Setiap hari kerugian difihak
Syiah semakin besar. Suriah yang menjadi ajang perang itu, berubah menjadi
tempat 'killing field' bagi milisi Syiah dan para jenderalnya. Kerugian dipihak
Syiah makin bertumpuk. Kerugian manusia bagi rezim Iran dan Hesbullat sangat
luar baisa. Rezim Syiah Iran dan Hesbulat harus membayar sangat mahal,
mempertahankan Bashar al-Asssad.
Sekalipun sudah didukung
dengan serangan udara Rusia, ratusan rudal telah dimuntahkan dan rudal balistik
yang ditembakan Rusia menuju Suriah, namun itupun tidak bisa cepat mengalahkan
dan menguasi kembali kota-kota yang sudah jatuh ke tangan pejuang Islam. Ambisi
Teheran harus dibayar mahal. Ambisi Teheran yang ingin mencengkeram Suriah dan
Irak, tidak mudah seperti membalikan tangan.
Tentu, Iran merasa kehilangan
yang sangat berharga, seperti tokoh milliter Iran, yang sangat disegani dalam
perang, yaitu Jenderal Farshad Hassouni Zadeh dan HamidMukhtar Band.
Mereka adalah dua tokoh utama dalam Garda Revolusi yang tewas di Suriah.
Menurut laporan dari pejabat
militer Iran menunjukkan bahwa Jenderal Zadeh tewas saat melakukan penetrasi ke
wilayah yang dikuasai oleh para pejuang Islam di Aleppo. Zadeh merupakan
penasehat utama militer rezim Syiah Alawiyyin Bashar al-Assad.
Dengan terbunuhnya dua
jenderal Iran tersebut, bersamaan dengan tewasnya pemimpin Garda Revolusi Iran, Jenderal Hussein Hamdani.
Menurut sebuah sumber yang mengkonfirmasi bahwa Jenderal Hussein Hamedani
adalah orang kedua di jajaran pasukan elit al-Quds setelah Jenderal Qasem
Soleimani.
Kerugian yang sangat
menyakitkan bagi Teheran itu, dan tewasnya para jenderal Iran, dalam waktu
bersamaan Iran juga kehilangan ratusan pasukan yang tewas di medan perang di
Suriah. Iran mengirimkan ribuan pasukan Garda Revolusi yang terlibat dalam
perang darat memperebutkan di Aleppo. Serangan udara Rusia tidak dapat banyak
menolong pasukan Garda Revolusi Iran, dan Iran menderita kerugian yang sangat
besar dalam memperebutkan Aleppo.
Milisi Hesbullat yang ikut
menceburkan diri dalam perang di Suriah, dan menghadapi kekalahan yang tidak
sedikit. Suriah menjadi tempat 'killing field' bagi milisi Hesbullat. Hesbullat
sama seperti Iran, juga menderita kerugian yang tidak sedikit.
Milisi Hesbullat mengirimkan
lebih 5.000 pasukan, dan terlibat dalam perang disana. Menurut sumber yang
dapat dipercaya, Hesbullat sudah kehilangan lebih 1.500 anggota milisinya yang
tewas di medan perang di Suriah.
Iran seperti dikuti oleh Majalah Dier Spiegel, bulan Juni, Presiden Bashar
al-Assad, mengeluh, karena Iran yang mengirimkan jenderal dan pasukannya dalam
perang darat, tujuannya bukan untuk mempertahankan Bashar al-Assad, tapi Iran
ingin menancapkan hegemoninya di kawasan Timur Tengah. Menurut sebagian orang
berpendapat bahwa Iran ingin membangkitkan kejayaan Persia dulu, dengan itu
ambisi Iran ingin mencaplok seluruh Timur Tengah. Iran ingin melakukan
'Syiahisasi' diseluruh kawasan Timur Tengah. Itulah ambisi Iran.
Menlu Arab Saudi, Adel al-Zubeir,
menegaskan tidak ada tempat bagi rezim Bashar al-Assad, dan tidak ada negosiasi
dengan Bashar al-Assad. Tidak ada tempat bagi rezim al-Assad yang sudah begitu
banyak menumpahkan darah rakyatnya. Semua negara Arab Teluk dan koalisi,
bersepakat menolak keberadaan al-Assad, yang sekarang ini dipertahankan oleh
Teheran dan Sekutunya sebagai boneka.
Perang di Suriah benar-benar
brutal dan kejam. Sudah ribuan yang terbunuh, Tapi, belum ada tanda-tanda
perang akan berakhir. Tapi, Iran mengorbankan pasukannya untuk ikut dalam
perang darat, dan berdalih ingin membebaskan Suriah dari 'teroris'. Sejatinya
siapa yang disebut 'teroris' oleh Teheran?
Teheran dengan sangat 'enteng', mengatakan ingin menyelamatkan Bashar al-Assad,
dan memerangi 'teroris' melakukan intervensi militer ke Suriah.
Sekarang, Iran mendapatkan apa
yang diinginkannya, bukan terwujudnya ambisi Iran dalam menguasai Timur Tengah
dan 'Syiahisasi' terhadap kawasan yang luas dan kaya minyak itu, tapi Suriah
menjadi ladang pembantaian “killing field” bagi para jenderal Iran termasuk
bagi pasukan Garda Republik, Garda Revolusi, dan Hesbullat. Suriah akan menjadi
pamungkas mengakhiri ambisi Iran dan kaum Syiah. Wallahu'alam. (/VI).