Kamis, 5 Mei 2016 05:01
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) melalui majelis fatwa
dan kajian mengadakan daurah dengan tema “Naqdh Aqo’id Asy Syi’ah Al Imamiyah”
hadir sebagai pemateri seorang pakar ajaran Syi’ah, Syaikh Ali bin Abdullah Al
Amary.
Acara yang dihadiri 150-an peserta dari seluruh Indonesia ini
berlangsung mulai Rabu hingga Jumat (4-6/5/2016) di hotel Balairung, Jakarta.
Materi yang dibahas adalah tentang ajaran Syi’ah ditimbang dari Al Qur’an dan
Hadits Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam.
Pada
Rabu siang, Syaikh Ali Amary memaparkan tentang asal usul berdirinya Syi’ah.
Dimana ajaran ini dibawa oleh seorang Yahudi yang mengaku-ngaku masuk Islam.
“Abdullah bin Saba’ yang membawa ajaran Syi’ah, yang pokok ajarannya adalah
mengkafirkan para sahabat nabi,” kata Syaikh Ali.
Ajaran
Syi’ah, kata beliau dipenuhi dengan laknat kepada para sahabat nabi.” Abu Bakar
dan Umar dijuluki sebagai Aljibtu wat thoghut,” ungkap beliau.
Syi’ah
sendiri sebanarnya bermacam-macam, totalnya ada puluhan aliran yang sesama
mereka saling menyalahkan dan mengkafirkan.
“Ada
73 kelompok Syi’ah dan mereka itu saling mengkafirkan satu dengan yang
lainnya,” paparnya.
Menurut
Syaikh Ali, ada Syi’ah yang dekat dengan Ahlussunnah, yaitu Syiah Zaidiyah,
mereka menerima kepemimpinan Abu Bakar dan Umar.
“Syi’ah
yang lainnya seperti Rafidha, Hutsi dan Jarudiyah melakukan pengkafiran kepada
sahabat nabi,” terangnya.
Berbeda
dengan Ahlussunnah, Syi’ah meyakini ajarannya bahwa konsekwensi cinta kepada
ahlul bait adalah membenci sahabat nabi.
“Kami
Ahlussunnah mencintai ahlul bait juga mencintai sahabat nabi semuanya,”
jelasnya.
Terkait
dengan kekuatan Syiah saat ini, Syaikh Ali mewasiatkan agar umat Islam
Ahlussunnah memahami betul akidah yang benar. “Ketika masyarakat tahu bahayanya
Syi’ah maka mereka tak mungkin akan bisa tertarik dengan ajarannya,” tegasnya.
Menjelaskan
kondisi Iran, yang notabene adalah negara Syi’ah, Syaikh Ali mengatakan bahwa
tak ada masjid Ahlussunnah berdiri tegak disana. Muslim Sunni yang ingin sholat
di masjid harus sembunyi-sembunyi.
“Kalau
mau sholat harus datang ke masjid di komplek Kedubes Saudi dulu,” paparnya.
Syi’ah
juga menaruh benci yang besar kepada Ahlussunnah. Dimana mereka mau bergaul
dengan siapapun, meskipun dengan orang Yahudi dan Nasrani, tapi tidak mau
dengan Ahlussunnah.
“Mereka
punya ribuat website, tak ada satupun bantahan kepada Yahudi dan Nasrani. Tapi
kepada Ahlussunnah mereka terus memberikan bantahan,” tandasnya. (ibnu)
Mungkinkah Sunni-Syiah
Bergandeng Tangan?
Jumat,
6 Mei 2016 18:19
Daurah yang diselenggarakan oleh Majelis Dakwah dan Kajian
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) mulai Rabu-Jumat (4-6/5/2016) di
Jakarta berlangsung lancar.
150 peserta mendengarkan materi yang diampaikan Syaikh Ali
bin Abdullah Al Amary dengan antusias. Ulama muda asal Arab Saudi ini
menjelaskan materi dengan bahasa Arab fusha, panjang
lebar membahas tentang kesesatan akidah Syiah ditimbang dengan Al-Qur’an dan
Hadits.
Diakhir
sesi, Syaikh Ali mengingatkan kembali akan bahaya Syiah, dan umat Islam
hendaknya tidak terkecoh dengan tipu daya Iran, yang notabene adalah negara
Syiah.
“Banyak
yang tertipu dengan sikap Iran kepada Israel. Seolah Iran sangat memusuhi
Israel,” kata Syaikh Ali.
Padahal,
apa yang dilakukan oleh Iran hanyalah sebuah sandiwara belaka, tak pernah bisa
dibuktikan.
“Sudah
puluhan tahun Iran mengancam akan menghancurkan Israel, tapi nyatanya tak ada
satu rudal pun yang ditujukan kepada Israel,” terang Syaikh Ali.
