Monday, October 12, 2015

Ustadz Fuad Al-Hazimi: Fenomena Ekstrim Pengkafiran di Aljazair Berulang di Syam

Jihad
Majelis Syariah Jamaah Ansharusy Syariah, Ustadz Fuad Al Hazimi mengatakan fenomena ekstrim dalam takfir (pengkafiran,red) pada jihad Aljazair sekitar dekade 90-an, kini berulang kembali terjadi di bumi jihad Suriah. Fenomena pengkafiran ekstrim itu, sebelumnya telah dimanfaatkan oleh intelijen untuk menghancurkan jihad di Aljazair.
“Apa yang saat ini terjadi di Syam, sama buruknya dengan yang terjadi di Aljazair. Bahkan, terjadi pembaruan-pembaruan untuk menyempurnakan taktik intelijen,” katanya saat berbicara pada bedah buku Balada Jihad Aljazair, di Masjid Al-Muhajirin, Grogol, Jakarta, pada Ahad (11/10).
Menurut ustadz Fuad, fenomena ekstrim dalam takfir pada Jihad di Suriah juga diiringi dengan aksi pengeksekusian. Pertama kali yang mengalami aksi eksekusi adalah komandan Jabhah Nusrah Wilayah Raqqah, Suriah bernama Abu Saad Al-Hadrami. Ketika itu, kelompok Daulah Islam Iraq dan Syam (ISIS) dituding berada di balik aksi pengeksekusian. Awalnya, ISIS menyangkal telah membunuh Abu Saad Hadrami. Di kemudian hari, ketika ditemukan bukti, akhirnya mereka mengakui telah membunuh komandan Jabhah Nusrah.
“Ketika dituduh mereka awalnya membantah, tetapi ketika dusta mereka terbongkar. Akhirnya, mereka mengakui dengan bangga. Abu Saad Hadrami dibunuh karena dituduh murtad oleh mereka,” ujar ustadz Fuad.
Saat ini, lanjut Ustadz Fuad, kelompok ISIS bertindak lebih jauh lagi. ISIS sudah menerbitkan pembatal keislaman yang dituduhkan kepada Jabhah Nusrah. Setelah sebelumnya, fatwa murtad juga sudah diberikan kepada kelompok jihad lainnya di Suriah.
“Jabhah Nusrah dikafirkan karena bekerjasama dengan Ahrar Syam yang lebih dulu dianggap murtad,” terangnya.
Fenomena ekstrim dalam pengkafiran ini, bukan saja merugikan Jihad. Akan tetapi, menghabisi jihad itu sendiri. Sebagaimana hal itu bisa dilihat, ketika kelompok ekstrim mendahulukan serangan terhadap kelompok lain yang dituduh murtad dibandingkan dengan negara-negara kafir yang menginvasi Suriah.
“Ketika Rusia menyerang mujahidin. Faktanya, saat ini ISIS juga menyerang mujahidin,” ucap utsadz Fuad.
Maka dari itu, imbuh Ustad Fuad, pelajaran penting pada eksperimen jihad di Aljazair sangat relevan dikaji untuk melihat peristiwa yang terjadi di bumi-bumi jihad saat ini. Pelajaran berharga dalam jihad Aljazair adalah menyatunya mujahidin dan umat. Persatuan mujahidin dan umat merupakan tonggak utama kemenangan dalam perjuangan.
Strategi ini, ternyata telah dibaca oleh intelijen negara-negara thogut. Mereka pun akhirnya membuat kontra strategi untuk menghadapinya. Badan-badan intelijen, berusaha memisahkan mujahidin dengan umat dalam kancah jihad. Maka, diupayakan bagaimana citra mujahidin tidak disukai oleh masyarakat. Salah satunya, dengan menyebarkan paham ekstrim dalam pengkafiran.
“Kemudian mereka berupaya agar umat dibuat ketakutan dan mujahidin dibuat menyeramkan di mata umat,” ungkapnya.
Dukungan umat sangat penting dalam perjuangan. Bahkan, prinsip tersebut juga diyakini oleh kelompok non-Islam dalam perjuangan mereka. Seperti di Filipina, kelompok oposisi berhasil menggulingkan kekuasaan rezim saat itu melalui dukungan massa yang disebut people power. Hal tersebut juga terjadi pada Arab Spring di Timur Tengah, penguasa-penguasa tiran berhasil dijatuhkan melalui people power dengan dukungan massa.
“Ketika dukungan massa kuat, maka jihad tidak banyak mengandung kerugian.  Kemungkinan kalah juga menjadi kecil,” tandasnya.
Kenyataan itulah, kata ustadz Fuad, membuat kekhawatiran intelijen rezim-rezim tiran di mana saja. Maka, mereka berusaha menjauhkan umat dengan mujahidin.
Reporter: Bilal


