Kali ini kita akan membahas tentang nasab sahabat Umar bin
Khattab, seorang sahabat Nabi yang bergelar Al Faruk. Dia berhasil mengomando
para sahabat Nabi dalam merontokkan kekuasaan kerajaan Persia yang sekarang
sedang dibangun kembali oleh Iran dan syiahnya. Rontoknya kerajaan persi di
tangan Umar membuat kaum syi'ah menjadikan dirinya sebagai musuh nomor 1 yang
diperingati hari kematiannya. Pembunuh Umar dinobatkan bagai pahlawan, hingga
kemudian kuburnya dibangun dan dimuliakan.
Karena belum bisa membangun kembali kerajaan persia, kaum syi'ah berusaha menempuh segala cara untuk menghinakan Umar bin Khattab. Di antaranya adalah dengan membuat nasab palsu, yang akan pembaca lewati ketika membaca makalah ini. ketika membaca kebohongan mereka, pembaca akan merasakan betapa besar kebencian mereka kepada Umar, betapa jorok akhlak dan perilaku mereka, yang mereka anggap sebagai perilaku ahlulbait. Apakah demikian perilaku ahlulbait?
Karena belum bisa membangun kembali kerajaan persia, kaum syi'ah berusaha menempuh segala cara untuk menghinakan Umar bin Khattab. Di antaranya adalah dengan membuat nasab palsu, yang akan pembaca lewati ketika membaca makalah ini. ketika membaca kebohongan mereka, pembaca akan merasakan betapa besar kebencian mereka kepada Umar, betapa jorok akhlak dan perilaku mereka, yang mereka anggap sebagai perilaku ahlulbait. Apakah demikian perilaku ahlulbait?
Siapa Ayah Ibu Umar?
Ibunya bernama Hantamah binti Hasyim bin
Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. Ada yang mengatakan bahwa kakeknya
dari pihak ibu adalah Hisyam bin Mughirah. jika benar demikian maka ibunya
adalah saudara kandung Abu Jahal. Sementara jika kita berpegang pada pendapat
pertama, maka ibunya adalah sepupu Abu Jahal, anak pamannya dari pihak
ayah. Abu Umar berkata : yang mengatakan ibu Umar adalah Hantamah bin
Hisyam telah keliru, karena jika benar demikian maka Hantamah adalah saudara
kandung Abu Jahal dan harits bin Hisyam padahal bukan. Mereka berdua adalah anak
dari paman Hantamah dari pihak ayah. Karena ayah Hantamah yang bernama Hasyim
adalah saudara kandung Hisyam, ayah Abu Jahal. Hasyim dipanggil dengan sebutan
kakeknya Umar. Ibnu mandah mengatakan : ibu Umar adalah saudara kandung Abu
Jahal, begitu juga abu nu'ain mengatakan demikian. Abu nu'aim meriwayatkan hal
itu dari ibnu ishaq. Zubair mengatakan : Hantamah adalah anak Hisyam, jadi dia
adalah sepupu Abu Jahal. Hasyim memiliki beberapa anak laki-laki, tapi mereka
semua tidak berketurunan.
Siapa ibu Hantamah (nenek Umar dari pihak
ibunya)? Dia adalah syifa' binti abdi qais bin adiy bin sa'ad bin sahm bin amru
bin hushaish.
Siapa ayah Umar? Dia adalah Khattab bin Nufail
bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qarth bin razakh bin Adiy bin Ka'ab
bin Lu'ay Al Qurasyiy Al 'Adawiy. Ibunya adalah Hayyah binti Jabir bin Abi
Habib Al Fahmiyah. Nufail bin Abdul Uzza memiliki dua anak laki-laki, yaitu
Khattab bin Nufail dan satu lagi bernama abdu nahm. Abdu Nahm tidak
memiliki keturunan, dia terbunuh di perang fijar. Ibu Khattab adalah Hayyah
binti Jabir bin Abi Habib bin fahm. Mereka berdua memiliki saudara seibu yaitu
Zaid bin Umar bin Nufail
Ini adalah nasab Umar bin Khattab yang
sebenarnya, tidak seperti yang tercantum dalam kitab literatur syiah.
Karena syi'ah terkenal sebagai pembohong dan menutupi kekafiran mereka, juga
mereka sangat benci kepada Umar bin Khattab.
