Ya Allah Ya Rabb,
Binasakanlah Agressor Syiah (Iran) Laknatullah Pembantai Anak-Anak/Perempuan
Ahlus Sunnah di Suriah, Irak, Yaman dan Penindas Keji Ahlus Sunnah di Iran, Seperti “Kaum-kaum
Terdahulu” Yang Telah Engkau Binasakan.
Senin,
15 Juni 2015 - 15:09 WIB
Saat Korps Badr
berganti nama menjadi Organisasi Badr agar bisa masuk ke ranah politik, Iran
mendorong mereka yang ekstrim untuk membentuk kelompok militan
IRGC merekrut
pengungsi Syiah Afghanistan untuk tempur di Suriah, menjanjikan gaji $500
perbulan serta izin tinggal di Iran
Lebih dari lima puluh organisasi militer di Suriah dan Iraq mengklaim mereka sedang melakukan training dan berjuang melawan kelompoko Islamic State (ISIS/ISIL atau Daisy).
Lebih dari lima puluh organisasi militer di Suriah dan Iraq mengklaim mereka sedang melakukan training dan berjuang melawan kelompoko Islamic State (ISIS/ISIL atau Daisy).
Banyak diantaranya adalah sebuah cabang angkatan bersenjata dari partai politik
atau kelompok individu. Beberapa adalah grup yang sudah ada, beberapa adalah
grup baru.
Belum lama ini,
Phillip Smyth, peneliti di Washington Institute for Near East Policy, mengatakan
pada jurnal The Washington Institute, selama perang berkecamuk, terdapat 10.000
orang Iraq serta sekitar lima sampai tujuh ribu tentara Hizbullah yang masuk ke
Suriah. [Baca: Peneliti: Iran Sudah Lama Lakukan Rekrutmen Ribuan
Milisi ke Suriah]
Sementara itu,
kekalahan demi kekalahan rezim Bashar membuat Pemerintah Iran semakin tegas
menyatakan pembelaannya sampai titik akhir pada rezim tangan besi yang melawan
rakyanya sendiri ini.
“Iran akan tetap
berada di sisi Suriah dan pemerintahnya sampai akhir perjuangan,” demikian
disampaikan Presiden Iran, Hassan Rouhani sebagaimana dikutip media Iran, IRNA
belum lama ini. [Baca: Presiden Iran: ”Kami Akan Mendukung Assad Sampai
Titik Akhir”]
Ini adalah lima
diantaranya milisi asing Syiah yang diterjunkan ke Suriah mendukung Bashar al
Asaad.
Kitaib Al-Imam Ali
Kelompok ini merupakan
angakatan bersenjata di bawah kelompok Harakat al-Iraq al-Islamiyah yang
masih belia. Mereka datang secara tiba-tiba dan para anggotanya bersenjata
cukup canggih. Mereka cukup aktif di daerah Amerli, Tuz, dan Diyala, bertempur
bersama angkatan bersenjata Iraq Syiah lainnya, dan mereka semua adalah
perwakilan dari Iran.
Sekertaris jendral
grup ini adalah Shebl al-Zaidi, dulunya adalah figur penting dalam Tentara
Mahdi pimpinan Muqtada al-Sadr. Al-Zaidi sempat dipenjara selama masa
pendudukan Amerika di Iraq, lantas dilepaskan pemerintah Iraq pada 2010.
Kelompok ini dikaitkan
dengan Korps Keamanan Iran, Angkatan Bersenjata Qods, setelah al-Zaidi tampak
bersama Qasem Soleimaini, komandan Korps Keamanan. Tidak hanya Iran, Iraq
tampaknya juga memiliki hubungan dengan grup ini setelah al-Zaidi terpotret
menaiki salah satu helikopter militer milik Iraq dan salah satu komandan
lapangan Al-Imam Ali, Abu Azrael, mengoperasikan senjata helikopter lainnya.
