SYIAH, sebagai sempalan dalam Islam yang kini terus melahirkan
masalah yang tidak berkesudahan. Karena itu, para ulama, intelektual, hingga
cedekiawan Islam, khususnya Ahlussunnah terus-menerus melakukan berbagai macam
upaya dalam menangkal penyesatan yang dilakukan penganut Syiah secara
terorganisir, simultan, dan sporadis.
Ada pun kasus Syiah, mereka sungguh rumit. Namun secara umum,
dapat dipetakan masalah utamanya, kenapa mereka bisa eksis dari masa ke masa.
Pertama. Syiah memiliki sejarah panjang, dengan pengalamannya menguasai suatu
negara, atau daulah selama berabad-abad, termasuk saat ini, Iran sebagai pos
kekuatan dan kekuasaan mereka.
Kedua. Kedudukan Iran sebagai negara yang memegang peranan
penting di dunia Islam khususnya Timur Tengah, bermula pasca lahirnya revolusi
Iran di akhir tahun 1979 yang berhasil melahirkan tokoh utama bernama Ayatollah
Khomeini. Sejak saat itu, Khomeini terus menerus melakukan ekspansi pada
negara-negara Ahlussunnah, memperkenalkan Syiah dengan berbagai tipu daya dan
kebohongan. Banyak yang terkecoh, termasuk pemerintah dan masyarakat Indonesia
yang terus menerus melakukan kerjasama dengan cara mengirim para pelajar ke
Iran, dan pada saat yang sama, Ayatollah bertebaran di Indonesia melakukan
penyesatan.
Ketiga. Ulama su’ yang
terus-menerus diproduksi Iran. Banyaknya ulama su’ yang menjadi gudang ilmu
sesat akan terus menerus mengalirkan bah kesesatan di penjuru dunia yang kini
sudah tak mengenal seting ruang dan waktu. Kita saksikan, beberapa waktu lalu,
Ayatollah Iran sudah berani masuk di Masjid Istiqlal memberikan ceramah,
mengajak pada persatuan dan kesatuan umat. Padahal, kita sama-sama ketahui, justru
Syiah yang selama ini menjadi tumor ganas dalam tubuh umat Islam. Saksikanlan,
dimana ada Syiah, di sana gejolak horizontal terus berkembang seperti Iraq,
Syiria, Lebanon, Mesir, Pakistan, bahkan kantong-kantong penganut Syiah di
Indonesia memiliki potensi besar terjadi perpecahan dan kerusuhan, sebagaimana
kasus Sampang beberapa waktu lalu.
Keempat. Doktrin taqiyah, atau mengatakan dan bertindak di depan
orang lain yang bertentangan dengan pendirian dan isi hatinya, yaquluna wa
ya’maluna ma laisa fi qulubihim, yang sebetulnya tidak ada bedanya dengan
kebohongan. Karena kepura-puraan inilah sehingga ajaran Syiah mudah diterimah
kalangan Ahlussunnah, sebab ketika mereka berada di tengah-tengah Ahlussunnah,
seakan menjadi bagian dari mereka. Namun ketika kembali ke komuntas asalnya,
para orang Syiah itu mengamalkan ajaran mereka sambil mengolok-olok
Ahlussunnah, tida ada bedanya dengan orang Yahudi, khususnya di zaman
Rasulullah. Ketika bertemu umat Islam, mereka mengatakan keimanan, namun
setelah kembali ke komunitasnya, mereka mengolok-olok, padahal sejatinya, diri
mereka sendirilah yang diolok-olok. Dan, Syiah pun demikian, selalu manampakkan
suasana damai dan tenang di hadapan kita, namun sebaliknya hatinya penuh dengan
dendam dan dengki.
Karena itu, harus ada kesadaran dari kalangan ulama, para dai,
intelektual, masyarakat umum, hingga pemerintahn untuk membendung aliran sesat
Syiah.
Salah satunya, dengan berusaha memaparkan dasar-dasar pijakan
agama Syiah yang juga mereka klaim sebagai nash wahyu, Al-Qur’an dan hadis.
Telaah kali ini, membongkar kesesatan Syiah berdasarkan hadits tsaqalain yang
mereka jadikan pijakan untuk beragama. [Sumber: “Al-Qur’an dan Ahlul Bait;
Syarah Hadits Tsaqalain, Mendudukkan Posisi Ahlussunnah dan Syiah,”
karya KH. Agus Hasan Bashori, Lc., M.Ag, Cet.I; Malang: Yayasan Bina
Mujtama’, 2014″]