June 05, 2016
Untuk menjawab judul di atas,
saya sarankan pembaca mencari tulisan-tulisannya, komentar-komentarnya,
seminar-seminar yang dihadirinya, dll. Kalau tidak punya waktu untuk mengadakan
penelitian kecil tersebut, saya bantu anda dengan tulisan di bawah ini. Dengan
mengetahui jalan pikirannya, diharapkan anda tidak lagi menjadikan Syafii
Ma’arif sebagai referensi bahkan sampai ada yang memamnggilnya sebagai ulama
besar lagi. Juga diharapkan anda tidak terkejut-kejut kalau muncul
kalimat-kalimat yang menentang umat Islam dan lebih membela non-Muslim.
Menolak Masuknya Piagam Jakarta
Dalam pasal UUD
Pada tanggal 10 Agustus 2000,
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Syafii Ma’arif, bersama Ketua PBNU
dan Prof. Dr. Nurcholish Madjid membuat pernyataan bersama. Isinya: menolak
masuknya Piagam Jakarta dalam pasal UUD 1945. Dalam beberapa ceramahnya,
Syafi’i pernah menolak syari’at Islam karena tidak sesuai dengan konteks zaman.
Menolak Formalisasi Syariat Islam
Syafi’i Ma’arif memang dikenal
sebagai orang yang berada di dalam gerbong para penolak formalisasi syariat
Islam. Syafi’i menceritakan, dulu pada tahun 70-an sebelum dirinya berangkat ke
Chicago, Amerika Serikat, dirinya adalah orang yang sangat anti-terhadap Pancasila.
“Tetapi setelah dicuci otak oleh Fazlul Rahman (Profesor di Chicago, red) saya
berubah,” ujarnya sambil terkekeh.
Menentang Dakwah Islam di Eropa
Syafi’i berkata ”Orang-orang yang
berdiaspora ke Eropa berupaya mengislamkan Eropa dengan dakwah, sehingga
mengalami benturan dengan pluralisme, demokrasi, gender, dan
lain-lain,”tukasnya. Syafi’i menyarankan, harusnya mereka bukan “mengislamkan
Eropa” tetapi “mengeropakan Islam” sehingga Islam harus beradaptasi dengan
pluralisme dan lain-lain.
Membenci Islam Syariat dan Usaha
Melegalkannya Melalui Parlemen
Syafi’i juga membuat heboh dengan
memberi kata pengantar dalam buku “Ilusi Negara Islam Ekspansi Gerakan Islam
Transnasional di Indonesia”. Buku tersebut cukup kontroversial, karena
memberikan propaganda negatif terhadap kelompok Islam seperti HTI, MMI, dan
PKS. Dalam prolog buku itu, Syafi’i Ma’arif menyebut golongan fundamentalis
yang ingin menegakkan syariat Islam sebagai kelompok “miskin peta sosiologis
Indonesia” sehingga mengambil jalan pintas untuk memperoleh keadilan dengan
memaksa berlakunya syariat Islam. “Jika secara nasional belum mungkin, maka
diupayakan melalui Perda-Perda (Peraturan Daerah). Dibayangkan dengan
pelaksanaan syariah ini, Tuhan akan meridhai Indonesia,” sindirnya.
Mantan Ketua Umum PP
Muhammadiyah, Ahmad Syafi’i Ma’arif mengingatkan adanya ancaman gerakan Islam
Syariat di Indonesia. Gerakan Islam Syariat dapat merusak fondasi bangsa yaitu
Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Gerakan Islam Syariat biasa memperjuangkan
lewat jalur politik dan berupaya mengubah ideologi bangsa Indonesia. “Munculnya
gerakan ini (Islam Syariat-red) merupakan ekspresi politik identitas berlabel
Islam,” kata Buya Syafi’i.
Semua Pemeluk Agama Masuk Syurga
Ada sikap keberagamaan Ahmad
Syafii Maarif yang konsisten dan sejalan dengan kaum sepilis, yaitu bahwa meski
seseorang itu tidak beriman kepada Allah, namun berkat amal salehnya ia akan
mendapat ganjaran setimpal. Sikap keberagamaan seperti ini sering diulang-ulang
oleh Ahmad Syafii Maarif antara lain ketika ia membahas soal tafsir buya HAMKA
terhadap surat Al-Baqarah ayat 62 dan surat Al-Maidah ayat 69, yang oleh Irena
Handono dikatakan sebagai pemahaman yang berkabut bahkan menelikung pemikiran
buya HAMKA. Dalam tulisan itu, Syafii mendukung faham pluralisme agama,
menyamakan semua agama, dan semuanya masuk surga semua.
Menyebut Hamas Bentukan Israel
Dalam wawancara dengan Karni
Ilyas di acara Indonesia Lawyer Club TV
One, Selasa, 24 Maret 2015 bertema “ISIS MENGANCAM KITA?”, Syafi’I Ma’arif
sempat mengatakan, HAMAS dibuat oleh penjajah Israel.
“Dan harus ingat, siapa dulu yang
menciptakan HAMAS untuk melumpuhkan Yasser Arafat dan Fatah, itu kan israel
juga. Jadi walaupun kadang-kadang kita tidak mau dengar teori konspirasi, tapi
ini ada buktinya itu, bahwa Hamas itu diinisiatifi oleh israel. Kemudian
berubah menjadi lawannya. Ini karena orang Islam itu tidak mengerti peta.
