Rakyat Turki menolak partai yang berhaluan sekuler,
liberal, nasionalis, dan komunis warisan Kemal Attaturk. Rakyat Turki lebih
memilih AKP (Partai Keadilan dan Pembangunan) yang berorientasi kepada prinsip
dan nilai Islam.
Hanya dalam waktu beberapa jam, hasil
pemilihan parlemen Turki, hasilnya sudah dapat diketahui di
seluruh dunia. Di mana Partai AKP memenangkan pemilihan parlemen, secara
mutlak, hampir 50 persen atau 49,41 persen. Kemenangan AKP ini mengulangi
kembali kemenangannya di tahun 2011. Di mana AKP menang 49,08 persen.
Partai AKP yang didirikan oleh Recep
Tayyib Erdogan, di tahun 2000, dan ikut dalam pemilu tahun 2002, secara
berturut-turut tiga kali pemilihan menang mayoritas. Ini sangat luar biasa.
Bagaimana partai yang menggunakan prinsip dan nilai Islam, begitu mendapatkan
kepercayaan dari rakyat Turki? Turki dibawah AKP berhasil menciptakan kehidupan
yang stabil, dan melakukan perubahan besarr-besaran.
Turki dibawah Erdogan dan AKP mengalami
perubahan yang sangat drastis. Di mana rakyat Turki sekarang menikmati kemajuan
di berbagai bidang kehidupan. Termasuk bidang ekonomi. Ekonomi Turki sekarang
ini, menjadi kekuatan ekonomi nomor empat diantara negara-negara Eropa.
Pemerintahan AKP secara perlahan-lahan menuju ke arah Islamisasi, meskipun
tetap mengakomodasi nilai-nilai modern.
Erdogan yang pernah sekolah "imam
dan khatib" itu bertekat
dengan segala obsesinya ingin menjadikan Turki, sebagai pusat penjuru Dunia
Islam. Saat kampanye di bulan Juni, Erdogan mengatakan ingin mengembalikan
Khilafah Turki Otsmani. Turki menjadi pusat kekuasaan Islam, dan memimpin
dunia.
Obsesi itu semakin jelas. Dengan langkah
yang diambil Erdogan. Dengan langkah yang terencana yang difinitif, dan
kebijakan-kebijakan serta strategi yang dijalankan oleh Erdogan. Erdogan bacaan
al-Qur'annya fasih dan suara yang sangat merdu itu, tidak pernah menutupi keinginannya
mengambalikan kejayaan Turki, seperti di zaman Khilafah Otsmanni.
Kemakmuran dan stabilitas yang dicapai
oleh Turki dan Partai AKP itu, belum pernah terjadi di sepanjang sejarah Turki,
dibawah partai-partai sekuler yang mengikuti ideologi sekulerisme yang pernah
di paksakan oleh Kemal Attaturk. Sejak tahun l924. Kemal Attaturk menggulingkan
Khilafah Otsmaniyah, terakhir dibawah Sultan Hamid II.
Tapi, sejak dibawah Kemal Attaturk dan
penggantinya Turki tidak pernah bisa menikmati kemakmuran dan pembangunan.
Turki selalu berada menghadapi konflik internal, dan tidak stabil. Adanya
perebutan kekuasaan silih berganti. Baru dibawah AKP, Turki mengalami kehidupan
politik yang stabil, dan berjalannya pembangunan. Militer Turki menjalankan
fungsinya sebagai alat negara.
Sekarang, Turki dengan dukungan Jerman
akan menuju anggota Uni Eropa. Ini menggambarkan status Turki, sejajar dengan
seluruh negara Eropa, dibidang ekonomi, politik, dan pembangunan. Di era AKP
pembangunan infrastruktur berkembang sangat pesat, termasuk pembangunan
infrastrukur di seluruh Turki. Erdogan membangun jaringan kereta cepat, dan
berbagai sarana transfortasi yang menghubungkan kota-kota Turki.
Standar kehidupan rakyat Turki sejajar
dengan kehidupan rakyat di negara-negara Uni Eropa. Rakyat mendapatkan
perumahan yang berstandar di negara-negara Uni Eropa. Turki membangun perumahan
yang sangat luas, dan apartemen yang menjadi hunian rakyat Turki. Benar-benar
standar hidup rakyat Turki sekarang sejajar dengan negara-negara Eropa.
Erdogan, Ahmed Davotuglo, dan AKP
berhasil mendapatkan kepercayaan rakyat Turki, dan mendapatkan dukungan politik
hampir 50 persen. Ini sebuah kemenangan yang sangat bersejarah bagi AKP yang
keempat kali dalam pemilu.
Dengan memenangkan suara mayoritas mutlak,
maka AKP akan mengubah konstitusi dan seluruh aturan di Turki, dan menuju
negara yang maju dan sejajar dengan negara maju manapun di dunia.
Hasil pemilu parlemen 1 Nopember,
kemarin : AKP mendapat hampir 50 persen suara dengan 316
kursi, CHP 25 persen suara
dengan 134 kursi, MHP 11,93 persen
suara dengan 41 kursi, dan HDP 11,70 persen
suara dengan 59 kursi. Partai sekuler, liberal, komunis, dan nasionalis,
mengalami kemunduran dalam perolehan suara, dibanding pemilu bulan Juni lalu.
