Hujatan/tuduhan Khawarij terhadap Mujahidin Sunni di Irak, Tidak menolong anda di Akhirat !
Mufti besar negara Irak, Dr Rafe al-Rifai,
menegaskan bahwa pemerintah Syiah Teheran sengaja mengirimkan 52 kelompok
milisinya ke Irak untuk membunuhi warga Sunni dan memecah belah persatuan dan
kesatuan Irak.
Pernyataan ini dikatakan Dr Rafe al-Rifai dalam
wawancaranya dengan saluran televise “Al Watan” Mesir pada hari Jum’at (22/08)
kemarin.
Dalam wawancara tersebut, Dr Rafe al-Rifai
mengatakan, “Apa yang terjadi di beberapa kota Irak saat ini adalah pembunuhan
warga sipil Sunni oleh milisi Syiah Iran yang dipimpin Abu Mahdi Mohandes,
seorang teroris internasional yang keberadaannya diburuoleh Interpol.”
“Mereka (milisi Syiah) menganggap bahwa setiap
penduduk Sunni adalah bagian dari pejuang Negara Islam,” ujar Dr Rafe al-Rifai.
Dr Rafe al-Rifai melanjutkan, “Solusi yang
terbaik bagi Irak adalah dukungan dari pemerintahan Arab yang bersatu untuk
memotong tangan-tangan Syiah Iran yang mencengkeram Irak saat ini,”seraya
menjelaskan bahwa pemerintah Baghdad saat ini tidak mempunyai wibawa dan
kekuatan untuk menolak intervensi asing dalam menyelesaikan konflik yang
terjadi di dalam negeri.
Di akhir wawancara, Dr Rafe al-Rifai menyebut
bahwa pemerintah Arab bertanggung jawab atas keruntuhan dan pembantaian warga
sipil Sunni Irak karena dapat bertindak untuk menghentikan cenkeraman Syiah
Iran hingga saat ini. (Rassd/Ram)
Panglima Garda Revolusi Iran Nyatakan Siap
Bertempur Habis-Habisan Melawan Negara Arab
ASFAHAN, muslimdaily.co – Mayjen Muhammad
Ali Jafari, Panglima Korps Garda Revolusi Iran mengatakan dalam pidatonya
di markaz “Quds” yang terletak di provinsi Asfahan bahwa Iran akan berperang
total melawan negara-negara arab anti revolusi Iran.
Pernyataan ini dinukil oleh Situs Ammariyon.ir
milik Korps Garda Revolusi saat Jafari menyampaikan pidatonya di depan para
komandan ring 1 Korps Garda Revolusi Iran.
Dalam pernyataannya, Jafari menjelaskan, “kita
tidak ingin memulai perang total ini, tapi peperangan ini akan terjadi, dan
kita harus melakukannya dengan jantan seperti perang suci kita sebelumnya
melawan Irak”.
“Saat perang suci melawan Irak, kita mampu
mengalahkan mereka berkat persatuan kita dan keteguhan kita memegang
konsep-konsep Revolusi Iran, dan kita dapat sampai ke puncak kemuliaan melalui
kemenangan besar yang terwujud saat perang Irak-Iran melawan rezim Irak, dimana
seluruh dunia mendukung Saddam Husein,” tambahnya. Sebagaimana dilansir Islamion, Kamis
(03/09)
Jafari menegaskan, prestasi terpenting bagi
Iran adalah ‘mengekspor’ konsep revolusi Iran ke negara-negara arab yang sedang
terjangkit penyakit kedikatoran sejak lama, dan negara-negara Afrika yang
miskin karena kekayaan alamnya yang dikuras terus menerus.
Jafari mengatakan bahwa pengalaman militer
Korps Garda Revolusi Iran sudah dikloning banyak negara sekitar dan sudah
diterapkan sekarang di Suriah, Irak dan Lebanon, dan Iran sudah sukses
‘mengekspor’ pengalamannya kebeberapa negara arab yang menjadi aliansi Iran.
Dalam pidatonya, Jafari juga menyinggung bahwa
“batalion-batalion ‘Asyura’ dan batalion-batalion ‘Imam Ali’ yang pernah ikut
andil dalam menghadapi fitnah tahun 2009 dan mampu menggagalkan ‘proyek
reformists’ dan musuh-musuh RevolusiIran pada saat krisis pilpres, sekarang
memiiliki kemampuan latihan militer dan keamanan tingkat tinggi dan sengaja
disiapkan untuk dapat ikut berperang secara total di tingkat regional bila Iram
terpaksa melawan musuh-musuh Revolusi Iran.
