Mer-C
Mengajari Kita Tentang Gaza dan Aleppo
Oleh Pega
Aji Sitama
Besok
kalau ada serangan udara ke wilayah Gaza, bahkan misalnya mengenai rumah sakit
lapangan lembaga “kemanusiaan” asing tertentu (sebut saja Marsih), jangan
terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa hal itu dilakukan oleh “Israel”.
Melainkan harus buat teori konstipasi dulu, eh konspirasi.
Yaitu ada
kemungkinan kuat serangan itu dilakukan oleh AU Mesir dan Yordania. Begini
penguat teori konstipasinya:
1. Hamas
adalah anak ideologis IM yang ditolak negara-negara Arab. seperti Mesir dan
Yordania, bahkan sempat dianggap sebagai “teroris”
2. Selain
“Israel”, Mesir dan Yordania juga punya pesawat jet F-16, jenis yang biasa
berputar-putar di langit Gaza.
3. Mesir dan Yordania sama-sama telah mengakui kedaulatan “Israel”
sebagai bagian dari perjanjian damai.
4. Mesir
dulu mengontrol Gaza dan Yordania memiliki tepi Barat sampai saat terakhir.
5. Kedua
negara ini dan “Israel” memilki koordinasi teritori dan keamanan, khususnya di
sisa-sisa Palestina.
Sementara
menurut hukum internasional, keberadaan lembaga Marsih di Gaza adalah ilegal,
karena tidak berkoordinasi dengan negara berdaulat menurut hukum internasional
seperti “Israel”. Justru Marsih berkoordinasi dan bekerja di bawah izin
kelompok Hamas yang dianggap “teroris” oleh banyak negara.
Mengapa saya mengambil
kesimpulan dengan skenario seperti ini?
Jawabannya saya
belajar dari tokoh “kemanusiaan” dari lembaga Mer-C
Indonesia dalam memandang
insiden serangan udara di Aleppo.
Dimana
beberapa tokoh Mer-C yang aktif di Facebook seperti Jose Rizal Jurnalis dan
tokoh Syiah Dina Y. Sulaeman sama sekali tidak percaya bahwa rezim Assad
mengebom Aleppo secara brutal, dimana lebih mengerikan daripada aksi “Israel”
di Gaza (ingat, senjata-senjata Assad adalah produk perang dingin).
Red : Maulana Mustofa
http://www.antiliberalnews.com/2016/05/06/mer-c-mengajari-kita-tentang-gaza-dan-aleppo/
http://www.antiliberalnews.com/2016/05/06/mer-c-mengajari-kita-tentang-gaza-dan-aleppo/
Hamas
Kutuk Pembantaian di Aleppo ( untuk Mer-C yang gemar
dagangan Gaza )
Gerakan perlawanan Islam Hamas, mengutuk pembantaian berdarah
di kota Alepo Suriah yang dilakukan pesawat tempur tentara rezim Suriah Bassar
Assad sejak beberapa hari terakhir.
Anggota dewan partai Hamas di parlemen Palestina,
Ezat Rasyiq mengatakan, telah terjadi pembantaian besar-besaran, puluhan orang
meninggal syahid.
"Kami mengecam apa yang menimpa masyarakat
sipil dan orang luka. Kami mengungkapkan kepedihan kami atas berlanjutnya
pertumpahan darah rakyat Suriah," ujar Rasyiq.
Sementara itu, Jubir Hamas dalam pernyataan
persnya hari Ahad (1/5) mengatakan, "kami mengutuk apa yang terjadi di
Alepo Suriah. Itu merupakan pembantaian berdarah yang mengakibatkan puluhan
orang meninggal dan lainya luka-luka."
Sejak 21 April kemarin, kota Alepo dihujani
roket-roket rezim Suriah dan tentara Rusia. Tidak ada rumah sakit yang bisa
menampung mereka, menyusul kondisi kemanusiaan di sana.
Inilah yang menyebabkan PBB mengungkapkan kekhawatirannya
dan menganggap pembantian tersebut sebagai pelanggaran secara terang-terangan
terhadap undang-undang internasional soal kemnanusiaan.
