan dengan
Ali pula agama-Nya dapat tegak. Tanpa Ali, Nabi tidak berguna!
Penulis Syiah
moderen, Muhsin Amin mengatakan, “Islam tegak karena Syiah, dan dengan pedang
Imam Islam dibangun dan dikokohkan pilar-pilarnya.”
“بالشيعة قام الإسلام،
وبسيف إمامهم أسس الإسلام
وثبتت دعائمه” [أعيان الشيعة،لمحسن الأمين،
١\١٢٣]
Sebelumnya,
Al-Qumi juga pernah merendahkan Rasulullah dengan sebuah hikayat palsu
karangannya:
“Ketika Rasulullah berada di Makkah, tidak ada yang berani lancang kepadanya
karena segan dengan sosok Ali bin Abi Thalib, sehingga setiap kali Rasulullah
keluar Makkah maka dia selalu digoda anak-anak remaja dan dilempari dengan batu
dan tanah. Maka Rasulullah mengadukan hal itu kepada Ali Alaihis salam, maka
Ali Alaihis salam meresponnya dan berkata, ‘Demi ayah dan bundaku wahai
Rasulullah, apabila engkau hendak keluar Makkah maka keluarlah bersamaku. Maka
Rasulullah pun keluar bersama Amirul Mu’minun Ali Alaihis salam, dan
seperti biasanya anak-anak mulai menggangu Nabi, maka rasulullah pun
menyerahkannya kepada Amirul Mu’minin Ali Alaihis salam dan Ali meremukkan mereka
semuanya.” [Tafsir Al-Qumy, 1/114].
Perhatikanlah seperti apa Al-Qumy membahasakan penghinaannyanya
dan pelecehannya kepada Rasulullah yang sangat pemberani itu, kepada pemimpin
ummat dan pemimpin pasukan perang yang tidak terkalahkan itu, Al-Qumy
menggambarkannya sebagai sosok yang cengeng dan manja serta lemah, dan
menggambarkan Ali sebagai tokoh yang gagah maha perkasa.
Syiah juga
meyakini bahwa Ali Alaihis salam lah yang menjaga Rasulullah di dalam gua.
“إنه هو الذي
وقى رسول الله يوم
الغار” [نور الثقلين، 2/ 219]
Bagi Syiah,
Ali adalah segala-galanya. Nabi Muhammad Penutup seluruh nabi-nabi dan Pemimpin
para rasul itu tidaklah diutus melainkan untuk mengajak manusia untuk
mengagungkan Ali dan mencintai Ali. Sementara Nabi Muhammad sendiri bukanlah
apa-apa dibanding Ali. Seperti riwayat palsu yang disampaikan oleh Al-Qumiy
dari Ja’far berikut ini:
“Nabi dibawa
ke langit sebanyak 120 kali, dan setiap kalinya Allah senantiasa mewahyukan
kepada nabi saw untuk memberikan kepemimpinan kepada Ali melebihi wahyu-wahyu
dan pesan-pesan kewajiban keagamaan lainnya.”
“عرج بالنبي عليه
السلام إلى السماء مائة
وعشرين مرة، ما من
مرة إلا وقد أوحى
الله فيها إلى النبي
صلى الله عليه وسلم
بالولاية لعلي أكثر ما
أوصاه في سائر الفروض”.[مقدمة تفسير البرهان،٢٢]
Periwayatan
dusta lainnya dalam rangka mengagungkan Ali, adalah sebagai berikut:
“Jibril datang
kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata: ‘Wahai Muhammad, Tuhanmu
berkirim salam kepadamu dan berfirman: Aku wajibkan shalat dan Aku ringankan
bagi yang sakit, Aku wajibkan puasa dan Aku ringankan bagi yang sakit dan yang
musafir, Aku wajibkan Haji dan Aku ringankan bagi yang miskin papa, Aku
wajibkan zakat dan Aku ringankan bagi yang hartanya tidak sampai nishab, dan
Aku wajibkan mencintai Ali Alaihis salam tanpa keringan apa-apa (rukhshah).”
“إن جبرائيل أتى
النبي صلى الله عليه
وسلم وقال: يا محمد!
ربك يقرئك السلام ويقول:
فرضت الصلاة ووضعتها عن
المريض، وفرضت الصوم ووضعته
عن المريض والمسافر، وفرضت
الحج ووضعته عن المقل
المدقع وفرضت الزكاة ووضعتها
عمن لا يملك النصاب،
وجعلت حب علي بن
أبي طالب عليه السلام
ليس فيه رخصة” [مقدمة
البرهان، نقلاً عن البرقي
في محاسنه،٢٢].
Mereka juga
berdusta atas nama Allah yang mereka nyatakan pernah berfirman: “Ali bin Abi
Thalib adalah Hujjah-Ku diatas semua makhluk, cahaya-Ku di negeri-Ku, penjaga ilmu-Ku,
dan Aku tidak akan memasukka n ke neraka bagi siapapun yang mengenal Ali
meskipun dia bermaksiat kepada-Ku, dan tidak akan Aku masukkan ke sorga siapa
saja yang mengingkari Ali meskipun dia mentaati-Ku.”
“علي بن أبي طالب حجتي على خلقي، ونوري في بلادي، وأميني على علمي
لا أدخل النار من عرفه وإن عصاني، ولا أدخل الجنة من أنكره ولو أطاعني” [البرهان”
مقدمة, ٢٢].