Mari kita simak bersama riwayat yang dicantumkan
oleh Majlisi dalam kitab Biharul Anwar jilid 31 hal 203 bab nasab Umar bin
Khattab , kelahiran dan wafatnya, beberapa kejadian antara Umar dan amirul
mukminin Ali bin Abi Thalib
Hadits pertama : Ali bin Ibrahim Al Qummi
mengatakan : lalu Allah melarang menikah dengan pezina : seorang pezina tidak
boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan atau perempuan musyrik, begitu
juga pezina perempuan dilarang menikah kecuali dengan pezina laki-laki atau
dengan laki-laki musyrik, diharamkan yang demikian itu bagi orang
beriman. Ayat ini membantah pendapat mereka yang memperbolehkan menikah
mut'ah dengan pezina dan juga melarang menikah dengan mereka. para pezina di
sini adalah mereka yang dikenal sebagai pezina, yang tidak dapat diselamatkan
oleh laki-laki dari lembah zina. Ayat ini turun mengenai perempuan Mekkah yang
dikenal sebagai pezina yaitu Sarah, Hantamah (ibu Umar bin Khattab) dan Rabab.
Mereka sering bernyanyi dengan sya'ir yang menghujat Rasul, maka Allah melarang
orang mukmin menikahi mereka, dan tetap berlaku bagi wanita yang bersifat
seperti mereka.
Kita lihat dalam tafsir Al Qummi ternyata itu
adalah ucapan dari Al Qummi tanpa ada sanad, maka bagaimana bisa kita percaya?
Kita tidak bisa percaya karena validitas sanadnya tidak bisa diteliti. Tapi
bagi syi'ah itu tidak masalah, yang penting dendam pada Umar tetap dapat
tersalurkan.
Hadits kedua yang dicantumkan oleh Majlisi dalam
Biharul Anwar pada halaman berikutnya :
Allamah Ibrahim Al Qummi –semoga Allah menerangi
kuburnya- dalam kitab Kasyful Haqqq : al Kalbi –salah seorang perawi
ahlussunnah- (nanti akan dijelaskan bahwa dia bukanlah seorang sunni) dalam
kitab Al Matsalib : Ibu Umar bernama Shahhak, dia adalah perempuan yang berasal
dari Habasyah, budak wanita milik Hasyim bin abdi manaf, pernah digauli oleh
Nufail bin Hasyim lalu digauli juga oleh Abdul Uzza bin Riyah, dia pun hamil
dan melahirkan seorang anak bernama Nufail, kakek Umar bin Khattab. Fadhl bin
Ruzbahan As Syihristani dalam ketarangannya atas kitab Kasyful Haqqq, setelah
mengkritik validitas sanad riwayat itu, : pernikahan jahiliyah sebagaimana
disebutkan oleh para ahli sejarah ada empat macam :
Bebrapa orang menggauli seorang wanita lalu jika
wanita tersebut melahirkan seorang anak maka ahli nasab akan menentukan siapa
bapaknya, atau pengakuan si perempuan akan dijadikan penentu siapa ayah bayi
yang dilahirkannya, ada kemungkinan bahwa yang terjadi adalah sebuah bentuk
pernikahan ala jahiliyah. Dalam penjelasan syarah disebutkan : jika hal itu
benar maka tidak akan ada perzinaan pada masa jahiliyah, dan perbuatan seperti
itu tidak dianggap sebagai sebuah aib, karena setiap terjadi persetubuhan
antara laki-laki dan wanita maka mereka berdua dianggap telah menikah, tidak
pernah terdengan pada masa jahiliyah ada seorang wanita yang digauli oleh
banyak orang pada satu hari.
Ucapan Fadhl bin Rouzban benar adanya, tetapi saat
ini kita sedang membahas nasab Umar bin Khattab.
Namun riwayat dari penyusun kitab Kasyful Haqq
tetap tidak dapat diterima karena dia adalah seorang pembohong, karena dia
menyebutkan bahwa al Kalbi adalah seorang sunni, padahal dia bukanlah seorang sunni,
ini akan kita bahas kemudian.