Intelijen Manfaatkan Fatwa Ulama untuk Hancurkan Jihad

Sepanjang sejarah eksperimen jihad, fenomena ekstrim pengkafiran dinilai telah merugikan gerakan jihad dibandingkan fenomena paham murjiah yang enggan mengkafirkan pelaku kekufuran.
Demikian diungkapkan oleh Majelis Syariah Jamaah Ansharusy Syariah, Ustadz Fuad Al Hazimi pada bedah buku ‘Balada Jihad Aljazair’ di Masjid Al-Muhajirin, Grogol, Jakarta pada Ahad (11/10).
“Menurut Syaikh Abu Mushab As-suri, orang yang mudah mengkafirkan Muslim lebih banyak menyakiti jamaah jihad,” katanya.
Lebih dari itu, kata Ustadz Fuad, arsitek jihad global Abu Mushab As-Suri juga meyakini arahan dan fatwa para ulama dan komandan yang dimanfaatkan oleh intelijen lebih merusak Jamaah Islamiyah Musallahah dalam jihad Aljazair era 90-an dibandingkan kerja-kerja intelijen asli yang menyusup di tubuh organisasi itu.
Badan intelijen bisa memanfaatkan fatwa dan arahan para ulama, karena para ulama mendapat informasi yang sudah dibelokkan. Akibatnya, para ulama dan komandan tersebut mengeluarkan fatwa dan arahan yang membahayakan perjalanan jihad. Fatwa para ulama bukan dibelokkan teksnya, tetapi informasi yang menjadi penentu pembuatan fatwa dan arahan sudah sejak awal dibelokkan.
“Para masyayikh kadang-kadang tidak tahu waqi (realita lapangan,red). Sementara, informasi yang diterima salah. Namun, masyayikh ini di satu sisi punya legitimasi yang kuat ketika berfatwa,” ungkapnya.
Lanjutnya, para ulama pendukung jihad dan komandan mujahidin menjadi sumber kerusakan bukan karena menjadi agen intelijen. Akan tetapi, karena mereka lemah dalam siyasah syar’iyah (wawasan dan kemampuan politik,red). Sehingga, mereka sering terjebak dalam perangkap intelijen.
“Mereka bisa seperti itu karena lugu. Menghadapi penguasa dengan strategi yang kurang rapih,” cetus Ustadz Fuad.
Saat terjadi jihad di Aljazair, sebab-sebab kemenangan sebenarnya sudah ada di sana. Ketika itu, umat sudah tidak percaya dengan demokrasi dan beralih ke jalan jihad. Untuk menghadapi perlawanan umat ini, rezim thogut Aljazair tidak mendorong agar umat kembali kepada demokrasi. Rezim Aljazair justru mendorong umat masuk ke dalam gerakan jihad yang sudah dicemari oleh paham pengkafiran ekstrim.
“Mereka tidak mengajak umat kembali ke demokrasi. Justru mereka mempercepat umat menjadi gerakan penghancuran melalui jihad yang diradikalisasi,” terangnya.
Reporter: Bilal