Sunday, October 18, 2015

Suriah Akan Dijadikan Kuburan Bagi Syiah, Kuffar dan Murtadin

Damaskus - Suriah, kini dan akan menjadi ladang pembantaaian bagi para jenderal dan anggotanya. Benar-benar Suriah menjadi tempat 'killing field' bagi pasukan Syiah, yang sekarang mempertahankan Presiden Bashar al-Assad.

Setiap hari kerugian difihak Syiah semakin besar. Suriah yang menjadi ajang perang itu, berubah menjadi tempat 'killing field' bagi milisi Syiah dan para jenderalnya. Kerugian dipihak Syiah makin bertumpuk. Kerugian manusia bagi rezim Iran dan Hesbullat sangat luar baisa. Rezim Syiah Iran dan Hesbulat harus membayar sangat mahal, mempertahankan Bashar al-Asssad.

Sekalipun sudah didukung dengan serangan udara Rusia, ratusan rudal telah dimuntahkan dan rudal balistik yang ditembakan Rusia menuju Suriah, namun itupun tidak bisa cepat mengalahkan dan menguasi kembali kota-kota yang sudah jatuh ke tangan pejuang Islam. Ambisi Teheran harus dibayar mahal. Ambisi Teheran yang ingin mencengkeram Suriah dan Irak, tidak mudah seperti membalikan tangan.

Tentu, Iran merasa kehilangan yang sangat berharga, seperti tokoh milliter Iran, yang sangat disegani dalam perang, yaitu Jenderal Farshad Hassouni Zadeh dan HamidMukhtar Band. Mereka adalah dua tokoh utama dalam Garda Revolusi yang tewas di Suriah.

Menurut laporan dari pejabat militer Iran menunjukkan bahwa Jenderal Zadeh tewas saat melakukan penetrasi ke wilayah yang dikuasai oleh para pejuang Islam di Aleppo. Zadeh merupakan penasehat utama militer rezim Syiah Alawiyyin Bashar al-Assad.

Dengan terbunuhnya dua jenderal Iran tersebut, bersamaan dengan tewasnya pemimpin Garda Revolusi Iran, Jenderal Hussein Hamdani. Menurut sebuah sumber yang mengkonfirmasi bahwa Jenderal Hussein Hamedani adalah orang kedua di jajaran pasukan elit al-Quds setelah Jenderal Qasem Soleimani.

Kerugian yang sangat menyakitkan bagi Teheran itu, dan tewasnya para jenderal Iran, dalam waktu bersamaan Iran juga kehilangan ratusan pasukan yang tewas di medan perang di Suriah. Iran mengirimkan ribuan pasukan Garda Revolusi yang terlibat dalam perang darat memperebutkan di Aleppo. Serangan udara Rusia tidak dapat banyak menolong pasukan Garda Revolusi Iran, dan Iran menderita kerugian yang sangat besar dalam memperebutkan Aleppo.

Milisi Hesbullat yang ikut menceburkan diri dalam perang di Suriah, dan menghadapi kekalahan yang tidak sedikit. Suriah menjadi tempat 'killing field' bagi milisi Hesbullat. Hesbullat sama seperti Iran, juga menderita kerugian yang tidak sedikit.

Milisi Hesbullat mengirimkan lebih 5.000 pasukan, dan terlibat dalam perang disana. Menurut sumber yang dapat dipercaya, Hesbullat sudah kehilangan lebih 1.500 anggota milisinya yang tewas di medan perang di Suriah.

Iran seperti dikuti oleh Majalah Dier Spiegel, bulan Juni, Presiden Bashar al-Assad, mengeluh, karena Iran yang mengirimkan jenderal dan pasukannya dalam perang darat, tujuannya bukan untuk mempertahankan Bashar al-Assad, tapi Iran ingin menancapkan hegemoninya di kawasan Timur Tengah. Menurut sebagian orang berpendapat bahwa Iran ingin membangkitkan kejayaan Persia dulu, dengan itu ambisi Iran ingin mencaplok seluruh Timur Tengah. Iran ingin melakukan 'Syiahisasi' diseluruh kawasan Timur Tengah. Itulah ambisi Iran.

Menlu Arab Saudi, Adel al-Zubeir, menegaskan tidak ada tempat bagi rezim Bashar al-Assad, dan tidak ada negosiasi dengan Bashar al-Assad. Tidak ada tempat bagi rezim al-Assad yang sudah begitu banyak menumpahkan darah rakyatnya. Semua negara Arab Teluk dan koalisi, bersepakat menolak keberadaan al-Assad, yang sekarang ini dipertahankan oleh Teheran dan Sekutunya sebagai boneka.

Perang di Suriah benar-benar brutal dan kejam. Sudah ribuan yang terbunuh, Tapi, belum ada tanda-tanda perang akan berakhir. Tapi, Iran mengorbankan pasukannya untuk ikut dalam perang darat, dan berdalih ingin membebaskan Suriah dari 'teroris'. Sejatinya siapa yang disebut 'teroris' oleh Teheran?
Teheran dengan sangat 'enteng', mengatakan ingin menyelamatkan Bashar al-Assad, dan memerangi 'teroris' melakukan intervensi militer ke Suriah.

Sekarang, Iran mendapatkan apa yang diinginkannya, bukan terwujudnya ambisi Iran dalam menguasai Timur Tengah dan 'Syiahisasi' terhadap kawasan yang luas dan kaya minyak itu, tapi Suriah menjadi ladang pembantaian “killing field” bagi para jenderal Iran termasuk bagi pasukan Garda Republik, Garda Revolusi, dan Hesbullat. Suriah akan menjadi pamungkas mengakhiri ambisi Iran dan kaum Syiah. Wallahu'alam. (/VI).