Kemudian Majlisi kembali berbohong sperti
biasanya, kali ini dia berusaha menipu pembaca :
Seperti disebutkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam
kitab Al Isti’ab : Khattab adalah anak dari Nufail bin Abdul Uzzabin Riyah bin
Abdullah bin Qarth bin Razah in Adiy bin Ka'ab Al Qurasyiy, ibunya adalah
Hantamah binti Hasyim bin Mughirah bin Abdullah bid Umar bin Makhzum. Sebagian
orang mengatakan bahwa ibu Umar adalah : Hantamah binti Hisyam bin
Mughirah, dalam hal ini mereka telah keliru, karena jika memang benar demikian
maka Hantamah adalah saudara Abu Jahal dan Harits bin Hisyam bin Mughirah
padahal bukan, Hantamah adalah sepupu dari Abu Jahal, karena Hasyim bin
Mughirah adalah saudara kandung Hisyam bin Mughirah.
Ini adalah kebohongan yang nyata, karena Majlisi
mengatakan :
Seperti disebutkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam
kitab Al Isti’ab : Khattab adalah anak dari Nufail…
Kebohongan ini akan nampak jelas bagi pembaca
yang merujuk langsung ke kitab Isti’ab, yang ada di sana adalah : Umar bin
Khattab dst.. jadi kata Umar sengaja dihapus oleh Majlisi karena dia ingin
membuat kesan kepada pembaca bahwa ibu Umar dan ibu Khattab adalah orang yang
sama, ini adalah kebohongan karena Majlisi sengaja menghapus kata Umar yang
tercantum dalam kitab Isti’ab.
Majlisi menukil dari Muhammad bin syahr asyub
dan lainnya :
Bahwa Shahhak adalah budak hitam dari Ethiopia
milik Abdul Muthalib, ketika dia sedang menggembala onta dia digauli oleh
Nufail sehingga melahirkan Khattab. Ketika Khattab beranjak dewasa, dia jatuh
cinta kepada Shahhak dan menggaulinya hingga melahirkan seorang putri.
Shahhak lalu membungkus bayinya dengan kain wool dan membuangnya di tepi jalan
karena takut ketahuan oleh majikannya. Lalu Hasyim bin Mughirah menemukan bayi
itu kemudian diberi nama Hantamah dipelihara olehnya hingga dewasa. Ketika
Hantamah telah dewasa, pada suatu hari Khattab melihatnya dan jatuh cinta
padanya. Akhirnya Khattab melamar Hantamah lalu mereka menikah dan melahirkan
anak yang bernama Umar. Maka Khattab adalah ayah dan kakek serta paman Umar
sendiri, begitu juga Hantamah adalah ibu sekaligus saudara Umar, maka
pikirkanlah.
Muuhammad bin Syahr Asyub adalah salah satu
ulama syiah, namun Majlisi tidak menjelaskan dari mana nara sumber Muhammad bin
Syahr Asyub dalam menukil riwayat ini. Kita tidak tahu siapa yang berbohong,
bisa jadi Majlisi mengarang sendiri riwayat ini atau riwayat ini memang lemah
seperti biasanya.
Abbas Al Qummi dalam kitab Al Kuna wal Alqab
mengatakan :
Ibn Syahr Asyub : rasyiduddin abu Ja’far
Muhammad bin Ali bin Syahr Asyub Assururi Al Mazindarani, ulama kebanggaan
syiah……
Kita lihat dengan mudah sebuah berita diterima
begitu saja tanpa melihat nara sumbernya. Memang kebencian sering membuat mata
jadi buta. Barangkali sikap ilmiah dan kritis tidak berlaku ketika menghadapi
musuh kerajaan persia. Tidak bisa "menyikat" Umar, orang tuanya pun
kena.
Majlisi meneruskan lagi kebohongannya :
Saya mendapati dalam kitab Iqdud Durar karangan
sebagian penganut mazhab kami, sebuah riwayat berasal dari Ali bin Ibrahim dari
ayahnya dari Hasan bin Mahbub dari Ibnuz Zayyat dari imam Ja’far Ash Shadiq :
Shahhak adalah budak wanita milik Abdul
Muthalib. Dia memiliki pantat yang besar. Asalnya dari Habasyah h dan selalu
menggembala onta juga suka berzina. Nufail kakek Umar melihatnya dan langsung
jatuh cinta dan mencumbunya di tempat menggembala onta. Saat itulah Nufail
menggaulinya dan lahirlah Khattab (ayah Umar). Setelah Khattab beranjak dewasa,
pada suatu hari dia melihat pantat ibunya dan langsung menggaulinya lalu hamil.
Setelah melahirkan bayinya (Hantamah, ibu Umar) Shahhak pun takut jika
majikannya mengetahui apa yang terjadi, maka dia membungkus si bayi dengan kain
wool dan membuangnya di jalanan kota Mekkah . Si bayi (Hantamah, ibu Umar)
ditemukan oleh Hisyam bin Mughirah dan dipungutnya lalu diberi nama Hantamah.
