Saya terkejut dan heran
dengan pernyataan Syaikh Mukhtar Jumah, menteri agama-nya rezim kudeta, bahwa
boleh mendoakan keburukan untuk mursi dan tidak boleh mendoakan keburukan untuk
as sisi. Karena mursi adalah presiden yang sah, sedangkan As Sisi adalah
presiden yang sah.
Fakta seperti apakah dia bisa berkata seperti itu? Secara fakta bagi orang yang
berakal sehat bahwa pernyataan seperti itu ibarat orang yang terbalik akalnya
alias gila. Mursi adalah presiden yang dipilih oleh rakyat. Sedangkan as sisi adalah presiden yang
diraih dengan kekerasan dan kezaliman. Mursi adalah orang saleh. Sedangkan as
sisi adalah orang zalim.
Lalu saya mengingat sejarah tentang ulama-ulama su' (buruk) diseputar penguasa. Ternyata
jumlah mereka tidak sedikit. Merekalah yang turut andil melegitimasi penyiksaan
penguasa atas ulama-ulama saleh seperti terhadap Imam Ahmad bin Hanbal, Imam
Ibnu Taimiyah, Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah, dan Imam Hasan Al Banna.
Bagaimana bisa legitimasi itu terjadi? Bukankah mereka orang-orang yang
berilmu? Dan bukankah orang-orang yang berilmu adalah orang yang takut kepada
Allah, sebagaimana disebutkan dalam surat al fathir?
Lalu kemudian saya bercermin pada sebuah hadits, “Barangsiapa yang bertambah ilmunya
tapi tidak bertambah hidayahnya, maka dia tidak bertambah dekat kepada Allah
melainkan bertambah jauh."
Ulama su' bisa jadi adalah orang yang berilmu tinggi. Tapi ilmunya itu tidak
membawanya dekat kepada Allah. Tidak membawa kebaikan untuk dirinya maupun
untuk umat.
Ulama su’ pada umumnya adalah ulama yang bukannya mendekati Allah ta’ala namun
mendekati para penguasa.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, dari Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa mendatangi pintu
penguasa maka ia akan terfitnah.” (
HR. Abu Dawud).
Diriwayatkan dari Abu Anwar as-Sulami r.a, ia berkata, “Rasulullah saw.
bersabda, ‘Jauhilah pintu-pintu penguasa, karena akan menyebabkan kesulitan dan
kehinaan‘,”
Larangan bagi para ulama untuk “mendatangi pintu pengusaha” bukanlah larangan
datang ke tempat penguasa atau larangan bekerjasama dengan penguasa bagi
kepentingan masyarakat
Larangan bagi para ulama untuk “mendatangi pintu penguasa” adalah larangan
dalam kalimat majaz yang artinya larangan bagi para ulama untuk “membenarkan”
tindakan atau kebijakan penguasa yang bertentangan dengan Al Qur’an dan As
Sunnah. Pembenaran ini ada kaitannya dengan materi atau kepentingan duniawi.
Di Mesir saat ini telah terlihat, setelah sebelumnya di masa mursi samar
terlihat, ulama-ulama su'. Maka salah satu doa Syaikh Muhammad Jibril saat
mengingami shalat tarawih di masjid amr bin ash mesir beberapa hari lalu,
selain memohon laknat untuk penguasa yang zalim, juga untuk para ulama su' yang
menjadi pengikut penguasa yang zalim. Begini doanya: “Ya Allah, siksalah orang-orang
yang telah menjadi kejam, termasuk di dalamnya para syaikh yang menjadi
pengikut penguasa kejam.”
Aamiin