Berkoar-koar memusuhi pemerintah Syiah Teheran
karena program nuklirnya, diam-diam pemerintah Zionis Israel ternyata
mengizinkan pembukaan kedutaan besar Iran di bukota Tel Aviv, dalam sebuah
baliho besar yang dipasang di tengah kota.
Seperti dilansir koresponden kantor berita Al
Arabiya dalam pemberitaannya pada hari Senin (24/08) kemarin menyatakan, “Warga
ibukota Tel Aviv dikagetkan dengan sebuah baliho berukuran besar berisi
pengumuman di sini akan segera dibuka Kedubes Iran di Israel lengkap dengan
nomor pesawat telepon.”
“Saya telah menghubungi nomor yang tertera,
akan tetapi hanya dijawab oleh mesin penjawab telepon,” ujar koresponden Al
Arabiya, Rima Mustafa.
Perlu diketahui bahwa ini bukan pertama kalinya
bahwa pemerintah Zionis Israel dan Syiah Iran akan membuka hubungan diplomatik
kedua negara. Sebelumnya pada bulan Juni lalu, surat kabar Haaretz Israel juga
memberitakan bahwa pemerintah Teheran berencana segera membuka kantor
kedubesnya di ibukota Tel Aviv.
Sementara itu sejumlah pengamat Timur Tengah menyatakan
bahwa ini menandakan hubungan Zionis Israel dengan Syiah Iran hanya nampak
bermusuhan di kulitnya saja, akan tetapi di dalamnya kedua pemerintahan
menjalin hubungan mesra, bahkan bukan mustahil bahu-membahu memerangi Islam di
seluruh dunia. (Rassd/Ram)
Setelah Sepakat dengan
Amerika, Syiah Iran Segera Menjadi Polisi Timur Tengah
Pemerintahan Amerika di bawah Presiden Barack Obama terus mendukung Iran dalam
percaturan politik di Timur saat ini, setelah tercapainya kesepakatan terkait
pengembangan nuklir. Kondisi ini sangat tidak baik untuk konflik yang sedang
terjadi.
Hal itu seperti ditulis
Robert Fisk dalam artikelnya di Independent, Selasa (14/7/2015) kemarin.
Menurutnya, kesepakatan nuklir yang akan mengakhiri sanksi ekonomi terhadap
Iran akan sangat memperkuat posisi Iran di Timur Tengah. Kondisi itu sama saja
menjadikan Iran sebagai polisi di Teluk.
Fisk juga memperingatkan
seluruh negara Timur Tengah untuk bersiap-siap dengan gunjang-ganjing
berikutnya yang sudah sangat dekat terjadinya. Karena kesepakatan nuklir akan
berpengaruh sangat besar terjadi perkembangan politik di Timur Tengah secara
keseluruhan. Amerika Serikat saat ini melihat Iran sebagai negara yang paling
cocok untuk diajak berkoalisi.
Fisk menjelaskan posisi Iran
saat ini, “Iran adalah kekuatan yang sangat berpengaruh dalam perundingan
terkait krisis di Suriah, terutama dalam hal menentukan masa depan rezim Bashar
Asad. Bahkan pasukan militer Iran, baik resmi seperti Garda Revolusi, maupun
milisi-milisi Syiah seperti Hizbulah, berada di garis-garis depan dalam
menghadapi pasukan Muslim Sunni. Secara tidak langsung Iran juga sudah meminta
Amerika Serikat untuk mendukung rezim Bashar Asad dalam membantai rakyatnya
sendiri.” (msa/dakwatuna)