Sumber: Infopalestina.com
http://www.portalpiyungan.com/2016/05/hamas-kutuk-pembantaian-di-aleppo.html
http://www.portalpiyungan.com/2016/05/hamas-kutuk-pembantaian-di-aleppo.html
Seperti Rusia, Netizen
Pro-Rezim Assad Indonesia Gagal
Serang Mujahidin Suriah
Rumah Sakit Dabith pasca dibom rezim Assad (Foto: Abdullah Hadi)
Ketika dunia ramai-ramai
melirik Aleppo yang berdarah, pihak rezim dan sekutunya menggencarkan
counter-attack dan playing
victim dengan
berbagai cara. Salah satunya adalah dengan membuat insiden pengeboman rumah
sakit tandingan Al-Quds Aleppo. Mereka juga menyebarkan berita bahwa
penyerangan mematikan itu dilakukan oleh Mujahidin Suriah. Hal ini kemudian
diikuti pihak proxi rezim di Indonesia, salah satunya bernama Abdullah Ade,
namun kembali, atas kuasa Allah Ta’ala usaha makar tersebut tidak berhasil,
seperti kegagalan Rusia.
Pada Rabu (4/5/2016), Hadi Abdullah, jurnalis revolusi Suriah
melaporkan bahwa rumah sakit yang berada di wilayah kontrol rezim di Hayy
Dhabith terkena serangan roket. Dilaporkan bahwa media rezim komunis syiah
Suriah dan pendukungnya melayangkan tuduhan bahwa mujahidin sebagai pelakunya.
Mereka mengarang cerita bahwa mobil berpeledak kelompok pemberontak menghantam
rumah sakit tersebut. Padahal tidak ada bukti nyata dari tuduhan ini.
Tuduhan juga telah ditepis oleh kelompok perlawanan di Aleppo.
Mujahidin sudah menyatakan tidak akan menjadikan penduduk sipil yang berada di
bawah kekuasaan rezim assad sebagai target serangan.
“Lalu siapa pelakunya? Tidak lain tidak bukan adalah kelakuan
milisi bedebah Assad sendiri. Dilihat dari lokasi kerusakan dan datangnya roket
adalah dari arah barat rumah sakit. Sementara jarak terdekat dari wilayah yang
dibebaskan di wilayah barat mujahidin adalah kurang lebih 6 KM. Dan ini
mustahil dilakukan mujahidin,” ujar Hadi, seperti dikutip relawan MMS, Cak
Ihsanul Faruqi.
Tujuan dari rezim melakukan serangan di wilayahnya sendiri adalah
untuk mengalihkan isu kebiadaban yang beberapa hari ini mereka lakukan terhadap
Ahlussunnah sipil di Aleppo. Juga mereka tengah berusaha melakukan playing victim di hadapan dunia internasional.
Pro-Assad Indonesia Beo Rusia
Langkah playing victim dan pengelakan juga dilakukan proxi
Syiah di Indonesia dengan mengerahkan “pasukan media sosialnya.”
Serangan proxi Assad ini menjamur saat lini masa berbagai media
sosial dipenuhi aksi simpati berbagai kalangan peduli kemanusiaan Suriah lintas
SSARA dengan tanda-pagar #AleppoIsBurning guna menyerukan bantuan kemanusiaan
kepada masyarakat dunia agar menolong Aleppo yang difatwakan Mufti pro-Assad
untuk dimusnahkan. Mereka dengan berani memutarbalikkan fakta di lapangan
dengan menuduh pejuang revolusi sebagai pihak yang menyebabkan krisis
kemanusiaan di Aleppo saat ini.
counter-attack netizen pro-Assad yang gagal
Termasuk dalam operasi playing victim kali ini berupa pembelokkan fakta
penyerangan Rumah Sakit Dabith yang dilaporkan jurnalis Hadi Abdullah di atas.
Adalah Abdullah Ade yang dikenal sebagai kubu Syiah yang menyusupi ormas
Islam raksasa Aswaja mengatakan
bahwa Jabhah Nushrah merupakan pihak yang menyerang RS Dabith.
Namun, lagi-lagi usaha membeo itu tidak berhasil seperti yang
dialami Rusia saat gagal mengelak mengebom RS Al-Quds Aleppo dengan
membuka aibnya sendiri yang telah menargetkan sarana publik warga sipil itu
sejak Oktober 2015.
Kali ini, Abdullah Ade malah memperlihatkan aibnya sendiri yang
tidak memahami geopolitik dan faksi jihad Suriah dengan menyebut pelaku
pengeboman RS Dabith adalah Jabhah Nushrah sambil mencatut foto sembarang faksi
Jihad Jaysul Islam, atau lebih tepatnya lagi “ketahuan bahwa dia tidak bisa
membaca huruf Hijaiyah.”