Kebiasaan orang Arab saat itu jika seseorang memelihara anak yatim maka
otomatis dianggap sebagai anaknya. Ketika Hantamah beranjak dewasa, Khattab
melihatnya dan jatuh cinta padanya. Khattab langsung melamarnya dan menikahinya
kemudian lahirlah Umar dari pernikahan itu. Maka Khattab adalah ayah Umar,
kakeknya dan pamannya sekaligus, dan Hantamah adalah ibunya, saudaranya dan
bibinya. Imam Ja’far pernah bersyair tentang hal ini :
Siapa yang kakeknya adalah pamannya dan ayahnya,
sementara ibunya adalah saudaranya dan bibinya
Maka layak untuk membenci wali dan mengingkari
baiatnya saat peristiwa ghadir.
Riwayat ini lemah karena ada dua cacat :
Ayah Hantamah adalah Hasyim bukannya Hisyam.
Saya telah melihat sendiri dalam kitab Iqdud
Durar, saya mendapati bahwa Majlisi mengganti nama Yahya bin Mahjub dengan nama
Hasan, karena Hasan bin Mahjub adalah Tsiqah sementara Yahya adalah majhul.
Lalu Majlisi mengutip dari Ibnu Abil Hadid yang
menerangkan perkataan Ja’far As Shadiq : "tidak pernah disentuh oleh
pelacur dan dipukul oleh pendosa " ucapan ini mengarah kepada kawan-kawan
Umar yang nasabnya dituduh palsu. Seperti dikatakan bahwa Sa'ad bin Abi Waqqash
bukanlah dari bani Zuhrah bin Kilab, tetapi asal mereka adalah dari bani Udzrah
salah satu cabang dari Qahtan. Sebagaimana dikatakan bahwa Zubair bin Awwam
bukanlah dari bani Asad bin Abdil Uzza tetapi mereka adalah kaum Qibti yang
berasal dari mesir
Majlisi melanjutkan : Abu Utsman menceritakan
dalam kitab mufakharat Quraisy bahwa telah sampai kepada Umar bin Khattab
berita tentang beberapa orang penyair mencela nasab orang banyak lalu Umar
menaiki mimbar dan berkhotbah : janganlah kalian mengungkap aib orang lain dan
melacak nasab dan asal usul orang, karena jika aku katakan sekarang pada
kalian, janganlah kalian keluar kecuali yang tidak memiliki cela maka tidak ada
yang keluar seorang pun dari kalian. Lalu salah seorang dari suku Quraisy yang
kita tidak ingin menyebutkan namanya : jika tinggal kita berdua wahai amirul
mukminin mari kita keluar, lalu Umar berkata : kamu telah berbohong, kamu dulu
dipanggil wahai penyanyi anak penyanyi, duduklah. Saya katakan bahwa orang itu
bernama Muhajir bin Khalid bin Walid bin Mughirah al Makhzumi, Umar membenci
ayahnya yang bernama Khalid juga karena Muhajir membela Ali bin Abi Thalib. Dia
memiliki saudara bernama Abdurrahman yang membela Muawiyah sedangkan Muhajir
berada di barisan Ali ketika perang Jamal dan matanya tertusuk saat mengikuti
peperangan. Tetapi ucapan yang sampai kepada Umar telah sampai juga kepada
Muhajir. Walid bin Mughirah adalah seorang yang dihormati oleh suku Quraisy,
dia dijuluki Al 'Adl, dia adalah seorang tukang besi yang membuat baju besi
dengan tangannya sendiri, disebutkan oleh Ibnu Qutaibah dalam kitab ma'arif.
Abul hasan al mada'ini dalam kitabnya " ummahatul khulafa'"
menuliskan kisah ini, dia meriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad di kota Madinah
dia berkata : jangan kamu cela dia, karena saya kasihan jika dia menceritakan
kisah Nufail bin Abdul Uzzabersama Shahhak budak Zubair bin Abdul Muthalib,
lalu berkata : semoga Allah merahmati Umar, karena sesungguhnya dia tidak
melanggar sunnah kemudian membaca ayat : (terjemahannya)
Sesungguhnya mereka yang senang atas tersebarnya
kekejian di antara orang beriman akan mendapat siksa yang pedih (surat an Nur
ayat 11)