Oleh: Ustadz
Syafruddin Ramly, Lc.
Kirim
tulisan Anda untuk dipublish, caranya klik di sini.
Kitab-kitab suci Syiah sama persis
dengan Yahudi dan Kristen yang suka usil kepada nabi-nabi dengan berbagai
fitnah yang mereka karang.
Jika Anda membaca kitab suci Kristen
dan Yahudi maka Anda akan menemukan berbagai fitnahan kepada para nabi dan
rasul, seperti fitnahan mereka:
- Nabi
Ibrahim yang mereka tuduh memiliki gundik (Kej 25:5-6), atau
- Nabi
Nuh dituduh mabuk dan bugil (Kej 9:20-21), atau
- Nabi
Sulaiman yang dituduh memiliki gundik dan dituduh menyembah berhala ( 1
Raj 11:3, 1 Raj 11:9, Kej 11:10), atau
- Nabi
Harun yang dituduh membuat berhala dan menyuruh orang-orang Israel
menyembahnya (Kel 32:3, Kel 32:4), dan
- Nabi
Luth yang dituduh berzina dengan kedua putrinya (Kej 19:30-38), dan
- Nabi
Yakub (Israel) yang dituduh mengawini dua perempuan adik-kakak sekaligus
(Kej 29:26-28), dan
- Nabi
Yakub yang mereka ejek sebagai seorang penipu namun sangat gagah dan
sanggup bergumul dengan Allah dan menang (hebat ya? Kej 27:35-36, Kej
32:24-29) dan
- Nabi
Daud (kakek Yesus) yang mereka tuduh berzina dengan istri orang lain (2
Sam 11:2-5) dan
- berbagai
fitnah dan tuduhan serta hinaan lain kepada para nabi-nabi.
Maka demikian juga halnya dengan
kitab-kitab suci Syiah. Kitab-kitab suci Syiah tidak hanya doyan membuat fitnah
dan hinaan terhadap Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
melainkan juga sangat nyinyir dalam menghina para Nabi dan para Rasul sebelum
Nabi Muhammad.
Syiah dengan lancangnya mengatakan
bahwa tokoh mereka yang bernama Ja’far mengaku lebih alim dan lebih berilmu
dibanding Nabi Musa dan Nabi Khidir. Ja’far mengatakan:
“ورب الكعبة! ورب البنية! ثلاث مرات –
لو كنت بين موسى والخضر لأخبرتهما أني أعلم منهما، ولأنبئتهما بما ليس في أيديهما”
[الأصول الكافي، كتاب الحجة. ١\١٢١]
“Demi Tuhan Ka’bah, demi Tuhan Ka’bah,
demi Tuhan Ka’bah, seandainya saya sekarang berada di depan Musa dan Khidir,
maka akan Aku katakan kepada mereka bahwa Aku lebih berilmu dari mereka dan
akan Aku beritahukan info-info terbaru yang tidak mereka ketahui”.
Syiah juga menghina para Rasul-Rasul
Ulul Azmi dengan mengarang-ngarang hikayat aneh, seperti berikut:
“Ketika Ali dilahirkan, Rasulullah
mengunjunginya, (anehnya) Ali menyambut kedatangan Rasulullah dengan mengangkat
tangan pertanda menghormat, sementara tangan kanannya diletakkan di telinga
kanannya sembari melantunkan azan dan iqamat, padahal baru saja Ali dilahirkan.
Selanjutnya Rasulullah berkata, ‘Bacalah.’ lalu Ali membaca lembaran-lembaran
yang diturunkan kepada nabi Adam dan Nabi Syits maka Ali yang masih bayi merah
itu menghafalkannya dengan lancar mulai dari awal sampai akhir, dan seandainya
Nabi Syits hadir pada saat itu niscaya akan bersaksi bahwa Ali lebih hafal
ketimbang Nabi Syits sendiri.
Kemudian Ali menghafalkan Taurat Nabi
Musa dengan sangat lancarnya, dan seandainya Nabi Musa menyaksikan hal itu
niscaya Nabi Musa akan bersaksi bahwa Ali lebih hafal Kitab Taurat ketimbang
Nabi Musa sendiri. Kemudian Ali menghafalkan kitab Zabur, dan seandainya Nabi
Daud hadir pada saat itu sudah barang tentu Nabi Daud akan bersaksi bahwa Ali
lebih hafal kitab Zabur ketimbang dirinya.