Dengan demikian, hal ini mempbuktikan bahwa upaya counter-attack
proxi Syiah di media sosial Indonesia tidak membuahkan hasil. Namun, sebagai antisipasi,
kita sebagai ahlussunnah harus lebih berhati-hati dalam memilih berita terkait
Jihad Suriah khususnya dan berita dunia Islam umumnya, agar tidak salah dalam
keberpihakan dan terus menyampaikan kebenaran kepada masyarakat di Indonesia.
Red: Adiba Hasan
Mengelak Pengeboman RS Aleppo,
Kemenhan Rusia Malah Bongkar Aib Sendiri Targetkan Warga Sipil
Foto satelit RS Al-Quds Aleppo 29/4/2016 pasca pengeboman
Kementerian Pertahanan
Rusia telah membantah laporan relawan kemanusiaan bahwa pasukan Rusia
menggencarkan serangan udara pada 27 April di sebuah rumah sakit di Suriah
Aleppo, seperti dikatakan juru bicara Kementerian Pertahanan Igor Konashenkov,
Rabu (4/5/2016). Namun keterangan foto yang disampaikannya malah membongkar
spionase Rusia untuk menargetkan sarana publik, termasuk Rumah Sakit Al-Quds di
Aleppo.
Pemberitaan tentang pengeboman RS Al-Quds oleh MSF
April lalu, lembaga kemanusiaan internasional Doctors Without
Borders (MSF) mengatakan bahwa 50 orang tewas dalam satu serangan udara rezim
dan sekutunya yang menghantam rumah sakit al-Quds di kota Suriah Aleppo.
Berita tentang pengeboman
rumah sakit Al-Quds dilansir oleh banyak media internasional. Berbagai media
mengatakan tragedi kemanusiaan itu sebagai bukti kegagalan gencatan senjata
Suriah Rusia dan AS.
Menyangkal kenyataan itu, Konashenkov mengatakan, “…Kami memeriksa
informasi ini, dan hari ini kami akan menunjukkan kepada Anda gambaran nyata
berdasarkan data (satelit) pengintai.”
Kemenhan itu kemudian memperlihatakan gambar pertama yang secara
jelas menunjukkan rumah sakit yang hancur, seperti diketahui publik dari
berbagai media pro-revolusi.
Sambil menunjukkan foto hasil pengintaian Rusia yang diambil pada
29 April itu, dia mengaku, “Ini adalah fakta yang tak terbantahkan tidak ada
yang menyangkal.”
Lalu dia
menyandingkannya dengan gambar kedua yang diakuinya sebagai foto hasil
pengintaian satelit Rusia yang menggambarkan gedung rumah sakit dengan
kerusakan di tempat-tempat identik dengan foto pertama, namun, yang satu ini
ujarnya diambil pada Oktober 2015.
Foto hasil pengintaian Rusia pada Oktober 2015 terhadap RS Al-Quds
“Foto-foto ini jelas
menunjukkan bahwa semua dugaan ‘saksi mata’ tentang sebuah serangan udara di
rumah sakit (Al-Quds) adalah palsu. Komentar lebih lanjut tidak diperlukan,” kata
Konashenkov.
Tanpa menyadarinya, Kemenhan Rusia itu telah melakukan sebuah logical fallacy, karena foto
kedua yang ditampilkan ternyata sama persis hingga ke detil kerusakannya, namun
diambil dari sudut penginderaan yang berbeda. Lebih fatal lagi, dengan mengakui
bahwa ini diambil dengan satelit pengintai pada Oktober 2015, berarti Rusia
mengaku kepada dunia bahwa sudah melakukan pengintaian terhadap RS Al-Quds
sejak tahun lalu.
Ini menunjukkan bahwa pada titi mangsa tersebut Rusia telah pernah
mentargetkan lokasi yang sama dengan sudut pengintaian serupa. Alih-alih
berhasil menutupi pengelakannya, Rusia telah membongkar kejahatannya sendiri
dengan menargetkan Rumah Sakit Al-Quds sebagai sarana publik yang digunakan
warga sipil.
Atas serangan itu, sumber-sumber lokal menyalahkan pemerintah
Suriah dan Rusia, yang mendukung Presiden Bashar Assad. Namun, tanpa malu,
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa pesawat militer Rusia tidak
melaksanakan serangan udara di Suriah pada hari-hari terakhir, sementara Syiah
Damaskus menyalahkan pihak oposisi sebagai “kelompok teroris” yang melakukan
pengeboman.
