Saturday, November 14, 2015

Syiah Mengkambinghitamkan Ibnu Taimiyah


Saya terlibat diskusi dengan orang Syiah. Kali ini semakin terlihat betapa dangkalnya pemikiran orang syiah. Hanya karena mengutip perkataan Imam Ibnu Taimiyah, saya kemudian dituduh Wahabi oleh mereka. 

Pertama, keadaan mereka seperti pepatah yang mengatakan, gajah dipelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak. Mereka meributkan perkataan Imam Ibnu Taimiyah yang hanya satu kutipan, tapi anehnya tidak meributkan perkataan ulama-ulama lainnya seperti Imam Syafi'i, Imam Malik, dan Imam Ahmad. 
Mengapa? Karena mereka takut kalau mereka menyerang para Imam Madzhab itu belang syiah mereka akan terlihat. Mereka menyadari psikologis kaum muslimin saat ini yang sangat kuat berpegang kepada imam madzhab yang empat. Menyerang 4 imam sama saja dengan menyerang ahlus sunnah yang hakiki, meskipun pada dasarnya ahlus sunnah itu bukan hanya dari empat imam saja. 

Akhirnya mereka menyerang ulama yang paling besar perbedaan pendapatnya dengan kalangan penganut akidah asyariyah dan maturidiyah. Yaitu Imam Ibnu Taimiyah. Dengan demikian,serangan mereka terhadap orang-orang yang anti syiah seolah dilancarkan oleh kaum ahlus sunnah sendiri. Pada akhirnya sesama ahlus sunnah saling bentrok sendiri. Sementara akar permasalahan tentang pemikiran Syiah tidak dikemukakan lebih lanjut. Sampai disini, orang syiah berhasil membelokkan masalah yang sesungguhnya. Di satu sisi, mereka tetap mengemukakan pemikirannya yang sesat, di sisi lain mereka mengadu domba sesama kalangan ahlus sunnah.

Kedua, orang syiah memberi gelar orang yang mengutip perkataan Ibnu Taimiyah dengan sebutan Wahabi. Saya heran, apa hubungan langsung antara Ibnu Taimiyah dengan Wahabi? Seolah Ibnu Taimiyah itu penganut Wahabi. Padahal Ibnu Taimiyah hidup sebelum pendiri "Wahabi" itu hidup. 

Kalau memang orang yang mengutip perkataan Ibnu Taimiyah disebut Wahabi, tentu orang-orang Islam Liberal seperti Prof. Fazlur Rahman dan Prof. Nurcholis Majid adalah penganut Wahabi. Prof. Fazlur Rahman pernah memuji Ibnu Taimiyah dengan sebutan "neo sufism" dan Prof. Nurcholis Majid menulis desertasi doktoralnya tentang pemikiran Ibnu Taimiyah. 

Orang-orang Jamaah Tabligh dengan tokohnya seperti Syaikh Maulana Kandahlawi dalam bukunya banyak mengutip perkataan Imam Ibnu Taimiyah dan Imam Ibnul Qayyim. Bahkan tokohnya yang lain, yakni Syaikh Abul Hasan An-Nadwi menulis buku biografi tentang Imam Ibnu Taimiyah. Sementara itu dikalangan Wahabi itu sendiri, Jamaah Tabligh sering dikritik sebagai jamaah yang banyak bid'ahnya. 

Begitupun dengan Jamaah Ikhwanul Muslimin yang banyak dikritik dan dihujat oleh kalangan Wahabi, banyak mengutip pemikiran Imam Ibnu Taimiyah dan murid-muridnya. 

Kesimpulannya, Imam Ibnu Taimiyah adalah milik kaum muslimin. Bukan milik orang-orang Wahabi semata. Murid-murid Imam Ibnu Taimiyah di antaranya: Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, Imam Ibnu Katsir, Imam Ibnu Rajab, dan Imam Adz Dzahabi. Banyak karya-karya Imam Ibnul Qayyim condong pada tasawuf seperti kitab Madarijus Salikin, Ighatsul Lahfan dan Al Jawabul Kafi. Imam Ibnu Katsir terkenal dengan karyanya Tafsir Ibnu Katsir dan Al Bidayah wan Nihayah yang dijadikan rujukan seluruh kaum ahlussunnah tidak terkecuali. Begitupun Imam Adz Dzahabi dikenal sebagai ahli hadits yang diakui oleh para ulama ahlussunnah.