Preman di
Saudi Arabia?
Heboh tentang kegiatan premanisme di Indonesia,yang
kadang malah posisi preman seperti lebih di takuti dibanding penegak hukum atau
aparat polisi. Sudah bukan rahasia umum lagi, jika premanisme sudah masuk ke
dalam sendi kehidupan di sekitar kita, tak usah jauh-jauh ke ibu kota jakarta,
yang kondisi sudah sangat parah.
Dimana hampir semua kegiatan hiburan malam
di daerah Kota-Mangga Besar dan sekitarnya dikuasai oleh preman, begitupun
sentra bisnis seperti pasar Tanah Abang, Pasar Kramat Jati, maupun Pasar
Induknya semua seolah-olah ada kekuatan tersembunyi yang siap mengacak-ngacak
dan minta jatah duit baik perhari maupun perbulan, jika tak di kasih
duit jangan harap lokasi bisnis tersebut aman.
Belum lagi masalah sengketa tanah atau
pembebasan lahan atau masalah parkir, Debt Colector dan lain-lain. Yang parah
lagi adalah preman yang hoby-nya malakin pedagang
kaki limaatau warung nasi sekelas warteg-pun tak
luput dari yag namanya di palakin oleh preman.
Yang jadi pertanyaan adalah, kemana aparat
terkait? Kok bisa-bisanya para preman berkuasa dan
merajalela tapi aparat pura-pura buta dan tidak tahu apa-apa? Jangan cuma hanya
menunggu laporan dari masyarakat, mestinya ya langsung aktif mencegah bentuk
premanisme sekecil apapun-tak ada kompromi dengan segala bentuk premanisme, mau
hiburan malam, mau pedagang kaki lima, semua harus aman dibawah payung hukum,
idealnya begitu.
Itu baru di Ibu kota Jakarta, bagaimana
dengan di daerah-daerah, walau tidak sekeras jakarta tetap saja tumbuh
bibit-bibit premanisme biasanya berada di sekitar terminal bus, stasiun kereta
api, maupun pusat sentra hiburan ataupun sentra bisnis.
Mestinya aparat terkait bertindak
tegas jangan pernah ada kegiatan bentuk premanisme sampai tumbuh dan
membesar, atau malah yang lebih buruk lagi antara petugas dan
preman malah saling bekerjasama bagi-bagi hasil dengan dasar saling
menguntungkan hasil
dari memeras para pedagang kaki lima dan pelaku bisnis lainnya.
Inilah yang sering terjadi di Indonesia,
walau katanya presidennya dari militer, maupun gubernur, bupati, camat dan
kepala desa dari militer sekalipun tapi kalau tak bisa menjamin keamanan ya
buat apa? Mestinya tindak tegas tanpa kompromi dan basmi bentuk premansime
sekecil apapun jerat dg UU (nah ini tugas DPR utk menggodoknya).
Kasih apresiasi berupa penghargaan bagi
daerah, baik propinsi maupun kabupaten di nominasikan tiap tahun daerah yang
paling aman dan layak di kunjungi dan bebas dari premanisme, dan ini perlu
publikasi besar-besaran agar dunia usaha-investor tertarik, siapa sih yang
tidak tertarik berkunjung ke daerah yg aman dan bebas dari premanisme
ataupun pencopet? Mau seindah dan semenarik apapun jika daerah tersebut tidak
aman orang ya tidak tertarik untuk bisnis atau berkunjung ke daerah tersebut.
Itu cerita tentang premansime di
Indonesia. Bagaimana di Saudi Arabia?
Adakah premanisme di saudi arabia? Selama
bertahun-tahun berkeja di saudi arabia, saya tidak pernah melihat ada
premanisme!
Baik itu di sentra bisnis maupun kawasan
perdangan lainnya, baik yang di pinggir-pinggir jalan biasa maupun di komplek
perdagangan tak ada orang yang datang tiba-tiba nodong minta jatah uang
keamanan.
Rebutan parkir dan lain-lain, malah kalau
urusan parkir mobil di saudi gratis dimanapun. Begitupun area sekitar
terminal yang beresiko persaingan mencari penumpang sesama sopir angkutan umum.
Apa yang anda pikirkan saat tiba di
terminal bus di saudi arabia? Tak perlu kuatir
anda di tarik-tarik atau ada copet yg mengincar dompet anda.
Saat di Terminal Bus Saptco-daerah
Corniche Jeddah, di sini ada terminal resmi antar kota, caranya jika anda
hendak beli tiket cukup mudah tinggal antri di counter yg tersedia, selanjutnya
tunjukan iqmah atau ktp Anda maka akan di data dulu di komputer dan
selanjutnya mendapat tiket resmi dengan tiket yg sudah terdata secara resmi di
komputer.
Jika tak ingin beli tiket resmi,maka tak
perlu kuatir karena di luar sekitar terminal berjibun mobil pribadi orang arab
yang menawarkan tujuan dari Jeddah-Madinah, Tabuk, Riyadh, Makkah, Taif, Dammam
dan lain-lain. Kalau yang ini tak perlu di data identitas diri kita, tinggal
negosiasi harga saja, paling-paling ditanya punya ktp tidak untuk memastikan
saja. Jika sudah 4 orang untuk jenis mobil
sedan, maka meluncurlah mobil tersebut ketempat yang dituju.
Adakah kegiatan premansime di sekitar terminal itu? Sejauh
mata memandang, tak pernah sekalipun saya meliaht sesama sopir arab ribut
gara-gara rebutan penumpang, posisi penumpang
benar-benar seperti raja, penumpang berhak pindah dan naik ke mobil manapun dan
uniknya para sopir taxi gelap itu tak pernah marah, bahwa penumpangnya di
serobot dan lain-lain. Pikir mereka rejeki sudah
dibagi masing-masing, jadi tak perlu harus baku hantam hanya masalah rebutan
penumpang.
Coba kalau di indonesia? Waduh.. Penumpang
tidak mau di seret dan dipaksa disuruh naik bus yg tidak kita inginkan.
Intinya di saudi arabia hukum sudah berjalan di jalur yang benar, sangat
jarang melihat di saudi arabia orang berantem atau main tusuk. Jika ini terjadi
hukumannya siap menanti, yakni di pancung bagi pembunuh orang yg tidak bersalah
apapun.
Tak heran karena hukum yang tegas ini premanisme tak pernah
tumbuh di saudi arabia dan rakyat bebas merdeka dari ancaman ketakutan dan
intimidasi dari para preman.
Salam hangat dari Jeddah-KSA..!
Abu Khansa Salma
sumber: