TAK ada yang lebih
diuntungkan daripada kaum Syiah dengan adanya gejolak reformasi Timur Tengah.
Termasuk di Suriah. Suriah, sebuah negara di selatan Asia barat dan terletak di
pesisir timur Mediterania, berbatasan dengan Turki di utara, dengan Irak di
timur, dengan Lebanon dan laut Mediterania di Barat, dan dengan Yordania dan
Palestina pendudukan di selatan, dengan letak geografis yang sangat strategis
seperti itu, tidak heran jika negara ini menjadi jembatan penghubung antara
Asia dan Eropa.
Sekitar 74 persen populasi Suriah beragama Muslim Ahlussunnah,
13 persen lainnya Alawi dan Syiah Imamiyah atau Ismailiyah. 10 persen warga
Suriah beragama Kristen, dan tiga persen sisanya adalah warga etnis Druze.
Krisis berdarah di Suriah sejak tujuh bulan lalu dengan campur
tangan tidak langsung Amerika Serikat, rezim Zionis Israel, dan Perancis di
satu sisi, dan disisi lain diprovokasi oleh sejumlah negara regional termasuk
Arab Saudi, Yordania, Turki, dan kelompok-kelompok pro-Barat di Lebanon. Krisis
dimulai di sebuah kota di Daraa yang mayoritas Sunni, dan sama seperti fenomena
politik-keamanan dan sosial lainnya, krisis itu berubah arah menyusul reaksi
dari para pemain di dalam dan luar negeri.
Selama bertahun-tahun dan sepuluh tahun yang lalu, Iran
beroperasi dan bekerja di Suriah untuk menyebarkan Syiah yaitu membangun husainiyyat (Syiah) dan membuka pusat-pusat
Syiah. Mereka tidak membeli orang-orang dengan uang dan memfasilitasi dengan
rumah-rumah, akomodasi dan mobil agar orang-orang (Suriah) itu menjadi Syiah.
Namun semua dengan cinta.
Pemerintah Suriah memberikan layanan kepada Iran dan membantu
mereka merencanakan untuk menyebarkan Syiah di Suriah, sebuah negara Ahlus
Sunnah wal Jama’ah. Ada ribuan rakyat Iran, terdapat di Damaskus, Aleppo, dan
Latakia; mereka membujuk orang untuk terlibat dalam doktrin Syiah. Kemudian,
Iran telah mengirim (ke Suriah) tentara Iran di Teheran, senjata dan ahli-ahli
militer yang melibatkan diri dalam pembunuhan kaum Ahlus Sunnah wal Jama’ah di
Dir’a, Homs dan Lattakia, Hama, dan Hibr as-Shafur, Idleb, Aleppo, Der Zor dan
kota-kota lainnya di Suriah.
Di kota Hamma (Homes)
mayat-mayat perempuan dan anak berserakan. Kota Hamma yang menjadi pusat
gerakan dihancurkan dari darat dan udara. Segala senjata digunakan oleh rezim
Syiah Alawiyyin. Syiah Alawiyyin merupakan kelompok Syiah “ghulat” (ekstrim),
yang sekarang berkuasa di Suriah.
Sebuah laporan bagaimana pasukan Bashar al-Assad menculik
anak-anak aktivis, dan kemudian menembak kepalanya dan mayatnya dibuang di
jalan-jalan. Sebuah laporan dari berbagai wartawan dan lembaga hak-hak asasi
manusia, yang mengunjungi Suriah, menuturkan kisah-kisah yang sangat
mengerikan.
Bahkan ada anak-anak, bukan hanya ditembak kepalanya, tetapi
tubuhnya disayat-sayat dengat pisau. Seorang anak yang sebelumnya diculik,
kemudian dipotong-potong, dimasukan ke dalam plastik, kemudian dibuang didepan
rumahnya. Semuanya itu merupakan teror yang dijalankan militer rezim Bashar
al-Assad.
Ratusan perempuan yang tewas, yang sebelumnya diperkosa oleh
pasukan yang setia kepada Bashar al-Assad. Mayatnya dibuang dipinggir-pinggir
jalan. Aksi kekejaman dan kejahatan rezim Bashar al-Assad, masih terus
berlanjut, dan tidak lagi mengindahkan seruan dunia internasional.
Bashar al-Assad merupakan bentuk lain dari ayahnya Hafez
al-Assad yang sudah melakukan kejahatan yang tak terperikan terhadap rakyat
Hamma, di tahun l982, yang menghancurkan wilayah itu dengan melakukan serangan
udara dan darat. Lebih dari 100 ribu penduduk kota Hamma tewas, dan kota Hamma
rata dengan tanah. Peristiwa yang terjadi di tahun l982 itu, kini diulangi lagi
oleh anaknya, Bashar al-Assad.
Diatas kekejaman yang sekarang terjadi ini, lebih getir
lagi, masuknya milisi Hesbullah dari Lebanon, Brigade Al-Mahdi dari Irak, dan
pasukan Garda Republik dari Iran. Semua bahu membahu dengan pasukan rezim
Bashar al-Assad, menghadapi kekuatan oposisi di Suriah, yang menginginkan
diakhirinya pemerintahan Bashar al-Assad.
Masuknya kekuatan Hesbullah, Brigade Al-Mahdi, dan Garda
Republik dari Iran, mengindikasikan, usaha-usaha mempertahankan rezim Bashar
al-Assad, sebagai langkah yang sangat strategis, bertujuan mempertahankan
hegemoni rezim Alawiyyin di Suriah, yang menjadi mitra kekuatan militer dan
politik bagi rezim Syiah di kawasan Timur Tengah.
[sa/islampos/syiahali/nahimunkar/time/berbagai sumber]