Ternyata riwayat yang
menjadi rujukan abdul husein tidak memiliki sanad, jadi tidak bisa diteliti
kebenarannya. Itulah senjata ulama syiah dalam menghujat Abu Hurairah.
Kebencian
sudah menguasai jiwa abdul husein, hingga dia tidak bisa melihat apa-apa yang ada dalam buku yang dibaca. Atau dia hanya
asal menulis tanpa pernah membaca buku-buku literatur itu. Bagi abdul husein
hal itu tidak masalah, karena dia paham betul karakter umat syiah, yaitu mudah
ditipu dan tidak berpikir kritis. Ini terbukti di lapangan, kita lihat umat
syiah begitu mudah ditipu, dan tidak berpikir kritis. Mereka begitu mudah
mengamini seluruh isi buku abdul husein. Begitu mudah percaya pada apa kata
ustadz mereka. Hakekat ini benar-benar disadari oleh abdul husein, maka
dia merasa bebas menulis apa saja.
Tapi ini tidak berlaku untuk non syiah yang selalu berpikir kritis. Mereka
tidak mudah ditipu begitu saja. Barangkali abdul husein tidak menyadari hal
ini, dia mengira semua orang sama seperti syiah, mudah ditipu dan tidak kritis.
Kata abdul husein:
Kami
meneliti masa pemerintahan dua khalifah, Abu Bakar dan Umar bin Khattab, serta
menyelidiki apa yang terjadi pada masa mereka, akan tetapi kami tidak
mendapatkan sesuatu yang berharga untuk disebutkan tentang Abu Hurairah kecuali
bahwa Umar telah mengutusnya menjadi Gubernur Bahrain pada tahun ke-21 H. pada
tahun 23 Umar memecatnya serta menunjuk Utsman bin Abul Ass ats-Tsaqafi. Khalifah
tidak hanya memecatnya tetapi juga menyelamatkan darinya uang bernilai 10.000
dinar, menuduhnya telah mencuri uang tersebut yang merupakan milik kaum
Muslimin. Ini adalah sebuah kasus yang terkenal.
Apakah semua tuduhan abdul husein benar adanya?
Ternyata tidak. Ketika Abubakar melancarkan perang melawan orang-orang murtad,
Abu Hurairah turut serta bersama pasukan perang. Bukan hanya Abu Hurairah, Ali
bin Abi Thalib juga ikut perang di bawah perintah Abu Bakar. Ini bisa dilihat
dalam Musnad Ahmad, jilid 1, no 68.
Seperti ulama syiah lainnya, dan ditiru oleh ustadz-ustadz syiah tanah air,
abdul husein menganggap perang melawan kaum murtad sebagai peristiwa yang
seharusnya tidak terjadi. Maka peristiwa itu bukan sesuatu yang harus
dibanggakan, bukan sebuah peristiwa penting. Padahal Ali bin Abi Thalib berada
di barisan Abu Bakar. Inilah hakekat yang ingin disembunyikan oleh syiah,
mereka tidak ingin ada orang mendengar bahwa Ali ikut serta bertempur di bawah
bendera Abu Bakar.
Pada zaman khalifah Umar, Abu Hurairah sibuk dengan mencari ilmu, mempelajari
hadits-hadits Nabi dari para sahabat yang masih hidup. Abu Hurairah ikut haji
bersama Umar bin Khattab.
Yang menjadi perhatian abdul husein adalah riwayat tuduhan Abu Hurairah telah
melakukan korupsi. Sayangnya, riwayat yang menjadi sandaran abdul husein dalam
hal ini tidak memiliki sanad, maka tidak bisa dipertanggungjawabkan
keilmiahannya. Riwayat itu diambil dari kitab Al Iqd al Farid, karangan Ibnu
Abd Rabbih Al Maliki, dan kitab itu bukan kitab hadits, melainkan kitab sastra.
Riwayat yang memiliki sanad shahih adalah riwayat yang tidak ada di dalamnya
kisah Umar memukul Abu Hurairah. Lalu mengapa abdul husein ngotot untuk merujuk
ke riwayat yang tidak jelas? Para pembaca sudah tahu penyebabnya, karena dia
begitu mendendam pada Abu Hurairah.
Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa Umar bertanya: dari mana kamu bisa
mendapatkan uang sebanyak itu? Abu Hurairah menjawab: dari menjual kuda, dari
uang yang dibayar oleh budakku, dari hadiah yang kuterima, lalu mereka
memeriksanya, dan mendapati seperti kata Abu Hurairah.
Tarikh Islam jilid 2 hal 338, Hilyatul Auliya jilid 1 hal 380, Al Bidayah wan
Nihayah jilid 8 hal 111
Riwayat ini ternyata luput dari telaah abdul husein, yang katanya sudah
melakukan telaah dengan luas. Tapi kita tidak perlu heran dengan syiah, karena
inilah karakter mereka, yaitu tidak kritis dan mudah ditipu.
Dan riwayat tentang Umar memukul Abu Hurairah tidak ada yang benar. Kami
memohon jika ada pembaca syiah yang mengetahui riwayat yang shahih tentang itu,
mohon kirimkan ke email kami.