“Saat ini semua pihak pada tingkat regional dan
internasional bersatu melawan ‘front Islam dan front kebenaran’, dan kita
senantiasa teguh melawan mereka dan memerangi mereka di Suriah, Irak dan
Lebanon dengan seluruh kekuatan yang kita miliki, dan kita berperang melawan
mereka sebagai representasi revolusi Imam Husein Bin Ali dan dengan metode
revolusi Sang Imam”, ujarnya. [Syaff]
Kekejaman Milisi Syiah Dalam Peperangan di Irak
& Suriah
Biasanya ISIS
senantiasa diidentikkan kepada pria-pria bengis bersenjata dan dengan bangganya
menenteng kepala-kepala manusia yang sudah dipisahkan dari badan atau ISIS identik
dengan milisi yang personilnya datang dari luar.
Namun, tindakan pengal-memenggal kepala manusia
dan gorok-menggorok leher atau mendatangkan mesin-mesin pembunuh asing ini
ternyata tak hanya monopoli ISIS. Tindakan serupa juga dilakukan oleh Syiah yang
kini sedang berkembang pesat di Irak dan terus berperan penting dalam
menghabisi para pejuang Muslim.
Kelompok-kelompok milisi Syiah ini sangat erat
hubungan akidahnya – dan jalur kordinasinya yang amat rapi- dengan Iran. Mereka
memangkas habis ide kekuasaan pemerintahan Irak di Baghdad, dimana hal ini juga
menjadi tantangan berat Obama yang mengumumkan untuk melakukan kerja sama
dengan pemerintahan Irak secara utuh untuk menghabisi ISIS.
Saat ini, ada lebih dari 50 kelompok milisi
Syiah yang senantiasa melakukan perekrutan pasukan dan berperang di Irak.
Milisi-milisi ini melakukan rekrutmen dengan begitu gencarnya.
Pemuda-pemuda hasil rekrutan dilatih secara
terpisah dari militer atau polisi Irak. Lalu mereka ditugaskan menjadi mesin
pembunuh pada organisasi-organisasi yang sangat sektarian secara ideologi dan
sangat memusuhi Amerika dengan cara yang sangat ekstrim.
Mayoritas tentara rekrutan Syiah ini tak
semata-mata digunakan untuk mengusir para pejuang Muslim di Irak saja, tapi
juga sering digunakan menjadi pasukan khusus garda belakang yang digunakan
untuk menguasai daerah-daerah yang seharusnya di bawah otoritas Baghdad.
Milisi-milisi Syiah ini menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari kerangka pemerintahan Irak. Pemerintah Irak sangat mempercayai
dan bergantung sepenuhnya dengan milisi-milisi ini sampai titik di mana mereka
tak akan mungkin berfikir untuk macam-macam dengannya.
Pemerintah Irak dan milisi-milisi Syiah ini
bekerjasama dalam melakukan berbagai pelanggaran HAM yang super sadis. Sebagai
contoh pada awal Juni lalu dikabarkan, milisi-milisi Syiah bahu-membahu dengan
pasukan keamanan Irak menghukum mati sekitar 225 warga yang ditahan di penjara.
Diantara mereka masih anak-anak.
Amnesti Internasional melaporkan bagaimana
milisi-milisi itu melakukan hukuman mati dengan rapinya di luar proses
pengadilan. Laporan Amnesti Internasional juga menyebutkan, puluhan tahanan
Muslim dibunuh di dalam kantor-kantor pemerintah Irak.
Milisi-milisi Syiah ini merupakan aktor utama
pembebasan Amirli, daerah Suku Turkman yang menjasi basis Syiah yang pernah
dikepung oleh milisi ISIS, tepatnya oleh batalion-batalion Hizbullah.
Hizbullah sendiri merupakan organisasi teroris
-menurut Amerika Serikat- yang bekerja sebagai wakil langsung pemerintahan
Iran. Batalion ini menggunakan helikopter-helikopter milik pemerintah Irak
untuk menyuplai senjata dan logistik saat pertempuran pembebasan Amirli.