Muhandis dan Angkatan
Bersenjata Qods
Levitt dan Smyth
mengecap grup ini sebagai salah satu ekstrimis atas track record salah satu
pimpinannya, Muhandis alias Jamal Jaafar Muhammad Ali. Meski begitu, mereka
juga mencatat bahwa kelompok ini telah bekerja untuk Iran dalam jangka waktu
yang cukup lama.
Muhandis pertama kali
dikenal sebagai salah satu anggota Partai Dawa Iraq yang berkejasama dengan
Hizbullah untuk mengebom Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kuwait pada 1983 dan
percobaan pembunuhan emir Kuwait pada 1985. Muhandis kemudian memimpin Korps
Badr, cabang militant dari Supreme Council for the Islamic Revolution
in Iraq (SCIRI). Korps Badr tidak hanya membantu Iran selama Perang
Iran-Iraq, namun juga aksi sabotase dan terorisme yang menarget rezim Saddam
Hussein. Muhandis bekerja untuk Angkatan Bersenjata Qods dan militan Syiah Iraq
yang menentang Saddam.
Pada tahun 1990-an,
Muhandis digantikan oleh Abu Mustafa al-Sheibani sebagai komandan Korps Badr.
Saat itu, Muhandis telah memiliki kewarganegaraan Iran dan menjadi penasehat
untuk komandan Angkatan Bersenjata Qods, Solemani.
Model Kataib Hizbullah
Iran tidak hanya
menyokong Korps Badr dan Tentara Mahdi, namun juga SCIRI dan Muqtada al-Sadr.
Saat Korps Badr berganti nama menjadi Organisasi Badr agar bisa masuk ke ranah
politik, Iran mendorong mereka yang ekstrim untuk membentuk kelompok militan
mereka sendiri. Baik Sheibani maupun Muhandis akhirnya putus hubungan dengan
Badr dan membentuk kelompok mereka sendiri.
Pada 2007, Muhandis
membentuk Kataib Hizbullah (Brigade Hizbullah, atau KH).
Karena kaitannya dengan Partai Dawa dan Angkatan Bersenjata Qods, tidak
mengherankan bahwa mereka mendapatkan training secara professional dan
peralatan canggih jika dibandingkan dengan kelompok-kelompok wakil Iran di Iraq
lainnya. Meskipun secara teknis, KH dan kelompok Hizbullah di Libanon berbeda,
pada akhirnya mereka saling berhubungan lewat Unit 3800, sebuah unit dari
milisi Hizbullah Libanon yang memberikan persenjataan dan pelatihan kepada
grup-grup militan Syiah Iraq.
Pada Juli 2009,
Departemen Keuangan Amerika Serikat mem-blacklist Muhandis dan KH
dengan alasan “melakukan, mengarahkan, mendukung, atau memperlihatkan
tanda-tanda aksi kekerasan melawan Koalisi dan Angkatan Pertahanan Iraq.”
Keduanya disahkan lewat Perintah Eksekutif 13438,yang menarget para kelompok
militan dan pemberontak serta para suporternya. KH juga ada dalam daftar
Organisasi Teroris Asing milik Departemen Luar Negeri Amerika
Di bawah pimpinan
Muhandis, Kataib Hizbullah (Brigade Hizbullah,
atau KH) adalah salah satu pasukan asal Iran pertama yang bergabung dalam
perang Suriah.
Pada Maret 013 setelah
sejumlah pemakaman digelar untuk para anggota Hizbullah Libanon yang gugur di
Suriah, KH menjadi grup kedua yang menyatakan bahwa mereka juga kehilangan
anggota di negara yang sama. Mereka mengklaim telah kehilangan total 40
petempur, mereka bahkan membuat kompleks khusus “syuhada” di Pemakaman Wadi
al-Salam di Najaf, Iraq.