Kemudian Ali membaca membaca kitab
Injil, dan seandainya Nabi Isa hadir saat itu tentu Dia akan bersaksi bahwa Ali
lebih hafal Injil ketimbang dirinya. Setelah itu Ali membacakan Al-Quran dan
Aku lihat hafalan Ali persis seperti hafalanku.” [Raudhatul Wa’izhiin, 84].
Begitu besar kedustaan yang keluar
dari bibir mereka. Bukan hanya itu, Syiah juga meriwayatkan hadis palsu lainnya
yang berbunyi:
“إنه ينادي مناد يوم القيامة: أين خليفة
الله في أرضه؟ فيقوم دؤاد عليه الصلاة السلام، فيأتي النداء من عند الله عز وجل:
لسنا إياك أردنا، وإن كنت لله خليفة، ثم ينادي (مناد) أين خليفة الله في أرضه؟
فيقوم أمير المؤمنين علي بن أبي طالب عليه الصلاة السلام، فيأتي النداء من قبل
الله عز وجل: يا معشر الخلائق! هذا علي بن أبي طالب خليفة الله في أرضه، وحجته على
عباده”. [كشف الغمة، 1/ 141].
“Pada hari kiamat kelak, seorang
malaikat berseru: ‘Wahai Khalifah Allah di bumi, harap menghadap!’ Merasa
dipanggi Nabi Daud bangkit dan menghadap, lalu petugas berkata: ‘Bukan Anda
yang kami panggil, meskipun Anda dulunya khalifah Allah di bumi’. Kemudian
petugas berseru kembali: ‘Wahai Khalifah Allah di bumi, harap menghadap’, lalu
Ali Bin Ali Thalib ‘Alaihis Salam berdiri dan datang menghadap, lalu petugas
mengumumkan: ‘Wahai semua makhluk, inilah Ali bin Ali Thalib, Sang Khalifah
Allah di muka bumi dan hujjah Allah terhadap hamba-hamba-Nya”.
Syiah menghina para rasul dan
nabi-nabi, dengan mengatakan:
“إن نبي الله أيوب لم تتغير نعمة الله
عليه إلا لإنكاره ولاية علي، كذلك صفي الله يونس عليه السلام لم يحبس في بطن الحوت
إلا لإنكاره أيضاً، وكذلك يوسف وقبله آدم عليهما السلام”.[تفسير نور
الثقلين،٣\٤٣٥].
“Berbagai anugerah Allah cabut dari
Nabi Ayyub karena Nabi Ayyub tidak mengakui kepemimpinan Ali, begitu juga
dengan Nabi Yunus ‘Alaihis Salam yang dibuat mendekam di dalam perut ikan paus
juga sebagai hukuman karena tidak mengakui kepemimpinan Ali, begitu juga dengan
Nabi Yusuf yang dipenjarakan dan Nabi Adam yang dikeluarkan dari Surga”.
Syiah juga menghina Nabi Adam ‘Alaihis
Salam dan mengatakan:
“أن الكلمات التي تلقاها آدم من ربه،
فتاب عليه، هي سؤاله بحق محمد وعلي وفاطمة والحسن والحسين” [كتاب الخصال لابن
بابويه القمي،1/ 270].
“Kalimat-kalimat (wahyu) yang diterima
Nabi Adam dari tuhannya dan membuat Adam kembali tobat adalah disebabkan
persoalan Adam terkait hak-hak nabi Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan dan Husein”.
Demikianlah akidah dan doktrin
penghinaan kepada para nabi yang dihujamkan di dalam hati setiap pemeluk Syiah
dan didokumentasikan rapi di dalam kitab-kitab suci mereka. Demikianlah
penghinaan-penghinaan yang mereka timpukkan kepada manusia-manusia pilihan
Allah, para Nabi dan utusan Allah bahkan terhadap Nabi Muhammad Sang Penghulu
Para Nabi-Nabi yang mereka hina atas nama cinta kepada Ahlul Bait dan setia
kepada Ahlul Bait.