Mereka mau jihad mau mati, karena mereka ini melihat dunia ini sudah sangat
zalim, “ demikian ujar Syafi’I Ma’arif kala itu.
Maarif Institute Mendapatkan Dana
Asing Untuk Program De-radikalisasi
Dalam menyebarkan ide liberal,
JIMM mengadakan workshop yang mengotak-atik nash-nash Al Quran. Tak jarang
setelah dari workshop itu bersuara keras tidak perlu ber-Tuhan. Saat ini
kader-kader JIMM banyak yang masuk Maarif Institute. Lembaga ini didirikan
mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Ahmad Syafi’i Ma’arif. Maarif Institute
mendapatkan dana asing. Mereka terlibat dalam deradikalisasi BNPT. Mereka hanya
menjual agama Islam kepada majikan asing dan kelompok tertentu.
Mendukung Pemimpin Non-Muslim
Maarif Institute yang didirikan
Syafii Maarif membuat acara yang mendukung pemimpin non-Muslim di daerah
mayoritas Islam. Acara ini dikemas dengan nama Halaqah Fikih Kebinekaan yang
dilaksanakan 24-26 Februari 2015 lalu di Jakarta. Harian Kompas membuat liputan
acara ini hampir setengah halaman. Prof Amin Rais pernah mengeluhkan kenapa
koleganya yang sudah berusia senja, membuat Maarif Intitute. MI seperti
diketahui banyak aktifitasnya yang mengarahkan Islam ke liberal. Harian Kompas
banyak memberikan ruang bagi MI baik liputannya maupun tulisan
aktifis-aktifisnya. Mereka memang ingin menjadikan Indonesia liberal. Mereka
tidak ingin Indonesia menjadi Islami.
Tidak heran kalau Syafii
mendukung Ahok yang sering berkata kotor. Menurut Syafii, Ahok tak kepalang
tanggung pasang badan meski harus dikeroyok partai-partai di DPRD dalam urusan
membela duit rakyat. “Saya ikuti sepak terjang Ahok ini meskipun belum kenal
secara pribadi. Dia sosok pemimpin petarung yang mungkin sudah putus urat
takutnya,” jelas Syafii Maarif, (Senin, 23/3).
Lebih Membela Non-Muslim
Begitu tingginya apreasiasi Ahmad
Syafii Maarif kepada kalangan non Islam (termasuk kalangan atheis),
sampai-sampai kita tidak pernah mendengar pembelaan beliau terhadap orang kecil
yang dilarang berjilbab hanya untuk menjadi cleaning service atau office girl
di sebuah perkantoran. Atau, barangkali Ahmad Syafii Maarif belum pernah tahu
tentang adanya kebijakan di sejumlah perusahaan yang melarang eksekutifnya
memelihara jenggot. Kalau hak-hak orang atheis saja sampai menjadi sorot
perhatian Syafii , seharusnya hak menjalankan Islam bagi kayawan dan karyawati
yang diabaikan oleh majikannya justru lebih dahulu bisa masuk ke dalam sorot
perhatian Ahmad Syafii Maarif. Sayangnya, justru sebaliknya.
Mendukung Pasangan Jokowi-JK
Menurut dia pasangan Jokowi – JK
adalah pasangan tepat untuk memimpin Indonesia. Apalagi untuk mencapai
kedaulatan ekonomi. “Indonesia akan jauh lebih baik jika dipimpin oleh para
negarawan semisal JK . Eman-eman, negeri sebesar ini kurang terurus dengan baik
selama ini. Kedaulatan kita di bidang ekonomi telah lama dimainkan pihak
asing,” sambung dia. Tidak heran dia mendukung pasangan tersebut, karena mereka
sesungguhnya memiliki ide yang sama dalam menelikung syariat Islam.
Umat Islam Bukan Umat Yang
Terbaik
Dalam seminar ‘Fikih dan
Tantangan Kepemimpinan Dalam Masyarakat Majemuk’ di Hotel Alia, Cikini, Jakarta
Pusat (24/2), Ahmad Syafii Ma’arif
mengatakan, ““Kita (umat Islam) merasa terbaik, nggak lah.”
Padahal Allah SWT telah berfirman
di dalam Qur’an surah Ali Imran ayat 110, “Kalian adalah umat terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang yang mungkar
dan beriman kepada Allah, dan kalau sekiranya ahlul kitab beriman, tentulah hal
itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada orang2 yang beriman dan
kebanyakan mereka adalah orang2 fasik“.
Sumber:
muhammadiyah.html
muhammadiyah.html
Syafi’i Ma’arif Sebut Sunni & Syi’ah Tak Ada
Dizaman Nabi, Habib Zein Alkaf: Dia Sudah Pikun!
Kerancuan Teologi Syafi’i Ma'arif
Aroma Liberal dan Syiah Mulai Dipancarkan dari
Muhammadiyah
Ucapan Dungu ( Ahmaq ) dan Bodoh ( Jaahil ) tokoh umat
Islam dan tokoh masyarakat yang empati dan simpati dengan syiah.
Siapa yang Merusak Sejarah Islam?
Perbedaan Kita Dengan Syiah Hanya Furuiyah, Benarkah?
Sebuah Catatan untuk Prof. A. Syafii Maarif. Sunni
Biang Perpecahan dan Diberhalakan?
Tokoh Indonesia vs Ulama' Ahlusunnah Tentang Syi'ah