Tampang si putin diketawain Raja Salman
Agresi ekonomi kini
dilancarkan Saudi terhadap Rusia di pasar minyak dunia, sebagaimana dilaporkan Reuters,
Kamis (15/10/2015). Melalui serangan diskon besar-besaran, kerajaan minyak
timur tengah ini berhasil menggaet perusahaan raksasa global seperti Shell
(RDSa.L), Total (TOTf.PA), hingga perusahaan menengah Eropa sekelas Polandia
untuk meninggalkan minyak mentah Rusia. ( Alhamdulillah )
Bahkan, serangan ini
diberlakukan Riyadh sebagai pemasok minyak di pasar Asia, dimana sebelumnya
diungguli Rusia selama bertahun-tahun. Lagi-lagi, jurus diskon besar-besaran
menjadi daya pengalih pasar dari lapak minyak Moskow. Dengan demikian Saudi kini
menjadi pemasok minyak dominan di Asia dan Eropa.
Kekalahan Rusia ini tidak ada
hubungannya dengan akibat sanksi Barat yang dikenakan pada Rusia atas Ukraina,
sebab yang itu hanya berlaku untuk peralatan industri energi, tetapi tidak
untuk minyak atau gas itu sendiri. Sebaliknya, itu adalah pertempuran
komersial Saudi melawan Rusia dengan cara menggaet pelanggan dalam perannya
sebagai eksportir juga dengan memanfaatkan momentum harga minyak dunia yang
melemah.
Hal ini akan mempersulit
keberlangsungan dialog antara Moskow dan kelompok eksportir OPEC dalam
mengatasi stagnasi minyak global, sementara pemotongan produksi bersama sudah
nampak tidak realistik lagi.
Sumber perdagangan mengatakan
kepada Reuters bahwa perusahaan global seperti Exxon, Shell, Total
dan Eni telah membeli semua minyak Saudi untuk kilang mereka di Eropa Barat dan
Mediterania dalam beberapa bulan terakhir dengan mengorbankan minyak Rusia.
“Saya semakin mengurangi dan
mengurangi pembelian minyak mentah dari Rusia untuk kilang minyak saya di Eropa
hanya karena barel Saudi lebih menarik. Tak ada langkah lebih cerdas selain
dari membeli minyak mentah Saudi yang lebih murah,” seorang pembeli dari salah
satu perusahaan global mengaku, tanpa menyebutkan namanya kepada media.
Dahulu, Riyadh memfokuskan
penjualan kepada AS dan pasar Asia, meninggalkan Moskow sebagai pemasok utama
ke Eropa, terutama negara-negara Timur yang pernah menjadi bagian dari blok
Soviet.
Namun, eksekutif minyak yang
paling kuat di Rusia, Kepala Rosneft (ROSN.MM) Igor Sechin, mengatakan pada
Selasa (13/10) bahwa Arab Saudi telah mulai memasok minyak ke bekas negara
komunis Polandia dengan strategi “banting harga”. Kemudian pada Rabu
(14/10), Menteri Energi Rusia Alexander Novak menjelaskan masuknya Saudi ke
pasar Eropa Timur sebagai “kompetisi terberat”.
Sumber perdagangan mengatakan
setidaknya satu kargo mencapai pelabuhan Polandia Gdansk pada bulan September
dan dua lagi bisa datang pada bulan Oktober, untuk diproses oleh penyuling PKN
Orlen dan Lotos.
Dua sumber perdagangan
mengatakan Arab Saudi sedang melancarkan strategi penyimpanan minyak mentah di
Gdansk sehingga dapat mememnuhi permintaan pelanggan di Eropa Timur dengan
lebih cepat, seperti yang telah dilakukan selama bertahun-tahun untuk klien Eropa
Barat dari pelabuhan di Belanda atau Belgia.
Salah satu pedagang
mengatakan pasokan dari Gdansk bisa dikirim ke Jerman untuk menyaingi minyak
mentah Rusia yang dipasok melalui jalur pipa hasil kemitraan Soviet-Druzhba.
Negara Baltik Lithuania,
setelah republik Soviet, juga mencari alternatif pasokan energi. Menteri
Energi Lithuania Rokas Masiulis kepada Reuters pada Rabu
(14/10) bahwa negara sedang dalam pembicaraan dengan perusahaan gas alam
cair AS, Cheniere Energy Inc (LNG.A), atas kemungkinan impor sebagai upaya
untuk memotong ketergantungan pada pemasok Rusia Gazprom (GAZP.MM).
Saudi Mengunci Pangsa Pasar
Pertempuran ekonomi ini
meningkatkan kecurigaan Moskow bahwa Riyadh sedang menghukum Kremlin atas
dukungannya terhadap Presiden Suriah Bashar Assad, musuh Arab Saudi, yang telah
melancarkan serangan udara Rusia terhadap warga sipil dan kelompok oposisi.
Bahkan, Moskow dan Riyadh
sudah terkunci dalam pertempuran lain dengan pangsa pasar di Asia, jauh sebelum
Suriah masuk ke dalam perang ideologisnya setelah 2011 atau sebelum Barat
mengenakan sanksi atas Rusia tahun lalu.
Selama satu dekade terakhir,
Rusia telah mengalihkan sebanyak sepertiga dari ekspor minyaknya ke Asia dengan
membangun jaringan pipa raksasa ke Cina daratan dan pantai Pasifik-nya.
“Ada persepsi bahwa karena
Rusia telah terusir dari Barat, maka mereka telah beralih ke Timur. Bahkan,
Rusia telah aktif mengunci pangsa pasar di Asia untuk waktu yang lama,” kata
Seth Kleinman, kepala penelitian energi di Citigroup.
Kleinman mengatakan kompetisi
telah menjadi begitu kuat di pasar Asia dalam beberapa bulan terakhir saat Arab
Saudi mengurangi persediaannya guna menghadapi tumbuh pengiriman dari para
pesaing seperti Rusia, Kuwait dan Angola.
Sementara itu, harga minyak
yang rendah telah mendorong permintaan di Eropa setelah krisis ekonomi selama
bertahun-tahun.
“Untuk pertama kalinya dalam
bertahun-tahun pasar Eropa terlihat lebih menarik daripada pasar Asia. Jadi
produsen Timur Tengah berusaha mengambil kesempatan itu,” kata seorang sumber
minyak senior Irak kepada Reuters.
Kompetisi ini juga
diperkirakan akan meningkat dalam beberapa bulan ke depan melawan Iran, yang
memasok antara lima dan 10 persen dari minyak mentah Eropa sebelum 2012. Hal
ini akan semakin memanas dan membesar ketika sanksi-sanksi Barat terhadap
Teheran diangkat.
“Saudi ingin mengamankan
pangsa pasar sebelum Iran datang kembali,” kata seorang sumber perdagangan
minyak utama.
Red : Raihanah