Hizbullah juga menggunakan kendaraan-kendaraan
militer pemberian Amerika Serikat kepada pemerintahan Irak. Pemerintah Irak
menggunakan tank buatan Amerika Abrams M1A1 yang diserahkan untuk mendukung
milisi-milisi syiah Irak sektarian dan mendukung berbagai operasi Hizbullah di
Irak.
Iran disebut-sebut sebagai aktor utama dalam
membesarkan dan mengembangkan milisi-milisi Syiah di Irak sejak tahun 2013.
Sejak itu, Teheran terus memperkuat jaringan-jaringannya yang terdiri dari
kelompok-kelompok baru dan lama di Irak yang loyal kepada Teheran untuk
menyiapkan gelombang-gelombang baru mesin pembunuh untuk dikirim ke Suriah.
Sebahagian pasukan-pasukan Irak Syiah ini
awalnya berperang di Suriah membantai Muslim atas nama rezim Bashar. Lalu
mereka dipulangkan kembali ke Irak untuk membentuk bibit-bibit milisi Syiah
baru yang sekarang berperang menghabisi Muslim yang menjadi musuh pemerintahan
Irak. Sebagaimana Iran bekerja keras dalam merekrut pasukan baru yang fokus
untuk perang di Suriah, maka jaringan-jaringan Teheran juga melakukan hal yang
sama di Irak.
Pada April lalu, kelompok-kelompok yang
disokong Iran -seperti Hizbullah, Badar, dan kelompok-kelompok rekrutan baru-
mengajak berperang di Irak. Ajakan ini membuahkan milisi-milisi baru Syiah
Irak.
Pembentukan kelompok-kelompok milisi baru ini
sekilas terlihat rumit dan tak berguna. Tapi ini sangat penting untuk
pembentukan opini adanya dukungan besar yang datang dari rakyat kepada
pemerintahan Irak, yang pada hakikatnya adalah dukungan milisi-milisi yang
sebenarnya bekerja untuk mendukung politik dan ideologi Iran di dalam
pemerintahan Irak.
Target milisi-milisi Syiah yang loyal kepada
Iran ini berperan aktif dalam membantu mencapai target-target Iran untuk
mewujudkan kontrol Syiah di Irak. Sebaliknya, milisi-milisi ini tidak hanya
memanfaatkan bantuan dan sokongan dana dan jalur kordinasi dari Iran, melainkan
semua aktivitas pembunuhannya berjalan sesuai road map ideologi
Teheran.
Mereka secara totalitas adalah
loyalis-loyalis pimpinan spiritual tertinggi Ayatullah Khomenei dan ideologi
Iran dengan Wilayat Faqihnya, dimana pada akhirnya pemimpin spritualnya
diberikan kekuasaan tertinggi politik dan agama. Milisi-milisi Syiah ini juga
mengikuti gaya boneka Iran yang di Libanon yaitu Hizbullah, dan bertekad
untuk melaksanakan keinginan Iran di kawasan untuk melipatgandakan pendapatan
“revolusi Syiah Iran”.
Ada kesamaan antara ISIS dengan milisi-milisi
Syiah ini. Jika ISIS mengumumkan niatnya secara terbuka untuk menghapus
perbatasan-perbatasan yang sudah dipetakan si Timur Tengah setelah selesainya
perang dunia pertama, maka milisi-milisi Syiah yang disokong Iran ini juga
melakukan hal yang sama.
Kawin silang antara milisi-milisi Syiah Suriah
dan Irak menyebabkan semakin terhapusnya perbatasan-perbatasan nasional secara
perlahan dan pasti, persis seperti yang dilakukan oleh pejuang-pejuang Muslim.
Hal itu terlihat jelas sejak mereka memulai bertempur di kawasan, dimana
milisi-milisi Syiah ini senantiasa mengangkat motto “mempertahankan
tempat-tempat suci” atau “membela Syiah” tanpa pernah memperdulikan posisi
geografis tempat beradanya tempat-tempat suci tersebut.
Diantara milisi Syiah yang terdiri dari
mesin-mesin pembunuh asing di Damaskus antara lain milisi Mayjen Abi El-Fadhal
Al-Abbas (LAFA). Milisi ini yang paling terkenal dan paling berperan dalam
mempromosikan ide perang agama (Syiah-Muslim).
