Komite wanita dalam dewan
perlawanan nasional Iran, menerbitkan sebuah buku berjudul ” Wanita Iran di Era
Rouhani”. Di dalam buku tersebut di ungkapkan beberapa pelanggran terhadap
hak-hak wanita selama dua tahun terakhir ini, sejak Rouhani memangku
jabatannya, padahal Rouhani telah berjanji saat berkampanye untuk memperbaiki
keadaan wanita Iran khususnya tentang hak-hak asasi yang selama ini
terlecehkan. Namun kenyataannya, di dalam buku tersebut diungkap fakta mengejutkan
tentang kondisi wanita Iran, yang saat ini tercatat ada dua masalah utama yaitu
penindasan dan penganiayaan terhadap wanita Iran.
Masih di dalam buku tersebut
di jelaskan bahwa di era Rouhani terdapat sejumlah wanita yang mengalami
penindasan dan penangkapan Karena alasan politik atau sektarian, dan
tahanan-tahanan itupun masih juga mengalami banyak pelanggaran hak asasi
manusia.
Pada bulan Oktober 2014,
seorang wanita bernama Rayhana Jabbari (26 tahun), telah di hukum gantung hanya
karena ia membela diri dari kelakuan wakil menteri intelijen rezim Iran yang
hendak memperkosannya, meskipun beberapa organisasi internasional untuk hak
asasi manusia telah mencoba untuk memprotes dan menolak hukum yang tidak adil
itu,namun ia tetap di hukum gantung bahkan jenazahnya dibiarkan tergantung di
tiang gantungan selama satu jam setelah eksekusi itu.
Di dalam buku tersebut juga
di ungkap tentang beberapa tahanan wanita yang menderita penyakit serius dan
membutuhkan bantuan medis namun mereka terbengkalai sehingga beberapa dari
mereka melakukan aksi mogok makan untuk memdapatkan hak-haknya tersebut.
Perlu di ketahui, pada awal
tahun ini pasukan Iran telah menangkap puluhan wanita, sebagian besar dari
mereka adalah aktivis wanita yang protes tentang ketidakadilan serta penindasan
yang di terima oleh wanita Iran.
Leila Akrami, seorang
pengacara asal Iran mengkonfirmasi setidaknya ada 50 aktivis wanita yang saat
ini mendekam di penjara Iran di sebabkan aktivitas politik mereka.
Selain diskriminasi dan
penindasan secara politis, para wanita Iran juga menghadapi kekerasan dalam
rumah tangga mereka. Menurut data statistik yang diungkapkan oleh ketua
organisasi kesejahteraan sosial di Teheran, Ahmed Dleri, bahwa persentase
wanita yang mengalami depresi dan gangguan jiwa meningkat di dua tahun terakhir
mencapai 38% lebih banyak dari pria yang berjumlah 28%, disaat yang sama
tercatat setidaknya ada 19 kasus perceraian setiap jamnya selama 2014, dimana
perceraian itu kebanyakan terjadi pada wanita berusia kisaran 25 – 29 tahun.
(Hr/Islamtoday)