Mereka juga membantu
membentuk kelompok-kelompok Syiah militan berbasis di Suriah seperti Liwa Abu
Fadl al-Abbas (LAFA) dan kelompok berbasis di Iraq seperti Harakat Hizbullah
al-Nujaba
Kelompok
Afghanistan-Iran
Pada 22 Mei 2014, Wall
Street Journal melaporkan bahwa Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC), (IRGC)
sedang merekrut pengungsi Syiah Afghanistan untuk ikut bertempur di Suriah,
menjanjikan gaji $500 perbulan serta izin tinggal di Iran. Artikel tersebut
juga menyebutkan bahwa pemakaman untuk para pejuang seperti mereka sudah ada
sejak November 2013,dan mereka sebenarnya direkrut untuk mengakomodasi
kekurangan IRGC dalam operasinya di Suriah. Namun sebenarnya, fenomena milisi
Syiah Afghanistan bertempur di sisi Bashar al-Assad bukan barang baru.
Pada Oktober 2012,
elemen-elemen yang terkait dengan kelompok oposisi dan pembebasanFree
Syrian Army (FSA) mengklaim telah menangkap seorang milisi Syiah Afghanistan
bernama Mortada Hussein, yang kemudian diwawancarai oleh mereka, dan video-nya
di-upload ke YouTube.
Keberadaan orang
seperti Mortada semakin sering pada awal musim semi 2013, dimana di waktu yang
berdekatan, kelompok milisi Syiah Hizbullah dari Libanon mengumumkan akan
memberangkatkan tentaranya ke Suriah.
Ada tiga sumber utama
para pejuang Afghanistan ini. Pertama, mereka yang sudah
tinggal di Suriah sejak sebelum perang. Mereka kebanyakan tinggal dekat
Sayyidah Zainab yang berada di selatan Damaskus.
Menurut peneliti Ahmad
Shuja, sekitar 2000 orang Syiah Afghanistan, kebanyakan dari mereka adalah
etnis Hazara yang menggunakan Persia sebagai bahasa sehari-hari, telah tinggal
di Suriah sebelum perang pecah.
Seperti kebanyakan
pengungsi Hazara di negara lainnya, mereka kabur dari Afghanistan setelah
merasa tertekan di tangan Taliban. Begitu perang pecah, mereka malah menjadi
target karena identitas mereka. Beberapa dari mereka ikut berperang, contohnya
Ali Salehi, seorang etnis Hazara yang dikabarkan tinggal di Suriah, tewas dalam
sebuah pertempuran di wilayah Damaskus.
Kedua, mereka yang berasal
dari Iran. Menurut harian yang disokong pemerintah dan sumber-sumber dari Syiah
Afghanistan, ini adalah yang paling besar jumlahnya. Kebanyakan dari mereka
adalah pengungsi di Iran, yang menjadi rumah bagi sekitar satu juta etnis
Hazara.
Upacara pemakaman umum
yang digelar di Iran sepanjang November – Desember 2013 menunjukkan bahwa
pejuang Syiah Afghanistan berasal dari berbagai kota di negara ini, termasuk
Isfahan, Mashhad, Teheran, dan Qom. Seorang prajurit muda bernama Reza Ismail,
adalah mahasiswa University of Mashhad di Iran, dan sebuah foto yang dilaporkan
diambil di Suriah menunjukkan dirinya memegang karaben tipe M4. Namun pada
akhirnya, dia dipenggal oleh milisi pejuang.
Sumber
ketiga dan paling tidak meyakinkan adalah mereka yang menjadi pengungsi
Afghanistan di negara selain Iran dan Suriah.
Pada April 2013, para
petugas di Afghanistan mengumumkan bahwa mereka akan menyelidik laporan
mengenai warga negara Afghanistan yang membela Assa. Dan pada Mei 2014, Kabul
meminta Teheran untuk tidak merekrut warga mereka untuk berperang di Suriah.
Jika rekrutmen langsung yang dilakukan Iran benar dan ada bukti-buktinya, Kabul
mengancam untuk melapor kepada Komisioner Tinggi untuk Pengungsi di PBB. Tapi
sampai laporan ini ditulis, belum ada bukti tersebut.*/Tika
Af’idah, dari berbagai sumber