Sikap
Iran yang terlihat berani kepada Israel, membuat banyak orang tertipu sehingga
banyak yang mendukung Iran.
“Negara
Syiah Iran banyak disanjung oleh umat Islam. Masih banyak yang belum tahu
hakikat Syiah,” tegas Syaikh Ali.
Selama
ini Iran mengaku sebagai negara Islam yang menerapkan syariat dan ajaran Islam.
Padahal, kata Syaikh Ali, itu hanya klaim belaka.
“Iran
adalah negara Syiah, bukan negara Islam. Syiah mengambilnya dari Persia dan
Persia itu Majusi,” jelas Syaikh Ali.
Syaikh
Ali mengatakan, klaim Iran sebagai negara Islam termentahkan dengan fakta bahwa
di Teheran (ibukota Iran –red) tak ada masjid Ahlussunnah yang berdiri.
“Satu-satunya
ibukota negara di dunia yang tidak berdiri masjid Ahlussunnah yaitu di Teheran.
Kalau muslim Sunni mau sholat biasanya datang ke kantor Kedubes Saudi atau
Pakistan,” kata Syaikh Ali.
Syaikh
Ali juga menegaskan bahwa Syiah, selain rusak dalam hal akidah, juga sangat
memusuhi Ahlussunnah.
“Ketika
kekuatan Syiah disebuah negeri masih kecil, mereka pura-pura berbaik hati.
Tetapi jika sudah besar maka akan membantai Ahlussunnah,” tegas Syaikh Ali.
Syaikh
Ali memberikan contoh kejadian tersebut di Irak. “Lihatlah apa yang terjadi di
Irak. Disana, pada masa Abbasiyah, jadi pusat peradaban muslim Ahlussunnah,
tapi sekarang telah dikuasai Syiah dan kemudian Ahlussunnah hidup dalam
tekanan,” ujar Syaikh Ali.
Selain
Irak, Syaikh Ali juga menyebut Suriah, negeri yang kini sedang ditimpa duka
nestapa.
“Lihatlah
di Suriah, Ahlussunnah banyak dibunuh seperti dikota Madaya dan lain-lain,”
papar Syaikh Ali.
Tentang
adanya taqrib atau pendekatan antara Ahlussunnah dan Syiah,
Syaikh Ali menganggapnya sebagai isapan jempol belaka.
“Bagaimana
bisa ada taqrib, sementara mereka mengkafirkan Abu Bakar, Umar dan
sebagian besar sahabat nabi. Dahulu Syaikh Yusuf Qardhawi mendukung upayataqrib ini
tapi kemudian beliau meralatnya karena tahu hakikat Syiah sebenarnya,” jelas
Syaikh Ali.
Syiah
telah mengkafirkan sebagian besar sahabat nabi, padahal jumlah sahabat nabi
lebih dari 100 ribu orang.
“Lebih
dari 100 ribu sahabat nabi, Syiah meyakini sebagian besar sahabat nabi murtad,
menganggap yang beriman hanya sebagian saja diantaranya Miqdad bin Aswad, Abu
Dzar Al Ghifari dan Ali bin Abi Thalib,” ujar Syaikh Ali.
Menurut
Syaikh Ali, Syiah sama saja telah menganggap Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam gagal dalam mendidik umat, karena sahabat adalah
orang yang mendampingi dan belajar langsung kepada nabi.
Sementara
itu, perwakilan peserta daurah yang menyampaikan testimoni penutupan, Ustadz
Muhammad Said Abdusshomad, mengatakan bahwa dia sangat senang bisa mengikuti
acara ini.
Untuk
mengatasi Syiah di Indonesia, kata beliau, bisa dengan cara melakukan
sosialisasi buku panduan yang diterbitkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang
penyimpangan Syiah.
“Buku
panduan dari MUI itu dijelaskan kepada masyarakat seluas-luasnya,” kata ustadz
Said.
Selain
buku dari MUI, hendaknya ada sebagian da’i yang membaca buku-buku karya tokoh
Syiah Indonesia, Jalaludin Rakhmat, untuk diteliti karena didalamnya banyak
terkandung ajaran-ajaran Syiah.
“Bukunya
Jalaludin Rakhmat berjudul Islam alternatif, disana jelas sekali Jalal
menampakkan akidah Syiah imamiyah yang berkeinginan untuk mendirikan negara
diatas negara,” papar Ustadz Said.
Karna
itu, lanjut beliau, dengan modal dua buku tadi sebenarnya umat Islam sudah
punya bekal untuk menghadang gerakan Syiah di Indonesia.
“Bawa
buku-buku tersebut dan laporkan ke DPR dan kepolisan,” tutup Ustadz Said.
(ibnu)