Pada Agustus kemarin, sebuah organisasi yang
berafiliasi ke Iran mengumumkan memulai operasinya di Irak dan mengklaim mereka
sudah menguasai selatan Baghdad, kemungkinan dekat Emirli.
Ada juga dari milisi-milisi Syiah ini yang
tidak jelas ideologinya, namun hubungan mereka dengan kaki tangan Iran
mengindikasikan kuat pengaruh Teheran. Meskipun Iran memiliki hubungan
yang sangat kuat dengan sebagian besar milisi Syiah di Irak, hanya saja
elemen-elemen syiah Irak yang tidak satu ideologi secara total dengan Iran
juga dapat mengembangkan milisi-milisi khususnya.
Milisi-milisi Syiah ini terus bertambah kuat
meskipun PM Nur Maliki yang beragama Syiah itu sudah dilengserkan. Ini pertanda
bahwa pemerintah Irak masih sangat berhutang budi pada milisi-milisi sektarian
itu. Milisi-milisi ini secara umum beraktivitas dengan bebasnya di Baghdad dan
mengeksploitasi sistem demokrasi yang baru saja bergaung di Irak, lalu
menguasai berbagai instansi resmi dalam rangka mendapatkan dukungan.
Milisi-milisi ini bukanlah unsur tambahan bagi
negara, melainkan dia adalah negara di dalam negara. Mereka tak pernah
menghargai otoritas apapun di Irak, mereka hanya patuh kepada pemimpin-pemimpin
keagamaan dan Teheran. Dan saat ini yang menjadi fokus utama para milisi ini
adalah menghabisi ISIS.
Kelompok-kelompok bersenjata beragama Syiah ini
akan memberi pengaruh besar dalam membangun masa depan agama Syiah di Irak.
Ideologi ekstrimnya dan hubungannya yang sangat rapat dengan Iran
mengindikasikan, mereka akan membuka pintu selebar-lebarnya kepada Iran untuk
menguasai Irak secara total, sehingga jika saja tidak segera diambil
langkah-langkah yang tepat untuk menghentikan milisi-milisi ini maka itu sama
artinya secara de facto kita menyerahkan Baghdad kepada Iran, sebagaimana
dilansir islamion.com, Senin (22/08)
Pada situs itu ditayangkan sebuah video saat
milisi Syiah bernama “Batalion Imam Ali” menggorok batang leher personal ISIS
sambil meneriakkan “labbaika ya Husein….Labbaika Ya Husein“. Video ini awalnya
ada di Youtube, cuma pihak Youtube sudah menghapusnya.
Faktanya, ISIS tak sendiri, milisi-milisi Syiah
tak kalah kejam dalam perang di Suriah dan Irak. [Syaff]
Presiden Yaman Sebut Iran Lebih Berbahaya dari
Al-Qaeda
RIYADH – Presiden Yaman Abdrabbu Mansour Hadi
kembali melakukan serangan terhadap Iran. Dalam pernyataan terbarunya, Hadi
kembali menyebut Iran sebagai salah satu pihak yang turut andil dalam merusak
stabilitas di negaranya.
Hadi, bahkan menyebut Iran lebih berbahaya dari
al-Qaeda. “Apa yang Iran lakukan di negara saya, lebih berbahaya dari apa yang
pernah dilakukan oleh al-Qaeda,” kata Hadi kala melakukan wawancara dengan
al-Arabiya pada Senin (8/6/2015).
Pemimpin Yaman dalam pelarian itu juga mengaku
telah memiliki bukti keterlibatan Iran dalam konflik yang melanda negaranya.
Hadi menyebut, pihaknya telah menangkap banyak sekali pasukan Houthi yang
mengaku telah dilatih oleh Garda Revolusi Iran.
“Saya tidak membawa hal ini dari vakum. Kami
telah menangkap orang-orang yang telah dilatih oleh Garda Revolusi Iran. Mereka
dipenjarakan di beberapa penjara kami,” sambung Hadi.
Selain itu, Hadi juga menyatakan telah beberapa
kali meminta kepada Iran untuk tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri
mereka. “Saya telah berulang kali meminta kepada Iran untuk “melepaskan tangan”
mereka dari Yaman,” ucapnya.
Dalam wawancara itu juga, Hadi sedikit
menyinggung mengenai dialog damai yang akan digelar pada tanggal 14 Juni nanti
di Jenewa, Swiss. Hadi memastikan dialog untuk bukanlah sebuah negosiasi dengan
Houthi, tapi pembahasan mengenai realisasi resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB
soal Yaman.