Red: Adiba Hasan
Menggelikan, Jenderal Rusia tuduh Jabhah Nushrah telah menyerang
kamp pengungsi yang hancur karena serangan udara di Idlib
Sabtu, 29 Rajab 1437 H / 7 Mei
2016 07:00
Jenderal Rusia, Igor Konashenkov pada Jum’at (6/5/2016)
menuduh Mujahidin Jabhah Nushrah telah menargetkan kamp pengungsi yang terletak
di pedesaan utara Idlib dengan serangan udara. Sebuah klaim menggelikan yang
sangat tidak berdasar.
Kantor berita Rusia Interfax mengutip pernyataan Konashenkov yang mengatakan: “Melihat
kehancuran kamp yang terletak di dekat kota Sarmada, menunjukkan bahwa Jabhah
Nushrah mungkin sengaja atau tidak sengaja melancarkan pemboman”.
Menurut puluhan kesaksian dari para
pengungsi yang selamat dalam serangan pengecut tersebut, setelah menargetkan
kamp, jet tempur menargetkan tenda-tenda pengungsi dengan empat rudal yang
membunuh dan melukai puluhan orang, lansir ElDorar AlShamia.
Pernyataan oleh Jenderal Rusia datang
beberapa hari setelah media Rusia, Russian TV mempublikasikan video pembantaian yang
dilakukan oleh jet tempur rezim Asad di lingkungan Aleppo, mendorong aktivis
Suriah untuk menyindir Rusia dengan pertanyaan: “Apakah Rusia akan segera
mengklaim salah satu jet tempur Jabhah Nushrah yang telah melakukannya?”
Seperti diketahui, dalam perang Suriah,
hanya pasukan rezim Nushairiyah dan sekutunya Rusia, serta pasukan koalisi
pimpinan AS yang melancarkan serangan menggunakan jet tempur dan sering dengan
sengaja menargetkan lokasi-lokasi sipil. (haninmazaya/arrahmah.com)
Rezim
Suriah Tidak Terima Dituduh Serang Kamp Pengungsi di Idlib??
MILITER Suriah Jumat kemarin (6/5/2016) membantah
keterlibatan mereka dalam serangan udara yang menewaskan sedikitnya 28 warga
sipil di sebuah kamp pengungsi dekat perbatasan Turki, media pemerintah
mengatakan.
“Tidak ada kebenaran dalam informasi
yang beredar di beberapa media bahwa angkatan udara Suriah menargetkan kamp
pengungsi di provinsi Idlib pada hari Kamis,” kantor beritaSANA mengutip
pernyataan pihak militer.
Rezim Suriah justru balik menuduh bahwa
pejuang oposisi lah yang menyerang warga sipil, AFP melaporkan.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang
berbasis di Inggris, mengatakan perempuan dan anak-anak termasuk di antara 28
warga sipil yang tewas di kamp di desa Al-Kammouna.
Mamun al-Khatib, direktur kantor berita
pro-pejuang Shahba Press yang berbasis di Aleppo, menuduh pesawat rezim yang
menembakkan rudal ke kamp tersebut.
Amerika Serikat dan Uni Eropa mengecam
serangan itu, sementara pejabat bantuan PBB menuntut adanya penyelidikan
segera.[fq/islampos]
Ban: DK PBB Harus Ambil
Tindakan atas Serangan Kamp
Pengungsi Suriah
SEKRETARIS Jenderal
PBB Ban Ki-Moon Jumat kemarin (6/5/2016) mengatakan bahwa harus ada konsekuensi
serius untuk serangan terhadap sebuah kamp pengungsi di Suriah, lapor Anadolu Agency.
Ban
sangat marah dengan serangan di kamp pengungsi dekat desa Suriah Sarmada di
provinsi Idlib pada Kamis lalu yang menewaskan sedikitnya 28 orang, termasuk
perempuan dan anak-anak.
Kamp
itu merupakan rumah bagi pengungsi Suriah dari Aleppo, Idlib dan Latakia. Jarak
kamp kira-kira 20 kilometer (12 mil) selatan dari perbatasan Turki dan sekitar
30 kilometer (20 mil) sebelah barat Aleppo.
Dalam pernyataannya
Ban juga mendesak Dewan Keamanan PBB untuk bertindak atas serangan tragis
tersebut.
“Mereka
yang bertanggung jawab atas serangan kemarin tampaknya sengaja menargetkan
warga sipil di kamp Idlib dan ini bisa merupakan kejahatan perang yang harus
ada pertanggungjawabannya,” menurut pernyataan Ban.
Ban
menambahkan bahwa PBB telah bekerja dengan mitra kemanusiaan untuk menilai
kebutuhan dan memobilisasi respon untuk keluarga yang melarikan diri dari kamp
itu karena takut adanya serangan lebih lanjut.[fq/islampos]