Saturday, September 26, 2015

Hilangnya Hak Asasi Wanita di Iran

Komite wanita dalam dewan perlawanan nasional Iran, menerbitkan sebuah buku berjudul ” Wanita Iran di Era Rouhani”. Di dalam buku tersebut di ungkapkan beberapa pelanggran terhadap hak-hak wanita selama dua tahun terakhir ini, sejak Rouhani memangku jabatannya, padahal Rouhani telah berjanji saat berkampanye untuk memperbaiki keadaan wanita Iran khususnya tentang hak-hak asasi yang selama ini terlecehkan. Namun kenyataannya, di dalam buku tersebut diungkap fakta mengejutkan tentang kondisi wanita Iran, yang saat ini tercatat ada dua masalah utama yaitu penindasan dan penganiayaan terhadap wanita Iran.
Masih di dalam buku tersebut di jelaskan bahwa di era Rouhani terdapat sejumlah wanita yang mengalami penindasan dan penangkapan Karena alasan politik atau sektarian, dan tahanan-tahanan itupun masih juga mengalami banyak pelanggaran hak asasi manusia.
Pada bulan Oktober 2014, seorang wanita bernama Rayhana Jabbari (26 tahun), telah di hukum gantung hanya karena ia membela diri dari kelakuan wakil menteri intelijen rezim Iran yang hendak memperkosannya, meskipun beberapa organisasi internasional untuk hak asasi manusia telah mencoba untuk memprotes dan menolak hukum yang tidak adil itu,namun ia tetap di hukum gantung bahkan jenazahnya dibiarkan tergantung di tiang gantungan selama satu jam setelah eksekusi itu.
Di dalam buku tersebut juga di ungkap tentang beberapa tahanan wanita yang menderita penyakit serius dan membutuhkan bantuan medis namun mereka terbengkalai sehingga beberapa dari mereka melakukan aksi mogok makan untuk memdapatkan hak-haknya tersebut.
Perlu di ketahui, pada awal tahun ini pasukan Iran telah menangkap puluhan wanita, sebagian besar dari mereka adalah aktivis wanita yang protes tentang ketidakadilan serta penindasan yang di terima oleh wanita Iran.
Leila Akrami, seorang pengacara asal Iran mengkonfirmasi setidaknya ada 50 aktivis wanita yang saat ini mendekam di penjara Iran di sebabkan aktivitas politik mereka.
Selain diskriminasi dan penindasan secara politis, para wanita Iran juga menghadapi kekerasan dalam rumah tangga mereka. Menurut data statistik yang diungkapkan oleh ketua organisasi kesejahteraan sosial di Teheran, Ahmed Dleri, bahwa persentase wanita yang mengalami depresi dan gangguan jiwa meningkat di dua tahun terakhir mencapai 38% lebih banyak dari pria yang berjumlah 28%, disaat yang sama tercatat setidaknya ada 19 kasus perceraian setiap jamnya selama 2014, dimana perceraian itu kebanyakan terjadi pada wanita berusia kisaran 25 – 29 tahun. (Hr/Islamtoday)