Resolusi dengan nomor 2216 berisi tentang
desakan kepada Houthi mengakhiri penggunaan kekerasan, menarik pasukan
mereka dari semua bidang yang telah mereka sita, termasuk ibukota Shana’a,
menyerahkan semua senjata, termasuk sistem rudal, serta menghentikan semua
tindakan eksklusif yang merupakan kewenangan dari pemerintah Yaman.
source:
http://international.sindonews.com/read/1010263/43/presiden-yaman-sebut-iran-lebih-berbahaya-dari-al-qaeda-1433768819
Pemerintah Irak Dukung Aksi Kejam Milisi Syiah
Dalam pengakuan langka oleh seorang pejabat
Irak, menteri HAM Irak mengatakan bahwa pemerintah akan terus menggunakan
milisi syiah untuk melakukan kekejaman terhadap umat Islam di sana.
“Saya lebih suka untuk menggambarkan pejuang
ini sebagai relawan, bukan milisi,” Mohammed Mahdi al-Bayati, Menteri HAM baru
Irak, mengatakan kepadaDaily Telegraph, demikian lansir onislam.net, Rabu
10 Desember.
“Mereka belum terlatih, dan ya, mereka akan
membuat kesalahan, namun jumlah kesalahan yang telah mereka buat terbatas.
Selain itu, jika mereka tidak digunakan, maka ISIS akan mengontrol seluruh
Irak.”
Menurut menteri hak asasi manusia, pemerintah
yang didominasi penganut ajaran syiah menggunakan milisi syiah sebagai upaya
terakhir untuk menjaga ibukota Baghdad.
Beberapa kelompok hak asasi telah berulang kali
menuduh milisi Syiah yang disponsori pemerintah membunuh dan menculik
ratusan warga muslim sipil Irak sebagai pembalasan atas serangan yang dilakukan
ISIS.
Empat kelompok milisi Syiah telah disebut oleh
Amnesti Internasional dalam menculik dan membunuh muslim Irak yakni
‘Asa’ib Ahl al-Haq, Brigade Badr, Tentara Mahdi, dan Kata’ib Hizbullah.
Di tengah suasana pelanggaran hukum dan
kekebalan hukum milisi syiah, pemimpin muslim Irak telah memperingatkan
terjadinya pembersihan etnis dengan mengusir ribuan keluarga Sunni dari
kota-kota yang disengketakan.
Lebih dari 70.000 warga sipil muslim diusir
dari kota Jurf al-Sakhar Babil setelah pemerintah Irak merebut kembali kota itu
pada akhir Oktober.
Dalam pertempuran yang dipimpin oleh menteri
dalam negeri yang baru diangkat, Mohammed Salem al-Ghabban, kota Jurf al-Sakhar
Babil yang mayoritas penduduknya adalah Sunni (muslim) telah berubah menjadi
gurun setelah rumah-rumah dihancurkan dan dibakar.
Komentar menteri HAM ini datang saat Perdana
Menteri Haider Al-Abadi meminta AS untuk mengintensifkan serangan udara
terhadap kelompok ISIS.
Ulama Syiah Irak Muqtada al-Sadr Bersumpah Akan
Jadikan Irak Kuburan ISIS
Ulama terkemuka
Syi'ah Irak Moqtada Al-Sadr bersumpah melindungi semua tempat suci Syi'ah
di seluruh Irak dari ancaman Daulah Islamiyah atau Islamic State (IS) yang
dipimpin Abu Bakar Al-Baghdadi, tegasnya, Rabu, 20/5/2015.
Dalam sebuah rekaman audio yang dirilis oleh IS
setelah jatuhnya Ramadi pada hari Jumat, di mana pemimpin IS Abu Bakr
Al-Baghdadi, mengancam, "Setelah Ramadi akan menguasai Baghdad dan
Karbala", ujar Bagdadi.
Kedua kota adalah tempat suci golongan Syiah
sekarang dalam ancaman IS. Di mana Karbala dianggap oleh kaukm Syi'ah
sebagai tempat paling suci di bumi setelah kota Mekah, Madinah dan Yerusalem.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada hari
Selasa, Sadr berjanji bahwa IS akan menderita "kekalahan besar",
jika "berani bahkan menyentuh" salah satu tempat suci Syiah
di kota Irak itu.
