Wednesday, August 26, 2015

[ Jika Benar, Terbukti Puncak Kebiadabannya. Sudah Ngacak-ngacak Negara Arab/Islam ] Akui Zionis-Israel Sebagai Negara, Iran Akan Bukan Kantor Kedutaan di Tel Aviv

akan segera di buka kedubes Iran di Israel
Berkoar-koar memusuhi pemerintah Syiah Teheran karena program nuklirnya, diam-diam pemerintah Zionis Israel ternyata mengizinkan pembukaan kedutaan besar Iran di bukota Tel Aviv, dalam sebuah baliho besar yang dipasang di tengah kota.
Seperti dilansir koresponden kantor berita Al Arabiya dalam pemberitaannya pada hari Senin (24/08) kemarin menyatakan, “Warga ibukota Tel Aviv dikagetkan dengan sebuah baliho berukuran besar berisi pengumuman di sini akan segera dibuka Kedubes Iran di Israel lengkap dengan nomor pesawat telepon.”
“Saya telah menghubungi nomor yang tertera, akan tetapi hanya dijawab oleh mesin penjawab telepon,” ujar koresponden Al Arabiya, Rima Mustafa.
Perlu diketahui bahwa ini bukan pertama kalinya bahwa pemerintah Zionis Israel dan Syiah Iran akan membuka hubungan diplomatik kedua negara. Sebelumnya pada bulan Juni lalu, surat kabar Haaretz Israel juga memberitakan bahwa pemerintah Teheran berencana segera membuka kantor kedubesnya di ibukota Tel Aviv.
Sementara itu sejumlah pengamat Timur Tengah menyatakan bahwa ini menandakan hubungan Zionis Israel dengan Syiah Iran hanya nampak bermusuhan di kulitnya saja, akan tetapi di dalamnya kedua pemerintahan menjalin hubungan mesra, bahkan bukan mustahil bahu-membahu memerangi Islam di seluruh dunia. (Rassd/Ram)

Setelah Sepakat dengan Amerika, Syiah Iran Segera Menjadi Polisi Timur Tengah

Pemerintahan Amerika di bawah Presiden Barack Obama terus mendukung Iran dalam percaturan politik di Timur saat ini, setelah tercapainya kesepakatan terkait pengembangan nuklir. Kondisi ini sangat tidak baik untuk konflik yang sedang terjadi.

Hal itu seperti ditulis Robert Fisk dalam artikelnya di Independent, Selasa (14/7/2015) kemarin. Menurutnya, kesepakatan nuklir yang akan mengakhiri sanksi ekonomi terhadap Iran akan sangat memperkuat posisi Iran di Timur Tengah. Kondisi itu sama saja menjadikan Iran sebagai polisi di Teluk.
Fisk juga memperingatkan seluruh negara Timur Tengah untuk bersiap-siap dengan gunjang-ganjing berikutnya yang sudah sangat dekat terjadinya. Karena kesepakatan nuklir akan berpengaruh sangat besar terjadi perkembangan politik di Timur Tengah secara keseluruhan. Amerika Serikat saat ini melihat Iran sebagai negara yang paling cocok untuk diajak berkoalisi.
Fisk menjelaskan posisi Iran saat ini, “Iran adalah kekuatan yang sangat berpengaruh dalam perundingan terkait krisis di Suriah, terutama dalam hal menentukan masa depan rezim Bashar Asad. Bahkan pasukan militer Iran, baik resmi seperti Garda Revolusi, maupun milisi-milisi Syiah seperti Hizbulah, berada di garis-garis depan dalam menghadapi pasukan Muslim Sunni. Secara tidak langsung Iran juga sudah meminta Amerika Serikat untuk mendukung rezim Bashar Asad dalam membantai rakyatnya sendiri.” (msa/dakwatuna)