Komposisi hasil pemilu itu
menggambarkan bagaimana perubahan sikap rakyat Turki, dan kembali menjatuhkan
pilihannya kepada Partai AKP. Hal ini akan memberikan stabilitas Turki dalam
membangun masa depannya. Rakyat Turki sudah merasakan hasilnya selama lebih
satu dekade dibawah AKP.
Rakyat Turki yang memilliki hak pilihnya
56,965,099 juta, dan yang menggunakan hak pilihnya 48, 180, 515, sedangkan
suara yang sah 47,495,941. Seluruh rakyat Turki yang menggunakan hak pilihnya
99,58 persen. Hanya dalam waktu singkat beberapa jam saja, seluruh dunia sudah
dapat melihat hasil pemilu parlemen Turki.
Ahmed Dovutoglu mengatakan, 'Kemenangan
ini bukan milik kita (AKP), tapi milik bangsa dan seluruh rakyat Turki”, tegas
Ahmed Dovutoglu di depan ratusan ribu rakyat Turki, yang menyambut kemenangan
AKP, menjelang malam, Minggu, 1/11/2015.
Selanjutnya, Ahmed Dovutoglu berbicara
di Konya sebelum menyampaikan pidato kemenangan di ibukota Ankara. Dia
mengingatkan pemilih AKP, dan mengatakan: "Jangan terprovokasi",
ucapnya. "Hari ini, anda akan menyapa tetangga anda, dan anda akan
merangkul saudara anda lebih dari sebelumnya. Anda tidak akan terprovokasi
", tambahnya.
Davutoglu juga menyampaikan kepada para
pendukung lawan politiknya, mengatakan mereka tidak harus merasa bahwa mereka
kalah dalam pemilihan: "Tidak ada yang kalah hari ini, yang ada semuanya
pemenang, dan pemenangnya adalah bangsa kita, republik kita, demokrasi kita”,
tambahnya.
Erdogan, Ahmed Dovutoglu, dan AKP
menghadapi ujiran luar biasaa, hanya berselang beberapa minggu, sebelum pemilihan
parlemen Turki, terjadi pemboman yang sangat dahsyat, saat berlangsung aksi
damai yang dilakukan aksi demonstrasi damai oleh kelompok pendukung Kurd,
di Ibukota Ankara. Lebih 100 orang tewas, dan lebih 300 orang luka.
Semua pengamat politik menyimpulkan
pemboman di ibukota Ankara itu akan menamatkan Erdogan, Dovutoglu dan AKP.
Apalagi, Erdogan sudah difatwakan "murtad" dan "kafir"
dengan memilih jalan demokrasi, seperti Muhamad Mursi. Tapi, ternyata
rakyat Turki tetap percaya kepada Erdogan, Dovutoglu, dan AKP. Kemenangan
Erdogan, Ahmed Dovutoglu, dan AKP bakal mempengaruhi situasi regional yang
penuh konflik seperti yang terjadi di Suriah, Irak, dan Palestina.
Zionis-Israel berulangkali ingin
meghancurkan Erdogan dan AKP dengan menggunakan kelompok separatis Kurdi.
Karena Erdogan dan Dovutoglu mendukung perjuangan Palestina dan Hamas.
Erdogan dan Dovutoglu berulangkali bertemu dengan Ketua Biro
Politik Khaled Misy'al di Ankara dan Istambul. Turki satu-satunya negara yang
memiliki komitmen yang teguh membela perjuangan rakyat Palestina.
Membandingkan antara Turki dengan
Indonesia. Seperti langit dan bumi. Indonesia sudah 70 tahun merdeka.
Rakyat tambah mlarat. Makan nasi aking (basi). Penduduk yang mlarat terus
bertambah. Pengangguran berjibun. Bukan berkurang. Rakyat masih banyak
yang tinggal di kolong jembatan, emper toko, bantaran kali, dan
pinggir rel kereta. Kemudian, mereka digusur seperti binatang,
tanpa rasa belas kasihan dan perikemanusiaan.
Hanya para pejabat dan pemimpin partai
yang perutnya kenyang dan buncit. Mereka hidup mewah, bergelimang harta.
Dengan menjual negara kepada "Asing dan A Seng".
Sedangkan rakyat tetap mlarat. Mereka mengeruk uang rakyat melalui APBN.
Sementara itu, pemilu hanya menjadi ajang menipu rakyat. Nasib rakyat di jajah
dan diperbudak “Asing dan A Seng”, dan menjadi bangsa yang hina.
Mulai zaman Soekarno sampai era Jokowi,
partai-partai sekuler, nasionalis, dan liberal, tak dapat membuat rakyat
menjadi lebih makmur dan bahagia. Rakyat tambah miskin dan mlarat. Setiap
pemilihan partai-partai dan pemimpinnya, selalu mengatakan ingin memakmurkan
dan mensejahterakan rakyat.
Sudah 70 tahun merdeka. Tapi kemakmuran
dan kesejahteraan tidak pernah ada. Begitulah hidup dibawah partai-partai yang
sekuler, seperti di Indonesia. Dengan slogan dan janji yang terus digelorakan
itu, tak pernah ada yang nyata dirasakana rakyat. Semuanya hanya menipu rakyat,
dan membuat sengsara terhadap rakyat. Mereka yang mengaku pemimpin itu,
hakekatnya para penjahat yang berkedok “pemimpin”. Wallahu'alam.