Ulama Syiah terkemuka yang memimpin Partai
'Gerakan Sadr', kelompok agama dan politik yang populer di Irak, serta Brigade
Perdamaian, bagian dari mayoritas pasukan 'Mobilisasi Populer' (Sya'ab)
pro-pemerintah Irak.
Dalam pernyataannya, Sadr mengatakan pejuang
Syiah telah dikumpulkan dari seluruh negara untuk "melindungi
tempat-tempat suci di Samarra yang terletak 78 mil, atau 125 kilometer, sebelah
utara Baghdad, Karbala, dan di wilayah lain", tambahnya.
Sadr juga bersumpah akan menjadikan kuburan
tanah Irak bagi para pejuang IS, tandas ulama Syiah. Sadr yakin akan dapat
mengalahkan IS di Ramadi. Sementara itu, Amerika Serikat telah mengirim ribuan
rudal anti tank untuk menghagdapi IS di Ramadi.
Peringatan Sadr tak lama sesudah IS
mengambil alih Ramadi pada hari Jumat, ibukota provinsi Anbar, wilayah provinsi
terbesar Irak.Jatuhnya Ramadi ini mengingatkan dengna jatuhnya kota Mosul, yang
sangat luar biasa oleh IS, di tengah apa yang banyak telah disamakan dengan
terulangnya Juni lalu.
Ribuan tentara pemerintah Irak dan anggota
polisi Anbar dilaporkan melarikan diri pos mereka dalam menghadapi serangan
ISIS di kota Ramadi. Mereka sudah kehilangan moral. Tak lagi berani ber
tempur melawan IS.
Perdana Menteri Haider Al-Abadi, Sabtu
menyerukan ribuan milisi Syi'ah berangkat ke Ramadi membebaskan kota itu dari
ISIS. Milisi Syiah, bersama dengan pasukan pemerintah Irak, telah terlibat
dalam operasi untuk merebut kembali daerah-daerah di negara yang diduduki oleh
IS. Korban telah banyak berjatuhan akibat perang yang sangat dahsyat.
Kemenangan IS atas Ramadi sesudah
dikalahkan dari Tikrit, sebagai kemenangan terbesar IS. IS merebut kota Ramadi
telah menimbulkan gempa politik di Washington. Obama seperti linglung
menghadapi IS, meskipun telah melakukan ratusan serangan udara terhadap IS di
Ramadi..
Mohamed Jamil Al-Miyahi, tokoh senior di
Islamic Supreme Council Syi'ah Irak (ISCI), mengatakan kepada Asharq Al-Awsat
bahwa rekaman Baghdadi, jika asli, adalah ancaman yang sangat serius bagi
kelompok Syi'ah di Irak.
Jadi perang di Irak, bukan lagi, perang Irak
melawan IS, tapi perang antara Sunni-Syi'ah. Syi'ah memang penjahat
terkutuk, yang terus berkhianat dengan Zionis, menghancurkan dunia Islam.
[al-fatih/saqt/voa-islam.com]
Artikel terkait :
Akademisi: Iran Jadi Ancaman Stabilitas
Regional
Penulis Saudi: Syiah Lebih Bengis Dari Zionis
http://lamurkha.blogspot.com/2015/08/penulis-saudi-syiah-lebih-bengis-dari.html
[ Syiah/Majusi Lebih Berbahaya Dari
Yahudi/Nasrani ! ] Iran Tegaskan Tetap Persenjatai Sekutu-Sekutunya di Kawasan
Arab
Video PM Irak (Syiah) Mengutuk Sahabat Nabi
Yang Menghimpun Al-Quran ( Syiah Biadab,Pembunuh Husain bin ‘Ali RA dan
Keturunannya )
Iran ( Syiah Majusi ) Bernafsu Merebut
Al-Haramain (Makkah-Madinah). Apa Yang Akan Terjadi Terhadap Ahlus Sunnah ?
Baca Fakta Dibawah Ini !
Sesumbar Habisi Ahlussunnah, Anggota Syiah
Hizbullah ini pun Tewas [ Siapa Menyusul, Silahkan Masuk Ke Suriah/Yaman ]
Suku Ahwaz, Aswaja Yang Ditindas Rezim Syiah
Iran ( Update ) [ Warganya sendiri ditindas ! ]